e m p a t

16 0 0
                                        

Rachel mendudukan dirinya pada kursi dingin di balkon, lengkap dengan segelas
jus strawberry-apple favorite nya.

Setelah acara dinner tadi, Rachel masih menyangkal pada fakta, semua begitu tiba-tiba saat bersinggungan pada kenyataan bahwa Papi akan menikah dengan wanita yang bahkan baru Rachel temui sekali. Ya, memang benar wanita paruh baya itu memiliki senyum yang manis dan tentu saja cantik, hanya saja, sulit bagi Rachel mendeskripsikan isi hatinya ketika ia merasa terjebak dengan kebingungannya sendiri.


Entah mulai dari mana ia harus mencerna tiap isi kepalanya, yang jelas saat ini ia begitu kalut untuk menyadari bahwa cepat atau lambat pasti 'Mami pengganti' akan ada, Rachel sebenarnya sudah mempersiapkan diri jika tiba hari ini, hari dimana Papi memperkenalkan sosok wanita yang ia cintai, ia harus bisa menerima bahwa mendiang Mami memang akan tergantikan dengan wanita lain.


Sejauh ini—5 tahun Radit selalu mengurus dirinya sendiri dan juga Rachel putri semata wayangnya tanpa mengeluh sedikitpun. Seharusnya Rachel bisa melepas Papinya dengan suka cita karena telah menemukan labuhan hati nya yang baru. Ya, Rachel harus bisa menerima bagaimanapun perasaan nya menolak seutuhnya atas ibu pengganti. Ia harus bisa mengesampingkan ego nya demi kebaikan berbagai pihak.



Dari sisi Radit maupun Rania tentu saja pasti sudah merencanakan ini semua dengan penuh kesiapan, tugas Rachel hanyalah memberikan lampu hijau sebagai tanda bahwa Rachel mempermudah jalan keduanya menuju satu tujuan, yaitu sebuah pernikahan.










Berkali-kali Rachel meyakinkan diri bahwa ini yang terbaik, satu-satunya jalan menuju bahagia dengan haluan yang berbeda untuk dirinya terutama Radit. Papi yang utama, Rachel belum bisa memberikan apa-apa, setidaknya membukakan gerbang kebahagiaan Papi adalah cara terbaik yang bisa ia berikan untuk saat ini.

Sesapan demi sesapan perlahan jus strawberry-apple itu tandas, sedikit demi sedikit pun pikiran Rachel mulai membaik, gemuruh di kepalanya mulai mereda, ia menemukan titik terang pada fikirannya. Ya, ia sebaiknya segera memberi tahu Radit kabar terbaik yang pastinya Pria itu tunggu.




Demi sebuah janji kebahagiaan.







^^







Larut malam Raje baru menginjakan kaki dirumah, lampu-lampu sudah padam, menyisakan lampu temaram diatas meja makan sebagai pencahayaan walau minim. Bukan sekali dua kali ia pulang larut begini, sudah hampir menjadi kebiasaan ia menghabiskan waktunya diluar rumah, entah sekedar nongkrong ataupun menjejal kasarnya aspal dingin dimalam hari bersama dengan dua sejoli andalannya—Michi dan Maalik yang setia mengajaknya kemanapun walau tanpa tujuan.



Raje ataupun kedua sahabatnya itu hampir tak ada bedanya, hampa jiwa yang dirasakan serasa bisa mereka rasakan satu sama lain tanpa perlu bersusah payah membaginya sebab dalih mereka sama, yaitu terikat dengan garis nasib yang sama. Kehilangan jati diri setelah perpecahan suatu keluarga begitu menyisakan luka yang mendalam, entah bagaimana cara semesta mempertemukan mereka bertiga dalam satu lingkup yang sama yaitu kehilangan rasa ataupun orang terkasih yang ada dalam hidupnya.




Takdir yang mengharuskannya tetap menjalani hidup walau terasa kosong saat dihadapkan pilihan yang tak seharusnya dipilih yakni tentang hak asuh. Andai waktu itu mereka sudah cukup umur, tentu dengan lantang mereka akan memilih untuk menyelamatkan dirinya sendiri alih-alih harus menjadi korban perpecahan. Memangnya siapa yang mau ada diposisi itu? Tidak sekalipun Raje atau makhluk manapun didunia ini, namun Raje tak punya pilihan lain untuk ia pilih, dengan kesadaran penuh dan mengerti apa yang dirinya mau untuk pertama kali dalam hidup ia memilih Bunda yang telah melahirkannya dari pada Ayah
yang hanya mementingkan bisnis dan dunianya sendiri.



You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 24, 2024 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Rajendra'sWhere stories live. Discover now