Raje sepakat bagaimanapun ia tak ingin meninggalkan Rania dalam keadaan apapun, sekalipun satu-satunya orang yang ia percaya menghianati dan lebih memilih Ayah yang jelas tak pernah menyayangi mereka.
Hingga Raje terbayang pada suatu hari, saat Raje pulang sekolah sewaktu dibangku menengah pertama nya, ia menaiki sepedah barunya yang dibelikan nenek, ia teringat dengan satu kutipan yang baru saja ia baca diperpustakaan sekolah tadi,
"Jika kamu tidak mengejar apa yang kamu inginkan, kamu tidak akan pernah memilikinya. Jika kamu tidak bertanya, jawabannya akan selalu tidak. Jika kamu tidak melangkah maju, maka kamu selalu berada di tempat yang sama."
kutipan yang membuatnya berfikir rasional, membawanya bangkit untuk melawan rasa kecewanya atas orang-orang yang menghancurkan hatinya, berjanji pada dirinya sendiri dan untuk Bunda bahwa ia harus bangkit karena bagaimanapun kacaunya ia saat ini, hidup akan terus berjalan, walau dengan atau tanpa siapapun, walau hidup tak memberikannya kesempatan untuk merasakan kebahagiaan lebih lama, Raje akan terus hidup meski tanpa tahu hidup itu sendiri akan membawanya kearah mana.
Berkaca dari pengalaman hidupnya sendiri, tanpa sadar membuat Raje merasa tidak percaya dengan yang namanya sebuah komitmen, ia merasa tak perlu mengikat hubungan dengan siapapun atau merasa bertanggung jawab atas hidup manusia lain. Raje akan menghabiskan waktunya untuk dirinya sendiri, menebus semua yang telah direnggut, termasuk kebahagiaannya. Walau ia sendiri belum bisa memaknai 'bahagia' seperti apa yang ia tuju, namun ia meyakini bahwa tiap manusia akan dikaruniai bahagia dengan jalan masing-masing.
Raje mendudukan dirinya dikursi meja makan, dihadapkan dengan segelas air yang sejak tadi ia goyangkan isinya tanpa minat, fikirannya kembali terputar mengenai makan malam tadi. Saat Bunda memperkenalkan sosok yang akan menjadi 'Ayah' barunya, hayalannya mengawang, apakah ini pilihan yang terbaik untuk Bunda? Hanya itu yang dapat Raje fikirkan.
Sejak 5 tahun yang lalu, Raje merasa harus bertanggung jawab atas Bunda, hanya sama Bunda. Apalagi menjamin kebahagiaannya, walau ia sendiri tak yakin bisa bisa memberikannya. Raje merasa tak sanggup tiap kali membayangkan bagaimana sakitnya Bunda dulu saat mendapatkan luka lebam yang Ayahnya berikan, Raje tak siap jika ia harus benar-benar membunuh pria manapun jika suatu saat hayalannya benar-benar terjadi menimpa Bunda nya (lagi), seharusnya tidak.
Raje sudah besar. Kepalan tangannya kini sudah sebesar orang tua, harusnya ia bisa menghajar siapapun yang menyakiti Bunda nya.
Walaupun itu dirinya sendiri.
Lalu fikirannya kembali pada gadis mungil yang dikenalkan tadi yang akan menjadi adik tirinya. What the—Raje bahkan tak pernah menyangka diumurnya yang ke delapan belas tahun ia akan memiliki seorang adik perempuan, membayangkannya saja cukup bisa membuat Raje pusing.
Wanita merepotkan. Baginya..
Tringg..
Ponsel Raje berbunyi, satu notifikasi masuk,
Racheldisini meminta untuk mengikuti anda.
Permintaan pertemanan dari sebuah aplikasi instagram muncul, Raje mengernyit saat membaca username nya, seperti pernah mengenal namanya—namun karena kurang yakin ia mengunjungi profil pengguna dan mulai stalking.
Rachel?? Yang tadi nih? batin Raje.
Jemari Raje terus menelisik tiap postingan Rachel yang memang tak seberapa banyaknya, namun mengamatinya mampu membuat Raje menjadi seperti guru pengawas ujian. Ia semakin terheran saat duo monyet—Michi dan Maalik memfollow akun ini dengan second account mereka, dan ada satu user yang nyelip diantara dua manusia yang ia kenal yaitu Joel Januarta, teman SD nya. Tanpa babibu, Raje acceptance dan follow back lalu meletakan kembali ponselnya secara terbalik dan acuh.
e m p a t
Start from the beginning
