"Fuck! Kenapa engap banget?" Keluh Wendy mulai merasa lelah karena posisi postur tubuh yang bisa mereka lakukan hanya merunduk. Jisoo menoleh ke belakang untuk melihat sejauh apa mereka telah merangkak. Ia menekan tombol komunikasi kemudian berkata, "Guys, kita mulai sulit nafas nih. Apa karena oksigen gak bisa masuk ke saluran kecil dan panjang kayak saluran udara?"
•••
Yunho langsung cemas dan mengambil alat komunikasi. "Kalian tidak apa-apa?" Tanyanya panik. Tidak langsung ada jawaban. "Jisoo, Wendy, tolong jawab." Ucapnya lagi dengan tidak sabar.
"Engap Yah, apa perasaan aku doang ya?" Jawab Wendy. Yunho dan yang lain terpaku mendengar panggilan baru dari Wendy untuk Yunho. Ayah. Mungkin efek kekurangan oksigen membuat Wendy tidak bisa fokus. "Wendy, kamu tinggal dikit lagi sampe ke ruangan Giselle. Maju lagi sedikit kamu pasti bisa." Ujar Yunho berusaha memberi semangat.
"Berapa lama lagi? Dan seberapa jauh?" Tanya Wendy. Haechan merebut alat komunikasi dari tangan Yunho dan menjawab, "Dikiiiiiit banget! Tinggal cari sumber cahaya aja Kak!"
Chenle memukul kepala Haechan. "Kan mati lampu goblok. Sumber cahaya darimana!?" Omelnya. Haechan melotot karena baru ingat. "Maksudnya bukan cahaya! Bukan cahaya! Gak ada cahaya! Cari aja semacam pintu besi kayak jeruji penjara. Pintu yang kayak awal Kakak masuk tuh, inget gak?"
Lagi-lagi tak langsung ada jawaban. "Kak? Kalian gapapa kan?" Haechan ikut cemas. Tetap tidak ada jawaban.
•••
Wendy memutuskan untuk meminimalisir penggunaan stok oksigennya dan langsung berjalan mencari jeruji besi yang Haechan maksud. Kepalanya mulai terasa pusing dan ia bahkan tidak punya waktu untuk sekedar menoleh ke belakang melihat apakah Rose baik-baik saja atau tidak.
Ia berhenti di tempat yang Haechan maksud. Wendy berusaha mengintip dari celah kecil jeruji untuk memastikan itu kamar Giselle atau bukan tapi ruangan tersebut terlalu gelap untuk di intip dari celah yang sekecil itu.
"Haechan, Kakak udah sampe di jeruji yang kamu maksud, ini bener kamar Giselle? Soalnya Kakak gak bisa ngintip, gelap banget..." Ucap Wendy yang kemudian menggenggam tangan Jisoo untuk saling menguatkan satu sama lain. Jisoo meminta Wendy untuk menarik nafas dalam-dalam kemudian membuangnya perlahan, bersama-sama.
"Iya Kak! Kakak udah sampe!" Jawab Haechan. Wendy yang tadinya mulai tenang kembali panik dalam diam. Adrenalin mulai memicu detak jantung berdebar sangat cepat. This is it.
"Terus... kita masuk kapan?" Tanya Jisoo. Tidak ada jawaban. Jisoo dan Wendy menatap satu sama lain dengan perasaan tak karuan menunggu jawaban yang setelah ditunggu hampir 2 menit, tetap tidak ada jawaban. "Guys, c'mon. I can't wait any longer. It's getting harder to breathe." Ujar Wendy putus asa.
•••
"Angkat tangan!" Haechan melempar alat komunikasi mereka ke tanah dan menuruti perintah tersebut. Yunho, Changmin, Haechan, Chenle, Taeyong dan Seulgi tidak berani menoleh ke belakang.
"Tangkap mereka dan hancurkan semuanya." Perintah seseorang.
•••
Karina, Mark, Renjun, Jaemin, Jeno dan Jisung baru saja akan kembali setelah mengambil beberapa peralatan yang diperlukan, tapi dengan cepat Mark menarik Karina ke semak-semak dan menutup mulutnya.
Karina membelalakan matanya ketika melihat banyak pria berseragam serba hitam lengkap dengan persenjataan telah mengetahui tempat persembunyian mereka. Dengan insting, Karina buru-buru mematikan alat komunikasinya karena benda tersebut bisa mengeluarkan suara jika salah satu alat komunikasi menekan tombol alarm, hasil rakitan Haechan.
YOU ARE READING
THE GLOOM ✔️
FanfictionKota Weston, kota kecil yang di huni oleh beberapa keluarga kecil tengah mengalami kehilangan beberapa warganya dengan secara misterius. Kisah romansa mengikuti di setiap perjalanan para anak muda memecahkan misteri di kotanya tersebut. *keren belu...
