Lebih Nyaman

Mulai dari awal
                                    

"Aku gatau ini MonSam atau FreenBeck."

Becky selalu merasa senang setiap kali para fans men-ship mereka. Tentu saja itu karena dirinya pun menginginkan hal yang sama. Ia ingin bersama Freen. Becky mencuri pandang ke arah Freen yang masih anteng menggenggam tangannya. Diam-diam ia mengagumi perempuan di sisinya yang sedang fokus menatap jalanan Bangkok yang sibuk dan selalu macet. Pasti melelahkan untuk Freen menyetir di malam hari setelah selesai syuting.

"Phi Freen capek nggak?"

Freen mengalihkan pandangannya dari jalan dan memandang ke arah Becky dengan senyuman. "Biasanya sih capek. Tapi hari ini nggak, soalnya ditemenin kamu." Freen menjawab dengan ceria sambil tersenyum lebar seperti anak kecil.

"Halah, gombal." Becky menjulurkan lidahnya sambil bergidik, seakan-akan jawaban Freen tadi menggelikan untuknya.

"Ih, siapa juga yang lagi ngegombal." Freen tertawa sambil kembali memfokuskan pandangannya pada jalanan.

Becky tetap tersenyum walaupun dalam hatinya ia benar-benar berharap Freen memang sedang menggodanya.

"Aku beneran happy soalnya ditemenin kamu. Beneran." Senyum Freen terkembang di wajahnya.

Dan hal tersebut membuat hati Becky terasa lebih ringan. Sedikit keberanian mulai muncul di dalam diri Becky.

"Kenapa kok bisa happy? Phi Freen sayang sama aku ya?"

Freen langsung mengangguk yakin, seperti tidak berpikir sama sekali. "Iya dong. Adik gemesin kaya gini masa nggak disayang?"

Becky seakan bisa mendengar suara retak yang berasal dari hatinya. Lagi-lagi ia harus mendengar kaya adik. Dan lagi-lagi ia menyalahkan dirinya sendiri yang membuatnya berada di situasi seperti ini.

"Terus aja panggil aku adik. Sebel!" Becky memanyunkan bibirnya dan menghembuskan napas kuat-kuat, berusaha memperlihatkan betapa tidak suka ia dipanggil adik. Mungkin dengan cara seperti ini Freen bisa sadar dan berhenti menggunakan kata kakak ataupun adik dengannya.

"Kamu nggak suka aku panggil adik? Kalau Nong Becky gimana?"

"Nggak suka!" Becky masih terus merengut.

"Lah kenapa?" Feen masih menggenggam tangan Becky sambil terus memerhatikan jalanan di depan.

"Soalnya aku bukan anak kecil, Phi Freen." Becky masih tidak punya keberanian untuk memberitahukan Freen alasan yang sesunnguhnya. Soalnya aku nggak mau cuma jadi adik kamu! Aku maunya jadi pacar kamu.

"Tapi kamu manggil aku phi." Freen berdalih.

"Ya tapi bukan berarti kamu musti panggil aku nong." Becky melanjutkan protesnya.

Freen tertawa kecil mendengar protes Becky. Ia menggenggam tangan Becky lebih erat sebelum mengangkat tangan mereka dan menempelkan punggung tangan Becky ke pipinya. "Okay, jadi aku harus manggil kamu apa?"

"Panggil Becky aja." Becky tidak dapat menahan senyum di wajahnya karena punggung tangannya bersentuhan dengan pipi Freen.

"Kamu cukup happy dipanggil Becky? Aku pikir kamu bakalan minta dipanggil Becbec atau Baby."

Becky bisa merasakan wajahnya menghangat sangat mendengar kata baby keluar dari bibir Freen. "Phi Freen mau banget manggil aku baby?"

Freen hanya menggumam sambil mencuri pandang ke arah perempuan di sebelahnya. "Kamu mau aku manggil gitu?"

Becky kembali kesal dengan respon yang diberikan Freen. Padahal tadi ia berharap perempuan di sampingnya akan memberikan jawaban yang lebih lugas. Ia menghembuskan napas keras-keras menandakan kekesalannya.

"Aku nggak akan manggil kamu nong lagi." Freen lanjut berbicara, menyadari Becky sudah mulai kesal. "Yang penting aku nggak manggil kamu nong, kan?"

