33 - My Little Alana

Mulai dari awal
                                    

Caka membalikkan tubuhnya, "Hal penting apa?"

Bilal yang asik menyalin tugas Alvarez pun sontak terkejut. Cowok itu melirik Caka lekat-lekat. Jarang sekali Caka penasaran dengan hal apa pun, terlebih tentang Alana Gioni. Caka adalah orang yang tidak peduli dengan apa pun, dan sekarang Caka mendadak menjadi orang kepo. Seperti dirinya. "Ada angin dari mana nih Caka Elvano pinisirin?"

"Ketularan lo kali," sahut Alvarez. Dia kembali menatap Caka, "Teman bokap gue sama Alana ke Indonesia. Karena mereka 'bestian' lengket banget, teman bokap gue sama Alana mau ajak kita dinner bareng malam ini. Lah si Alana nggak balas chat gue. Nggak buka HP kali dia," jelas Alvarez panjang lebar.

"Biar pas pulang gue bilang Alana."

Alis Alvarez mengerut, "Maksudnya? Lo tadi berangkat sekolah bareng Alana?" Caka mengangguk. "Tumben?"

"Emang salah berangkat bareng?" tanya Caka balik.

Tanpa menaruh curiga, Alvarez menjawab. "Kalau gitu, nanti tolong bilangin ke dia."

❤︎❤︎❤︎

"Lo nggak buka chat sama sekali?" tanya Caka saat mereka bertemu di parkiran untuk pulang.

"Nggak, Kak. HP aku mati barusan. Aku lupa nggak charge semalam. Kenapa? Kakak chat aku?" tanya Alana balik beruntun.

"Alvarez tadi titip pesan ke gue buat lo. Nanti malam dinner, gue disuruh langsung antar ke rumah Alvarez."

"Tumben? Tapi aku nggak bawa baju ganti."

"Bunda Chrisa udah siapkan semuanya."

"Oh gitu.... Oke! Tapi hari ini kita jadi ke mall? Kakak jadi temani aku beli lip tint?"

"Of course," balas Caka menepuk lembut puncak kepala Alana. Kemudian mengambil helm Alana untuk dia pasangkan. "Pakai helm-nya."

"Kak Caka makin care aja sama aku. Jadinya, kan, aku baper."

Caka berdecak mengejek, meski bibirnya mengulum sebuah senyuman tipis. Satu hal lagi yang dia ketahui tentang Alana. Gadis itu suka ceplas-ceplos dan mengungkapkan semua yang ada di otaknya tanpa ragu.

Sepanjang perjalanan keduanya seperti biasanya. Alana yang banyak bicara, sedang Caka menanggapi dengan singkat. Alana bercerita banyak hal, membuat Caka sedikit demi sedikit mengetahui apa yang Alana suka dan tidak.

Tidak terasa mereka sampai di mall. Tak mau membuang waktu mereka memilih untuk langsung ke store peralatan make up. Alana dan Caka berdiri di tempat tester lip tint. "Aku bingung pilih shade apa, Kak. Shade yang biasa aku pakai stock-nya habis."

Caka menangkap kegelisahan Alana. Cowok itu mengalihkan pandangannya pada lip tint yang rapi berjejer. Dia mengambil salah satu lip tint dengan shade warna pink. Caka membuka tutupnya yang sudah terdapat kuas, dia menarik dagu Alana untuk mendongak. Dengan lembut Caka mengoleskan pada bibir Alana.

Jantung Alana kembali tidak bisa tenang, terlebih saat jempol Caka menyentuh bibir bawah Alana untuk melakukan blend. "Warna ini cocok di bibir lo, jadi cantik."

Strawberry Cloud [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang