07 : Evan & Adara

41 9 2
                                    

"oh, ayolah. lupakan saja semua peristiwa itu." Adara menghela napas panjang. memori bertahun-tahun lalu kembali terputar di otaknya.

memori dimana dia melihat dengan mata kepalanya sendiri ketika konselor kabin Aphrodite itu terbunuh.

iya, terbunuh. akibat ulahnya sendiri.
Adara benci pengkhianatan.

Adara sekarang berada di taman sekolah. udaranya sejuk, meskipun panas.

"hei, Adara." seorang laki laki duduk disebelahnya, Evan. Adara menoleh sebentar, dia lanjut melamun.

"ngelamunin apa sih? Deon?" pertanyaan Evan tepat sasaran. lebih tepatnya, Deon dan Melody.

"Deon... beneran suka Melody?" tanya Adara lirih. Evan yang mendengarnya terkejut. dia memikirkan 2 hal. antara Adara menyukai Deon atau Adara tidak ingin Melody atau Deon terluka karena ulah satu sama lain. mengingat Melody adalah anak Aphrodite, yang menurutnya berpotensi menjadi seperti konselornya dulu.

Evan tergelak, lalu dia diam ketika melihat tatapan sinis Adara. "entah. tapi kayaknya sih, iya. kenapa emangnya?"

Adara menggeleng pelan, "enggak, gapapa."

"naksir ya?" jawab Evan enteng.

"enak aja! enggak!"

mendengar jawaban Adara yang terdengar panik itu, Evan justru tertawa puas. ah, inimah naksir, pikirnya.

"kalo naksir juga gapapa, paling di cie ciein dikit." Adara menatap Evan sinis. "ah enggak, kata siapa naksir? orang enggak kok."

"gak usah panik dong kalo gak naksir." ledek Evan.

"siapa yang panik sih?!"

"you, lah."

Adara mendengus, kedengeran banget ya? pikirnya. sebenernya, Adara pun bingung, kan naksir orang hak masing-masing ya, kenapa dia kesannya kayak malah 'ngatur' Deon buat gak jatuh hati sama Melody.

"lo gak sebodoh yang gue kira." ucapan Adara memotong kata kata yang akan keluar dari mulut Evan. "memang. kata siapa gue bodoh?"

"kalo gue bodoh, siapa yang bawa pulang trofi juara lomba sains itu?" Adara mendelik, "iya deh iya." Evan cuma cekikikan mendengar jawaban Adara.

kata siapa Adara serem? enggak tuh, pikir Evan. padahal didalam hatinya juga deg-degan pas sebelum nyamperin Adara.

Evan tau, Adara anak Dewa Ares. Evan belajar tentang mitologi Yunani, Evan tau gimana watak setiap dewa meskipun belum pernah bertemu sama sekali. menurut buku yang dia baca, Dewa Ares itu agresif, liar, pemarah, dan sangat bersemangat dalam pertempuran. meski brutal, Dewa Ares adalah prajurit perkasa yang sangat dihormati Spartan. sehingga, Evan pikir Adara adalah 'orang penting' di mitologi atau di-ah apa namanya, perkemahan?

"lo.. orang penting di perkemahan ya?" pertanyaan Evan membuat Adara kaget. "lo tau apa tentang perkemahan?" todong Adara. Adara akan menyimpan ini rapat rapat, dia takut jika kejadian pengkhianatan itu terjadi lagi.

"santai dulu, gue bukan mata mata kayak Silena Beauregard kok-" belum selesai Evan berbicara, Adara memotong ucapannya lagi.

"lo tau apa tentang Silena?"

"Silena Beauregard, konselor kabin Aphrodite. meninggal karena melawan drakon saat berpura-pura menjadi Clarisse La Rue. dia mata mata kronos." Evan mengangkat jari telunjuknya, "jangan dipotong dulu." Evan menghirup udara, menambah pasokan oksigen didalam paru-parunya. "perkemahan blasteran. tempat yang diperuntukkan untuk para keturunan-setengah-dewa yang berasal dari garis keturunan dewa-dewi Yunani. dan pertanyaan gue, lo orang penting disana?"

Adara melongo, lalu dia mengangguk. "ah iya, benar. gue konselor kabin Ares." Evan nyengir. nambah lagi relasinya sama konselor kabin atau kepala kabin Ares itu.

lalu, mereka kembali diam.

"Van, gimana cara lo kalo ngehadapin orang yang lagi jatuh cinta?" tanya Adara tiba-tiba. Evan menggeleng, "entah. gue belum pernah suka sama orang."

"eh, enggak lupain aja." Adara memukul pipinya pelan. fokus, Adara, fokus! batinnya.

"gini ya ternyata, ngeliat demigod jatuh cinta. mana jatuh cintanya terlarang lagi." ledek Evan. Adara melirik sinis. "emangnya demigod gak boleh jatuh cinta?"

satu detik.. dua detik... suasana taman sunyi. sedetik kemudian, suara tawa Evan menggelegar.

"EVAAAANNN!!!"

Break The RulesWhere stories live. Discover now