Becky menganggukkan kepalanya, menandakan persetujuan. "Iya, yang penting bukan nong." Apa kamu bisa melihat aku lebih dari sekedar adik kalau kamu berhenti manggil aku nong, Phi Freen?


***


Freen baru saja selesai mencuci muka dan mengganti bajunya. Saat ini ia sedang memandang bayangannya sendiri di cermin di dalam kamar mandinya. Ia mencoba sekuat-kuatnya untuk tidak membahas perkara ciuman yang diberikan Becky saat syuting tadi. Dalam hati sebenarnya ia sangat ingin mengetahui apakah itu benar-benar ciuman dari seorang adik untuk kakaknya seperti yang dikatakan oleh Becky, atau sebenarnya lebih daripada itu. Ia menghela napas dan mencoba untuk mewaraskan pikirannya.

"Freen, yang waras. Nggak usah ngarep macem-macem." Ia berbicara dengan bayangannya di cermin, memandang ke arah matanya sendiri. "Cukup..." Ia menghela napas dan memejamkan matanya sesaat sebelum memandang bayangannya lagi. "Cukup bersyukur aja, kamu bisa ngabisin waktu bareng sama Becky. Nggak perlu berusaha untuk ngungkapin perasaan kamu. Kalau dia cuma mau kakak-adik aja, ya nggak apa-apa. Itu udah cukup bikin kamu bahagia."

Ia mengangguk pada bayangannya sendiri. "Oke. Ngerti. Nikmatin aja apapun itu. Yuk bisa yuk, Freen!" Ia menepuk bahunya sendiri sebagai usaha untuk memantapkan hatinya dari apa yang ia katakan sendiri. Ia menarik napas panjang dan akhirnya keluar dari kamar mandi.

"Phi Freen udah ngantuk belum?" Becky sudah berada di atas kasur Freen, menggunakan baju tidur yang terdiri dari celana pendek dan tanktop berawarna merah muda.

Freen tersenyum dan mengangguk, sambil berusaha mengontrol pandangan matanya agar tidak melihat bagian tubuh Becky yang terekspos. "Ya lumayan. Kenapa? Kamu udah ngantuk?" Ia berjalan menuju kasur dan duduk di sebelah Becky.

Becky menganggukkan kepalanya. "Iya, udah ngantuk nih." Ia menjawab dengan menggemaskan dan sedikit bergeser untuk memberi ruang untuk Freen di kasur. Ia lalu merebahkan dirinya di ranjang dan membalikkan badan ke arah Freen, memberikan senyuman yang manis. "Bobo yuk, Phi Freen."

Freen mengikuti posisi tidur Becky dan menghadap ke arah Becky. Kini mereka berbaring di atas kasur sambil saling berhadapan. "Good night, Becbec."

"Good night, Phi Freen." Becky kemudian memejamkan matanya, namun senyum masih terkembang di wajahnya, membuat Freen ikut tersenyum melihat pemandangan itu.

Freen pun sedikit bergeser mendekati Becky dan diam-diam menggenggam tangan Becky sebelum turut memejamkan matanya. Begini aja udah cukup. Bisa deket sama Becky dan bisa pegang tangan dia aja udah cukup buat aku. Yang penting aku nggak bohongin perasaan aku. Aku nggak perlu status. Seperti ini aja udah cukup.

"Phi Freen ngapain?"

Freen buru-buru membuka matanya dan melihat ke arah Becky yang ternyata masih memejamkan matanya.

"Aku... pengin pegang tangan kamu." Freen menjawab tanpa melepaskan genggaman tangannya.

Senyum Becky semakin merekah, dan ia pun menarik tangan Freen yang menggenggam tangannya. Dia arahkan tangan Freen melingkari pinggangnya, lalu ia bergeser mendekat ke arah Freen sebelum akhirnya ia pun melingkarkan tangannya di pinggang Freen. "Begini aja. Lebih nyaman." Senyumnya masih belum sirna dari wajah.

Freen ikut tersenyum. Mungkin senyum terlebarnya hari ini. Tangannya mengelus pinggang Becky sebelum ia memejamkan matanya kembali. "Iya... begini lebih nyaman."

Curtain Call [ID]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang