2. Anoush (End)

60 13 0
                                    

Tiga puluh menit kemudian Yoongi akhirnya selesai membersihkan diri dan segera menghampiri Jimin yang berada diruang TV.

Yoongi melihat seluruh hasil masakannya telah tertata rapih sebuah di meja kecil yang berada tepat di depan televisi. Dia juga mendapati ada beberapa menu tambahan seperti pizza, chicken, dan kentang goreng. Pastilah Jimin yang memesannya.

Yoongi lantas memilih duduk berselonjor kaki di karpet tak jauh dari Jimin yang juga sedang merebahkan tubuhnya disana. Dia lalu menatap semua makanan dihadapannya dengan bingung.

"Apa kita bisa menghabiskan semua ini Jimin?

"Hm, kita bisa memakannya perlahan sambil menonton film. Tapi sebelum itu, kemarilah."

Jimin menepuk tempat kosong disampingnya, menyuruh Yoongi untuk lebih mendekat padanya. Yoongi pun menurut dan menggeserkan tubuhnya pada pria itu.

Jimin lantas meraih tangan Yoongi dan mulai mengobati luka kekasihnya dengan telaten. "Terima kasih sudah memasak untuk saya. Tapi jika setiap memasak kau terluka seperti ini, maka saya akan melarangmu."

"Mana bisa begitu." Ujar Yoongi tak setuju. "Aku masih belajar, wajar terluka sedikit."

Jimin menaikkan sebelah alisnya, menatap Yoongi tajam. "Sedikit apanya." Pria itu mengangkat pergelangan tangan Yoongi agar kekasihnya itu dapat melihat lukanya sendiri dengan jelas. Banyak sekali luka goresan, bahkan kulit yang melepuh.

"Saya loh tadi mengecek cctv. Ternyata kau juga ceroboh sampai terjatuh bukan?"
Jimin lantas menyingkap pelan celana piyama Yoongi sampai sebatas paha hingga dia dapat melihat lutut Yoongi yang memerah.

"Apa ini hm?"

"Iya, maaf. " Yoongi meluruhkan pundaknya menyerah ketika dia tidak dapat melakukan pembelaan lagi. "Tapi jangan melarangku memasak ya?"

"Berjanji dulu pada saya untuk lebih berhati-hati."

Yoongi mengangguk cepat. "Iya, saya Janji."

Jimin lalu menarik napasnya berat, pria itu lalu menarik Yoongi kedalam pelukannya. "Maafkan saya Yoon."

Selama lima menit mereka hanya berpelukan dan merasakan hangat tubuh masing-masing. Jimin sesekali mencium surai Yoongi dan menghirup aroma jeruk yang khas yang dari rambut kekasihnya.

Yoongi melepaskan pelukan lebih dulu. Dia lalu tersenyum pada Jimin yang sedang menatapnya. "Tidak ada yang perlu dimaafkan. Ayo, sebaiknya kita mulai makan. Kau pasti sudah lapar."

Jimin menggangguk, dia memperhatikan Yoongi yang telaten menyiapkannya makanan. Pria itu lalu dengan senang hati mencoba masakan Yoongi satu persatu.

"Bagaimana?"

Yoongi memperhatikan Jimin dengan perasaan berdebar dan gugup. Sedikitnya khawatir dengan tanggapan sang kekasih terhadap hasil masakannya lantaran sedari tadi pria itu hanya fokus makan tanpa mengatakan apapun.

"Sangat enak." Jimin tersenyum teduh menatap kekasihnya. "Masakanmu akan menjadi salah satu favorit saya."

Wajah Yoongi langsung memerah, Jimin yang gemas tidak tahan untuk tidak mencubit pipi gembul itu. "Terima kasih untuk semua kerja kerasmu hari ini, cantik."

"Jimin!"

Pria itu tertawa, lantas mengangkat sebelah tangan Yoongi yang memperlihatkan salah satu jemarinya. "Hadiahmu, sayang."

Yoongi tertegun begitu mendapati sebuah cincin terpasang di salah satu jemarinya. Dirinya bahkan tidak sadar ketika Jimin memasangkannya. Yoongi lantas menghembuskan napasnya kasar, paham betul hanya dari tampilannya saja cincin ini tidak bisa dikatakan murah.

"Ini pasti mahal Jimin." Yoongi tidak mau repot menebak berapa digit harga cincin tersebut, karena pasti dirinya akan langsung sakit kepala.

"Jimin, kamu tidak perlu memberiku barang mahal seperti ini. Kamu bisa membeli yang lebih murah, saya pasti akan menghargai setiap pemberianmu."

Jimin menarik napasnya perlahan, dia lalu meluruhkan pundaknya dan mengamati Yoongi dalam diam. "Tapi pada kenyataannya kamu bahkan tidak pernah meminta apapun pada saya Yoon. Kamu juga jarang mau menerima pemberian saya."

"Itu karena setiap barang yang kamu berikan selalu mahal, saya segan jika menerimanya terlalu sering."

"Apa salahnya? Aku kekasihmu."

"Justru karena itu." Yoongi ikut menghela napasnya. "Kamu tidak ada kewajiban untuk membiayai seluruh kebutuhanku, karena saat ini statusmu masihlah pacar, bukan suami saya. Saya tahu membeli barang mewah seperti ini tidak akan menghabiskan seluruh hartamu, tapi tidak denganku yang tidak bisa memberikanmu hal yang setara."

Pria itu selalu membelikannya barang-barang mewah, membiayai segala kebutuhannya tanpa diminta, dan Yoongi tidak pernah terbiasa. Karena Yoongi tahu, dia tidak akan bisa membalasnya dengan hal serupa. Status sosial mereka jelas berbeda, Yoongi hanyalah orang biasa yang kebetulan dipertemukan dengan pemilik perusahaan ternama.

"Yoongi, kamu tidak harus membelikan saya barang mewah dan membalas dengan hal serupa karena saya tidak butuh itu. Cukup berjanji saja untuk terus berada disamping saya karena itu yang saya butuhkan."

"Menurutmu, untuk apa selama ini saya bekerja keras selain untuk membahagiakanmu? Dapat memberikanmu fasilitas mewah merupakan salah satu pencapaian terbesar saya juga."

Jimin terkekeh. "Kau tahu Yoon, bisa merasakan hasil masakanmu rasanya bahkan jauh lebih mewah daripada cincin yang tersemat di jemarimu itu."

END
•••

Withlove,
Lebah.

MADE BY LOVE || MINYOON √Where stories live. Discover now