XIV: Sincere

66 12 2
                                    

H e (ll) a v e n 
❝Your home, hell or heaven?❞

⎯⎯⎯ ♆♆♆⎯⎯⎯

❝Setiap kata yang ku katakan, aku bersungguh-sungguh dengan hatiku.❞
Lan Wangji, Mo Dao Zu Shi
by Mo Xiang Tong Xiu.

⎯⎯⎯ ♆♆♆⎯⎯⎯

Pagi-pagi sekali Jungkook terbangun, namun sejujurnya sudah tidak pagi karena matahari sudah menyilaukan mata. Tetapi tetap saja, pukul sembilan adalah paginya pemuda Han ketika ia baru saja lembur dan mendapatkan shift siang.

Kakinya sudah menyusuri semua sudut rumah dan tidak menemukan siapa-siapa, barulah ketika tubuh kembali terbaring pada tempat tidur ia melirik secarik kertas berwarna kuning dan membacanya. Jungkook tertawa membacanya, “Tumben sekali Namjoon melupakan jadwalnya.” Kemudian ia mengirimkan sebuah semangat melalui pesan, berjanji akan menyambut Namjoon ketika pria itu telah kembali.

Jungkook menghabiskan waktu sebelum berangkat di rumah Namjoon, membersihkan beberapa sudut yang telah dihuni debu, memfilter stok bahan pangan agar tidak membusuk selagi penghuninya pergi. Beban dalam pundaknya serasa hilang, berbagi dan mendapatkan respon dari Namjoon sedikit banyak membuatnya lega, dan Jungkook memutuskan akan ke rumah Taehyung sepulangnya bekerja.

Hatinya berseri, dan untungnya semesta mendukung. Tidak ada komplain yang menciptakan lilitan didasar perut dari customer, hujan badai pun tidak lagi terlihat dan mentari menggantikannya dengan sinar yang cukup terik. Jungkook mengibaskan baju, lalu mengelap bulir keringat di pelipisnya dengan tisu. Ia baru saja duduk saat dengan tiba-tiba namanya di teriakan oleh sang rekan.

“Han Jungkook, ada yang mencarimu di meja dua puluh.”

Baru saja Jungkook menghela napas lega, perutnya kembali terasa diaduk. Bahkan dalam setiap langkahnya yang tergesa, pemuda Han memohon kepada semesta agar tetap berpihak padanya. Dan entah harapan itu dikabulkan atau tidak, Jungkook menangkap senyum menawan di depan sana. Ada ragu yang seketika muncul dalam pijakan, namun Jungkook tetap melanjutkan setelah mengumpulkan keberanian.

“Bapak,” Sapanya ramah, bersikap setenang mungkin karena ia sedang memakai seragam kerja. “Anda mencari saya?”

Pria yang dipanggil bapak mengangguk kecil, “Long time no see, Han Jungkook.”

Ia meringis, tidak tahu harus menjawab apa selain, “Saya butuh waktu, Pak Ryu, hehe. Anda kenapa bisa di sini?”

“Kenapa tidak?” Taehyung menaikkan sebelah alis tebalnya, lantas menarik satu sudut bibirnya dengan bangga, “Koneksi saya banyak.”

Dan harusnya Jungkook tidak perlu bertanya, karena bahkan identitas ibunya yang sedang berjuang melawan hidup saja Taehyung tahu.

Okay, lupakan yang itu.” Jungkook kembali tersenyum, berusaha menahan untuk melemparkan wajah kakunya pada Taehyung. “Kenapa Anda memanggil saya? Anda perlu sesuatu?”

Taehyung mengangguk, dan Jungkook menegang dalam tumpuan. Berharap pada angkasa agar pria itu tidak memerlukan sesuatu yang macam-macam.

“Saya perlu memastikan jika kamu bekerja hari ini. Karena saya ingin menyeretmu pulang.”

Jika ini bukan tempat kerjanya, mungkin Jungkook sudah meninju wajah mapan Taehyung. Pria tua itu sungguh menyebalkan setengah mati, dan ia ingin segera beranjak dari jangkauannya.

“Karena Anda sudah mendapatkan jawaban, saya sudah boleh kembali bukan?”

Pria Ryu kembali mengangguk, ikut tersenyum ramah pada Jungkook selagi mempesilakan yang muda. “Tapi, keperluan yang kedua saya belum terkabulkan. Jadi, saya akan menunggumu hingga pulang—Saya tidak menerima tolakan dalam bentuk apapun.”

He(ll)aven ㅱ Taekook [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang