Setelah siap siap dan selesai beberes untuk pulang,Gistara pergi ke ndalem untuk sowan mau pulang,tapi di depan pintu dapur ndalem ia hampir tabrakan dengan santri putra,santri putra itu minta maaf.
Ndalem adalah rumah kyai.

"Maaf mbak" ucap santri putra itu sambil menunduk

Tanpa melihatpun,Gistara sudah tau siapa orang yang hampir bertabrakan dengannya,suara itu sangat ia kenali. Cak Amar. Iya,dia hampir bertabrakan dengan cak Amar. Gistara tak menjawab dia hanya diam.

Karena tak ada tanggapan dari permintaan maafnya Cak Amar mendongak melihat siapa perempuan di depannya ini,lalu dia berkata

"Maaf ya Gis,aku ndak liat"

"Mboten nopo cak" jawab Gistara sambil menatap cak amar singkat dengan cepat ia memutuskan kontak mata dengan cak Amar,lalu ia segera melangkahkan kaki ke ndalem utama untuk melakukan tujuan awalnya.

Sambil berjalan ia bergumam dalam hati
'Cak,netra hitam pekat njenengan yang selalu membuat saya terpikat,tapi sayang,saya ndak mampu menatap itu terlalu lamat,karena itu bukan ranah hak saya,maaf cak'.

Sampai nya di ndalem utama,Gistara mengucap salam dan berjalan menggunakan lutut setelah melihat bahwa ada mbah yai Ma'ruf di ruang tengah,beliau sedang membaca buku tasawwuf.
Mbah yai Ma'ruf menjawab salam Gistara lalu mempersilahkannya masuk,

"Mau pulang ta Gis?" Tanya mbah yai

"Njih mbah yai,dalem badhe sowan,badhe kondur mantuniki." Jawab Gistara dengan menunduk tak berani menatap mata mbah yai saat berbicara langsung,karena takut su'ul adab,dan dengan posisi duduk iftirosy di lantai,sedangkan mbah yai duduk di sofa.
"Ya mbah yai,saya mau sowan,mau pulang habis ini."

"Sampean ini kelas berapa sekarang?" Tanya mbah yai.

"Kelas tigo aliyah mbah yai"

"Habis ini kajenge lanjut kuliah ta piye?" Lanjut mbah yai setelah menyeruput teh di meja kecil depan beliau.
"Habis ini mau lanjut kuliah atau gimana?"

"Insyaallah Kuliah mbah yai,kulo ndereaken ayah ibuk" jawab Gistara dengan menunduk sama seperti tadi.
*saya pasrah sama ayah dan ibuk.

"Wes di jemput ayahmu ta?"

*sudah di jemput ayahmu?

"Mboten di jemput mbah yai,kulo kondur nitih ojek online."
"Tidak di jemput mbah yai,saya pulang naik ojek online."

"Oalah iyo,sek nduk,tak omongi diluk"
"Oalah iya,sebentar nduk tak bilangi sebentar"

"Sampean tak kandani ya,aku iki bolak balik di sowan i tiyang sing kajenge nyuwun sampean,enek sing njalukno gawe anak e,enek barang sing langsung nyuwun sampean,tak tawari mbak mbk liyane mboten purun, panggah tetep sampean sing di suwun."
"Kamu tak bilangi ya,aku ini sering di sowan i orang yang mau ngelamar kamu,ada yang mau nglamar buat anaknya,ada juga yang langsung minta kamu,tak coba tawari mbak mbak yang lain,nggak mau,maunya kamu."

Gistara hanya diam mendengarkan dengan benar apa yang mbah yai Ma'ruf ucapkan. Sebetulnya ia tak ingin menikah muda,ia masih ingin kuliah dulu,walaupun ia tidak tau harus kuliah di bidang apa,tapi kalau sudah mbah yai yang minta,Gistara bisa apa,ia hanya bisa sami'na wa atho'na.

GistaraWhere stories live. Discover now