2

57.6K 108 5
                                    

Ketika aku keluar dari kamar mandi, ternyata Donna sudah menungguku di luar.

Ketika berpapasan denganku, Donna berkata, “Senang aku punya saudara kembar tampan gini, “ diasusul dengan kecupannya di pipiku.

“Aku juga senang punya saudara kembar cantik gini, “ sahutku sambil balas mengecup pipinya juga.

Kemudian Donna masuk ke dalam kamar mandi, sementara aku balik ke kamar Bunda.

Ketika aku sedang berdandan, terdengar suara Bunda di ambang pintu, “Mau nonton bioskop sama Donna ?”

“Iya, “ sahutku, “Bunda mau ikut ?”

“Nggak ah. Bunda sih cukup dengan nonton tivi aja hiburannya. “

“Ohya Bun ... bagaimana kalau rumah ini direnovasi ?”

“Kamu mau nyediain biayanya ?”

“Iya. Soal biayanya biar aku sendiri yang menanggungnya. “

“Kalau ada duitnya sih mendingan beli tanah kosong di sebelah itu. Kebetulan pemiliknya meninggal, lalu mau dijual murah oleh anaknya. “

“Memang sih mendingan bangun rumah baru. Di sini harga tanah murah Bun ?”

“Ya nggak semahal di pusat kota lah. Di sini kan sudah dekat ke batas kota. “

“Bunda sudah tau harga dan luas tanah di sebelah itu ?”

“Lumayan luas. Limaribu meter. Setengah hektar lah. Soal harganya besok bunda mau tanyain ke orangnya. “

“Iya, “ sahutku singkat, karena mendengar langkah Donna mendekati pintu kamar Bunda ini.

“Donny ... udah siap ?” tanya Donna di ambang pintu.

“Udah, “ sahutku, lalu menghampiri Bunda, “Aku mau pergi dulu Bun, “ kataku yang lalu mencium tangan Bunda disusul dengan cipika - cipiki dengan beliau. Seperti yang biasa kulakukan kepada Mama almarhumah di Bangkok dahulu.

“Pulangnya beliin oleh - oleh ya, “ kata Bunda di ambang pintu depan.

“Mau dibeliin apa ?” tanya Donna.

“Apa aja. Pizza boleh, martabak manis juga boleh, “ sahut Bunda.

Lalu aku dan Donna melangkah ke pinggir jalan. Kebetulan ada taksi mau lewat, dicegat oleh Donna. Kami pun masuk ke dalam taksi itu. Duduk berdampingan di seat belakang.

Donna menyebut tujuan kami kepada sopir taksi. Maka taksi itu pun mulai meluncur di kegelapan malam.

“Bagaimana perasaanmu setelah berjumpa dengan Bunda dan aku ?” tanya Donna sambil menyandarkan kepalanya di bahuku dan memegang tangan kiriku yang tersimpan di atas lutut.

“Aku masih canggung, karena tidak menyangka kalau ibu kandungku itu Bunda. Tadinya kukira diriku ini anak tunggal Bapak dan Ibu Margono di Bangkok,” sahutku.

“Aku juga kaget, karena baru tau tadi, bahwa aku punya saudara kembar, cowok pula. “

“Iya Donna. Semoga kita bisa rukun sampai tua ya. “

“Iya. Umurku dan umurmu berarti sama - sama duapuluh tahun ya ?”

“Iya ... hehehee ... namanya juga anak kembar, pasti dilahirkan di hari, tanggal, bulan dan tahun yang sama. “

“Terus ... kamu sudah bisa adaptasi dengan suasana baru ini ? Bahwa Bunda itu ibu kandungmu dan aku ini saudara kembarmu ?”

“Masih agak sulit adaptasinya. Waktu cium pipi Mama tadi aja terasa rikuh. Seolah - olah bukan mencium pipi ibu kandungku sendiri. “

PENGALAMAN KU حيث تعيش القصص. اكتشف الآن