"Gue nggak suka lo bareng cowok lain. Nggak suka banget, Lan."

"Aku tahu. Jangan khawatir soal itu. Kamu fokus sama ujian kelulusan dan tes masuk kuliah tanpa perlu khawatir sama hal kayak gini. Aku janji bakalan selalu kabarin kamu. Kalau aku nggak kabarin dan HP aku mati, itu karena aku lupa cas. Selain itu aku selalu di rumah. Nggak ada alasan lain," jelas Alana dengan lembut berusaha memberi Caka pengertian.

Ekspresi kaku Caka melunak, dia bisa lega setelah mendengar penjelasan Alana. Ia menjatuhkan wajahnya pada pundak Alana. "Maaf. Maaf, Alana. Jangan benci gue."

Alana mengusap kepala bagian belakang Caka penuh kelembutan, "Aku nggak akan pernah bisa benci kamu, Kak."

❤︎❤︎❤︎

Caka semakin sibuk menyiapkan ujian. Bilal pun sama, terkadang keduanya belajar bersama di apartemen Caka tentu tanpa Alvarez. Dia masih belum membaik dan masih membutuhkan waktu untuk sembuh dan sendiri.

Bilal mengeluh karena otaknya terasa panas setelah mengerjakan banyak soal-soal latihan. Laki-laki itu menjatuhkan keningnya di atas tumpukan kertas tepat di atas meja, "Capek, Ka. Beli kopi dulu lah, otak gue nggak kuat!" keluhnya.

"Tanggung, kurang beberapa soal lagi."

Bilal berdiri, dia menarik tangan Caka. "Udah kerjain bentaran aja. Ayo ke kedai kopi dekat lampu merah persimpangan. Jalan aja, kan dekat dari apartemen."

Caka menyerah, percuma saja bersikap keras kepala. Dia tidak akan fokus karena mendengar Bilal merengek sampai dituruti. Keduanya keluar dari apartemen untuk membeli kopi.

Cuaca hari itu sangat panas. Matahari terik-teriknya bersinar di atas kepala. Bilal kembali mengeluh seraya mengibas kaus yang dikenakannya agar menimbulkan kesejukan alami. "Panas banget! Tahu gini pesan online aja biar diantar."

"Tadi maksa ajak keluar."

"Gue stres berat gegara mau ujian kelulusan dan tes masuk kuliah. Takut banget gue nggak diterima, dimakan hidup-hidup sama emak gue kalau sampai itu terjadi."

"Makanya serius belajar."

"Kurang serius apalagi gue, Ka." Bilal melirik Caka yang seperti biasa tampak tenang bahkan tidak mengeluh sekalipun terik matahari membuat keringatnya menetes di pelipis.

Ting! Sebuah bunyi notifikasi membuat Caka meraih ponsel yang ia sakui. Senyum tipis terbit melihat siapa si pengirim pesan tersebut.

Tempo kecepatan langkah Caka otomatis memelan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tempo kecepatan langkah Caka otomatis memelan. Dia sibuk mengetik membalas pesan dari kekasihnya.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Strawberry Cloud [End]Where stories live. Discover now