sendiri

5.6K 1K 368
                                    


Akhir pekan terasa benar-benar panjang.

Kayaknya ini kali pertama bagi Hansa mengalami hari Sabtu dan Minggu yang terasa seperti satu bulan, bukan dua hari. Dan meskipun tubuhnya selama akhir pekan sudah banyak beristirahat, Hansa tetap kelelahan menghadapi hari Senin. Terlebih dengan fakta bahwa dia dan Nana masih dalam keadaan nggak baik-baik aja.

Nggak ada penyelesaian apapun selama dua hari tersebut—tentu karena mereka nggak sempat bertemu.

Hansa bertanya-tanya apa saja yang sudah Nana lalui selama dua hari terakhir, apakah amarahnya sudah mereda? Atau justru dia masih belum bisa melupakan pengkhianatan Hansa meski Hansa sudah mengiba lewat tubuhnya yang nggak sehat selama dua hari.

Hansa bahkan nggak membalas pesan-pesan yang dikirimkan Kara padanya. Dia memutuskan untuk mengabaikan pesan cewek itu, meski jauh dalam lubuk hatinya Hansa nggak tega. Kara nggak pantas menerima pengabaian tersebut, namun Hansa juga sadar hanya itulah satu-satunya cara agar Kara membencinya, dan mau menjauh darinya.

Dilihat dari segi manapun, lewat bahasa Kara yag menunjukkan kegigihan dan keberanian bahwa dia bisa melindugi Hansa, Hansa cukup tahu kalau Kara bukan orang yang mudah menyerah akan keadaan—meski saat ini keadaan tengah sulit-sulitnya.

Dia pasti akan menghalalkan segala cara untuk meluluhkan Nana hingga akhirnya Nana membiarkan Kara tetap berhubungan dengan Hansa, meski itu artinya hubungan Hansa dan Nana nggak akan kembali seperti semula.

Dan Hansa nggak mau hal itu sampai terjadi. Baginya, persahabatannya dengan Nana jauh lebih berharga dari perkenalan singkatnya dengan Kara.

Hari ini, setelah melalui dua hari penuh overthinking, akhirnya Hansa memutuskan untuk memberanikan diri menemui Nana. Seenggaknya meskipun diabaikan, Hansa harus menjelaskan situasinya pada Nana. Entah pada akhirnya Nana akan memaafkan atau tidak, itu urusan belakangan.

Namun masalahnya, Hansa nggak tahu bagaimana mood Nana hari ini. Sejak kemarin Kynan yang Hansa mintai update tentang Nana justru nggak kunjung membalas pesannya. Jangankan dibalas, dibaca aja nggak.

Hansa agak bingung sebenarnya, karena selama apapun Kynan merespon chat, dia nggak akan pernah sampai nggak membaca pesannya.

Hari ini Hansa ada kelas pukul 7, jadi dia sudah mengendarai Scoopynya sejak setengah 6 pagi tadi dari rumah menuju kampus. Kelas Nana baru memulai perkuliahan pukul 9 setelah kelas Hansa selesai, jadi Hansa masih punya waktu untuk mengumpulkan kepingan-kepingan keberaniannya.

Baru saja dia akan memasuki kelas, tas ransel Hansa tiba-tiba ditarik dari belakang, membuat dia mundur beberapa langkah.

Hansa menoleh ke belakang, menemukan Karin menarik tasnya hingga langkahnya menjauhi kelas mereka.

"Rin?"

Karin nggak kunjung merespon kebingungannya, hingga Hansa hanya manut mengikuti ke mana Karin membawanya.

Dan sesampainya mereka di dekat wc laki-laki, Karin baru melepaskan cengkramannya pada Hansa.

"Kenapa woy? Lu udah berhenti marah sama gue?"

Karin menatap Hansa bingung lalu cepat-cepat menggeleng, "Gue nggak marah sama lo."

"Bohong banget." Hansa mendengus sambil merapikan bajunya yang kusut gara-gara tindakan Karin barusan, "Pas kejadian lu bahkan kagak mau ngeliat gue."

Karin meringis, menyenderkan punggungnya ke dinding. Dia menggaruk puncak kepalanya canggung, "Ya lu ngerti lah, Sa, gimana kejepitnya gue di tengah situasi Jumat lalu."

NiskalaWhere stories live. Discover now