"Om dengan kamu bekerja di rumah sakit Atmajaya ya?" tanya Dimas pada Doyvar. "Iya om, tapi belum tetap saya masih dalam tahap pengamatan oleh petinggi rumah sakit. Kurang lebih begitu informasi yang saya dapatkan."
"Hey hey heyy, kak kok lo gitu sih? Masa keluarga sendiri di suruh nunggu keputusan." Januar berceletuk, selagi menatap kakaknya tajam.
"Prosedur rumah sakit." jawab sang kakak singkat, "Perasaan waktu papa yang pimpin gada begituan tuhhh???"
Baskara tertawa renyah mendengar ucapan Januar, "Nak Januar, hal seperti itu lazim terjadi. Jaevan hanya mau memberikan yang terbaik untuk pekerja di rumah sakit. Maka dari itu ketentuan, dan prosedur baru seperti itu sekarang ada. Kepemimpinan sudah berpindah tangan."
"Tuh dengerin bocah, jangan cuma main aja yang di ngertiin. Belajar sana, pasal aja masih kebalik." Jaevan mengejek sang adik, yang mengundang gelak tawa orang disana. Sebaliknya Januar malah memberikan tatapan tajam pada sang kakak sekarang dia merajuk.
"Tapi tenang saja om tante, saya sudah memutuskan agar Doyvar menjadi dokter tetap disana. Tanpa melihat kemampuannya sesuai prosedur, saya percaya bahwa dia bisa bertanggung jawab." Jaevan tersenyum kecil.
Mereka yang disana bersorak dengan senang, dan memberikan selamat pada Doyvar dan terimakasih pada Jaevan.
Obrolan semakin jauh, saat ini Jaevan sedang bersama Dimas, Baskara, dan Gio untuk membicarakan beberapa pekerjaan.
"Kalau dipikir bisa juga perusahaan kayu Kak Gio bekerja sama dengan perhutani milik Atmajaya." Celetuk Jaevan sambil meletakan minumannya di atas meja.
"Benar, tapi apakah tidak terlalu ber-resiko?" Tanya Gio.
"Semua jenis kerja sama pasti ada resiko yang di tanggung, tapi kita lihat dari keuntungan yang di peroleh masing-masing perusahaan." Ucap Dimas yang dibalas anggukan Baskara.
"Betul, benefit kali ini lumayan besar. Perusahaan milikmu akan menerima 70% hasil ekspor maupun impor dari perhutani, mulai dari kayu dan beberapa hal yang menyangkut hal tersebut.."
"... Sebaliknya, perusahaanku akan menerima hasil dari perusahaan kayu milikmu dan akan di sebarkan pada departemen store, bahkan aku bisa menjamin hasil kita mencapai luar negeri." Jaevan memberikan gambaran singkat mengenai hal yang hendak menjadi kerja sama mereka.
"Menarik, tapi bagaimana dengan hasil penjualan luar negeri dan departemen store tadi? Kau berani memberikan 50:50 atau 60:40 untuk perusahaan kami?" Tanya Baskara, suasana di sekitar mereka semakin serius.
Mengingat yang mereka bahas bukan uang kecil, melainkan uang besar jumlahnya dan menyangkut hubungan antar keluarga.
"Jika saya mengatakan 60% untuk kami 40% kalian, bagaimana?" Tawar Jaevan, "Mengingat, perusahaan kami yang berperan besar dalam pasar ini. Bahkan aku berani menjamin hingga keluar negri, bahkan Asia barat yang mungkin kalian ragu untuk menyetor barang kesana..." lanjutnya.
"Kenapa kau sangat berani nak Jaevan? Kenapa hanya Perhutani? Tidak tertarik dengan perusahaan tambang milikmu dengan perusahaan pengelola milik kami? Bukankah hal itu juga pasti membangkitkan perusahaan tambang milikmu Jaevan Atmajaya?"
Baskara menatap Jaevan dengan tatapan mengintimidasi, secara tiba tiba ia membahas perusahan tambang yang sangat di hindari oleh Jaevan. Karena perusahaan itu sangat rawan terjadi kegagalan yang bisa merugi puluhan miliyar bahkan triliun.
"Katakan saja om, apakah kau setuju dengan tawaranku mengenai perhutani dan perusahaan kayu milikmu?" Jaevan mengalihkan topik pembicaraan mereka, is menatap Baskara dan Gio bergantian dengan senyuman yang dipaksakan.
Setelah pertimbangan lagi, mereka setuju untuk melakukan survey dan rapat perusahaan masing dan melakukan pertemuan dengan petinggi lainnya.
Jaevan akhirnya memutuskan untuk pulang, ia yang terakhir pulang karena tadi di tahan oleh Tyranna dan di beri banyak sekali pertanyaan.
Doyvar menghantarkannya hingga luar pintu gerbang rumah miliknya. "Maaf ya jika Umi banyak sekali bertanya, padahal sudah larut dan kau besok pasti banyak pekerjaan..."
"Bukan masalah besar Doy, tidak perlu khawatir akan hal itu."
"Dan tadi tentang Abi, yang mendesakmu tentang perusahaan itu aku juga meminta maaf. Abi terkesan sangat serakah, aku benar-benar meminta maaf untuk itu."
"Sedikit menyebalkan, tapi tidak masalah. Kau tidak perlu meminta maaf tentang itu Doyvar, yang perlu kita bahas bukan tentang keluarga kita. Melainkan kita sendiri, kau tau aku menunggumu.."
"Mas, besok kalau aku siap membicarakan ini aku akan datang sendiri padamu. Aku berjanji..."
"Butuh waktu berapa tahun lagi? 5 tahun, 7 tahun atau bahkan 15 tahun lagi?"
"Aku berjanji, ini tidak akan lama. Aku pastikan sesegera mungkin, karena aku juga tidak mau berlamaan menyimpan hal ini sendirian.."
.
.
.
.
HAI, Jangan lupa vote nya dooongggg.
VOUS LISEZ
DIFFERENT - JAEDO
Roman d'amour!WARN BXB ; GS! Jika se-amin, belum tentu juga se-iman. Tuhan mempertemukan kita dalam suatu cerita, yang sama sekali tak bisa dihindari. Lantas jika kita berbeda apakah kita pantas menyalahkan Tuhan kerena mempertemukan kita? "Mas, perasaan kita me...
