Karina menatap Mark dengan cemas dan seperti mau menangis. Mark menyadari hal tersebut. Ia meraih kepala Karina dan memeluknya erat. "Everything's gonna be okay." Bisik Mark dengan lembut. Karina mengangguk cepat berusaha untuk tenang.
Mark memberi isyarat pada Jaemin, Jeno dan Jisung untuk berlari kembali ke sepeda mereka san pergi sejauh mungkin, sementara Mark meminta Renjun untuk diam bersamanya disini untuk memutar ke sisi gedung lain mencari tempat persembunyian baru.
Karina menahan tangan Mark dengan mata melebar. "Kita harus pergi!" Bisiknya. Mark menggeleng. "Siapa yang bantu mereka?" Tunjuk Mark pada gedung kubus di belakangnya. Mark menggenggam tangan Karina dengan sangat erat. "You're fine, as long as you stick close to me. I promise."
Karina beralih melirik Renjun dan memintanya untuk meraih tangannya dan berlari secepat yang mereka bisa mengetahui resiko buruk dapat terjadi karena bisa saja di setiap sisi gedung ada penjaga yang bersenjata.
•••
Wendy dan Jisoo masih menunggu jawaban. Keringat bercucuran di dahi mereka. Jisoo melirik ke arah jeruji tersebut dan ia mulai mengeluarkan obeng untuk mulai membuka baut yang menahan pintu jeruji tersebut.
"Hei!" Tegur Wendy. Jisoo menghiraukannya. "Fuck it. Mau sekarang mau nanti kita akan tetep turun." Ujarnya penuh tekad. Wendy menahan tangan Jisoo dan berkata, "Terus kalo dibawah sana ternyata ada penjaga? Kamu mau apa?"
Jisoo menarik nafas dalam-dalam, "Kalo mereka berhasil ngembaliin listrik, kita mati. Karena kita keliatan di mata telanjang semua orang. Kalopun... kalopun sekarang kita turun dan paitnya kita berhadapan sama penjaga, kita punya kesempatan sedikit lebih tinggi karena gelap."
"Sedikit?" Tanya Wendy. Jisoo tersenyum sendu, "Dikit banget. Tapi kan mending daripada gak sama sekali. Lagipula kita gak akan bertahan di atas sini, kadar oksigen kita tipis banget Wan. Mending mati di bawah dibanding mati disini."
Wendy menatap pintu jeruji tersebut dan ikut mengeluarkan obeng kemudian membantu membuka semua baut. Ketika semuanya sudah siap, Wendy dan Jisoo membuka pintu jeruji tersebut secara bersamaan.
•••
Haechan, Chenle, Taeyong dan Seulgi disekap di dalam gudang barang dengan tangan terikat di belakang sementara Yunho dan Changmin dibawa entah kemana.
"Mereka mau dibawa kemana!?" Teriak Haechan panik sebelum pintu akhirnya tertutup. Tak lama kemudian pintu kembali terbuka dengan orang yang berbeda. Ada tiga pria membawa tongkat dan alat kejut listrik. "Bawa dia." Tunjuk seseorang pada Haechan tapi Taeyong langsung melemparkan tubuhnya ke hadapan Haechan.
"J-Jangan, bawa aku— Bawa aku. Jangan mereka! Mereka cuma anak kecil, aku yang bertanggung jawab." Taeyong berusaha keras mengusir tongkat yang sejak tadi hampir memukul Haechan walau kedua tangannya terikat di belakang.
Si petugas yang tadi memberi perintah akhirnya tersenyum miring dan berkata, "Bawa keduanya."
"NO! NO! AKU AJA! DIA JANGAN, AKU MOHON!" Taeyong meronta-ronta begitupun Haechan sementara Seulgi langsung berusaha menggeser tubuhnya supaya dapat melindungi Chenle yang juga ketakutan.
•••
Suho terus melirik ke arah kamar Giselle yang dijaga ketat oleh penjaga bersenjata. Ia merasa harus melakukan sesuatu secepat mungkin dan tidak harus menunggu pergantian shift. Pada saat itu muncul Yoona dan Irene yang sepertinya akan menyeka tubuh Giselle dan mengantar makanan.
Awalnya Irene tidak menyadari Suho berada di belakangnya sampai ia menoleh untuk memastikan. Suho memberi kode untuk kembali masuk ke ruangan dimana Irene keluar tadi. Suho terlihat masuk ke ruangan yang dimaksud yang kemudian disusul oleh Irene.
"Sebentar, ada yang ketinggalan." Ujar Irene menatap Yoona penuh arti. Yoona paham dan hanya menjawab dengan sebuah anggukan. Kini Yoona saling bertatapan dengan Chanyeol yang juga hanya bisa menatapnya tanpa mengatakan apapun. Yoona paham bahwa saat itu adalah saatnya mereka berontak.
Yoona berpura-pura membereskan barang-barang di kereta dorong sambil menunggu Irene yang 'mengambil barang tertinggal di ruang staf'.
Suho hanya bisa menyelipkan kertas pada saku seragam Irene karena terlalu banyak orang di ruangan tersebut untuk mengatakan semuanya secara verbal. Secara acak Irene membawa handuk sebagai bukti bahwa dirinya kembali untuk membawa barang tertinggal.
Irene langsung keluar dari ruangan dan berjalan menuju kamar Giselle setenang mungkin. Yoona yang berjalan di sampingnya bersiap untuk melakukan sesuatu yang memiliki resiko besar. Yoona dengan sengaja menyenggol mangkuk besi berisi air hangat sedekat mungkin ke salah satu penjaga kamar Giselle.
"Oh! Ya tuhan! Maaf! Maafkan aku! Ya ampun!" Yoona terlihat begitu panik dan menatap sang penjaga dengan tatapan sangat bersalah. "Aku harus bagaimana? Mana kita tidak punya waktu untuk mengambil air lagi karena ini sudah waktu makannya Giselle... ya ampun, sekali lagi aku sangat minta maaf..." Keluh Yoona.
"Tidak apa-apa, jangan khawatir. Hei, ambilkan air baru untuk mereka." Perintahnya pada petugas satunya. Irene ikut meminta maaf dan berterima kasih kemudian ia berjalan mendekati ke arah petugas yang basah kuyup dengan handuk kering yang tadi ia ambil dari ruang staf.
"Biar aku bantu, maafkan dia sekali lagi ya... akan kupastikan ia tidak mengulanginya lagi." Ujar Irene dengan begitu penuh perhatian. Ketika sang penjaga fokus pada Irene, tangan Yoona menyelinap masuk ke saku celana sang petugas dan mengambil sebuah pistol kemudian dengan cepat membungkusnya dengan handuk dan menaruhnya di keranjang handuk di kereta dorong.
Tak lama kemudian petugas yang tadi pergi, kembali membawa semangkuk air hangat. "Lain kali hati-hati." Ucapnya singkat. Yoona membungkuk berterima kasih dan meminta maaf berkali-kali sebelum akhirnya diperbolehkan masuk ke dalam oleh si petugas.
Irene langsung menoleh ke arah pintu lalu membuka catatan yang Suho berikan di ruangan gelap. Ia berusaha keras untuk membaca tulisan tersebut sampai tiba-tiba dikejutkan dengan suara bising dari saluran udara.
"Dua perempuan di saluran udara...?" Baca Irene lirih dan kembali fokus pada saluran udara. Irene bisa melihat ada dua wajah cantik di atas sana. Giselle yang juga mendengar suara bising tersebut ikut melihat ke atas. Seketika wajahnya berseri-seri dan menunjuk ke arah saluran udara kemudian berbisik pada Irene dan Yoona. "Aku kenal mereka! Mereka kesini untuk jemput kita!"
Irene langsung memberi isyarat untuk tidak berisik pada Wendy dan Rose kemudian sibuk mencari cara agar Wendy dan Rose bisa turun ke bawah tanpa membuat kebisingan. Rose turun terlebih dahulu dibantu oleh Yoona, Irene dan Giselle supaya mendarat dengan aman.
Namun ketika Wendy akan turun, pintu kamar Giselle terbuka menunjukan Jessica masuk membawa dua petugas bersenjata di depan. Irene, Yoona, Giselle dan Rose menoleh panik sedangkan kaki Wendy menggantung di udara.
Jessica mengokang pistol yang ada ditangannya kemudian tanpa ragu menembak kaki kiri Wendy yang akhirnya membuat Wendy menjerit bukan main dan tubuhnya terbanting langsung ke lantai menabrak kereta dorong besi berada tepat di bawahnya.
Dengan reflek Yoona akhirnya ikut menodongkan pistol sementara Giselle dan Irene membantu Wendy. Rose disisi lain ikut mengeluarkan pistol yang ia bawa dan mengarahkannya pada salah satu penjaga yang sudah jelas siap menembaknya saat ini.
"Kalian pikir kalian hebat bisa keluar dari sini hidup-hidup? Hm?" Tanya Jessica penuh dendam.
•••
Baikkkk
Sabar ya sodara sodaraaaa
Chapter baru lagi dibikin ini revisi kecil dulu sebentarr
Mohon bersabarrrr
YOU ARE READING
THE GLOOM ✔️
FanfictionKota Weston, kota kecil yang di huni oleh beberapa keluarga kecil tengah mengalami kehilangan beberapa warganya dengan secara misterius. Kisah romansa mengikuti di setiap perjalanan para anak muda memecahkan misteri di kotanya tersebut. *keren belu...
• Execution •
Start from the beginning
