7

20.3K 63 6
                                    


Aku pun spontan mencium tangan Teh Siska, kakak sulungku yang baru kali ini berjumpa denganku.

Teh Siska langsung memeluk dan mencium kedua pipiku. Bahkan entah disengaja atau tidak, ia mencium bibirmku juga, meski cuma sepintas ... !

“Donny ... Donny ... setelah dewasa kamu jadi tampan gini Don ! ” ucap Teh Siska sambil mengepit sepasang pipiku dengan kedua telapak tangannya. Lalu menciumi dahi, hidung dan ... bibirku lagi ... !

Apakah di keluargaku sudah terbiasa main cipok bibir begini ? Entahlah. Yang jelas, kalau tidak ada Bunda dan Donna, pasti aku sudah “menanggapinya” dengan caraku sendiri.

Tiba - tiba Donna berkata kepada Bunda, “Bun ... ! Lihat tuh di depan. Aku dapet hadiah mobil dari Donny, Bun. “

“Masa ?! “ seru Bunda dengan sorot ceria. Lalu beliau melangkah ke depan bersama Donna. Sementara Teh Siska masih mendekapku erat - erat. Bahkan ia berkata setengah berbisik, “Nanti main ke rumahku ya. “

“Iya Teh, “ aku mengangguk.

Dan ... Teh Siska mencium bibirku lagi. Kali ini aku berani “menanggapinya”, karena Bunda dan Donna sedang berada di luar rumah, untuk memperhatikan sedan yang kuhadiahkan untuk Donna.  

Bahkan tak lama kemudian terdengar bunyi mesin sedan Donna dihidupkan dan suara itu menjauh. Mungkin Bunda ingin nyoba numpang di mobil Donna.

Maka saat itu pula aku menanggapi ciuman Teh Siska dengan lumatan, seperti sedang mencium kekasih tercinta.

Dan tampaknya Teh Siska sangat menikmati lumatanku. Dekapannya semakin erat, ciumannya pun semakin nyelepot (lengket dan seperti disedot).

Dan setelah ciuman itu terlepas, Teh Siska meraih tanganku untuk duduk berdampingan di atas sofa jadul yang sudah robek kulitnya di sana - sini.

“Kamu setelah dewasa jadi tampan sekali Don. Kalau bukan saudara, pasti aku jatuh cinta padamu. “

“Teh Siska juga cantik sekali. Dan aku tidak merasa berdekatan dengan saudara, karena baru sekali ini akju melihat Teteh. “

“Terus kamu merasa sedang berdekatan dengan siapa ?”

“Hihihi ... gak taju juga. Mungkin merasa sedang berdekatan dengan seorang kekasih. Apalagi barusan kita kan ciuman bibir segala. “

“Begitu ya ? Mmm ... nanti malam ke rumahku ya. Ini alamatnya, “ kata Teh Siska sambil mengeluarkan secarik kertas dari tas kecilnya. Lalu menulis alamat rumahnya.

Setelah menyerahkan kertas bertuliskan alamat rumahnya, Teh Siska berkata, “Kalau mau ke rumahku, jangan sama Donna. Pakai taksi aja. “   

“Ya, “ sahutku sambil memasukkan kertas itu ke dalam dompetku. “Suami Teh Siska kok gak diajak ke sini ?”

“Aku gak punya suami Don. Udah bercerai dua tahun yang lalu. “

“Ohya ? Punya anak berapa ?”

“Cuma seorang.  Tapi dibawa oleh mantan suamiku. “

“Berarti Teteh kesepian dong. “

“Iyaaa ... makanya nanti malam ke rumahku ya. “

“Mau disuguhin apa ?”

“Apa juga yang kamu mau, disuguhin deh. Kamu mau disuguhin apa ?”

Aku menjawabnya dnegan bisikan, “Pengen disuguhin yang di bawah perut Teteh.”

Tadinya kupikir bisikanku akan membuat Teh Siska terkejut. Tapi ternyata tidak. Dia malah meremas tanganku sambil menjawab, “Iya ... nanti aku kasih. Sampai kamu puas. “

Mendengar jawaban itu aku jadi sangat bersemangat. Lalu kulingkarkan lenganku di leher Teh Siska. Dan kupagut bibir tipis merekahnya ke dalam ciuman dan lumatanku. Teh Siska pun menyambutnya dengan lumatan pula. Bahkan ia lebih lahap melumat bibir dan menyedot lidahku ... !

Lalu kami tukaran nomor hape. Dan tak lama kemudian Bunda dan Donna sudah pulang lagi.

“Sedan Donna nyaman sekali ditumpanginya. Serasa diam di tempat saking halusnya, “ kata Bunda.

Teh Siska pun keluar dari rumah, untuk melihat sedan Donna yang kata Bunda nyaman sekali itu.

“Memang sedan mahal itu sih. Beruntung kamu punya saudara yang baik hati, “ kata Teh Skiska sambil menepuk bahu Donna.

Kemudian Teh Siska pamitan pulang.




Malamnya, aku bilang kepada Bunda bahwa ada teman dari Thailand yang sedang berada di kota ini. Dan aku akan menjumpainya di hotel tempat dia menginap.

“Mau nginap ?” tanya Bunda.

“Nggak tau, lihat situasinya aja nanti. “

“Kenapa gak minta dianter aja sama Donna ?”

“Nggak usahlah. Soalnya kasian Donna kalau kemalaman pulangnya nanti. Apalagi kalau harus menginap. “

Donna pun mendengarkan pembicaraanku dengan Bunda.

Donna bertanya, “Temannya cewek apa cowok ?”

Sahutku, “Cowok lah. Aku gak punya teman cewek di Thailand. Takut cewek hasil transgender. Hihihihiii ... “

“Beneran gak mau dianter sama aku ?” tanya Donna.

“Nggak usah. Kalau melihat kita bawa mobil, nanti temanku bisa seenaknya minta diantar ke sana ke sini. “

“Iya juga ya. Lagian kalau kalian ngobrol, pasti aku cuma cengo. Apalagi kalau pakai bahasa Thai. Bisa mati kutu aku dengarnya. “

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 08, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PENGALAMAN KU Where stories live. Discover now