"Eh? Beneran? Tapi, gua kan mau nontonin pertandingannya."
"Kan besok masih ada final sama perebutan juara tiga. Malah besok lo bisa langsung liat siapa yang udah fix ke nasional karena yang tanding di final itu udah pasti maju ke nasional kan?"
"Hmm, gimana ya. Gua juga gak bisa lama-lama temenin Alvito karena gua ada rencana lain juga nanti."
"Gak apa. Sampai gua selesai di pertandingan ini, lo boleh pergi kok. Nanti pas gua mau otw ke rumah sakit, gua bakal kabarin lo."
Tidak ada jawaban dari Alvin. Untungnya, beberapa saat kemudian, terdengar jawaban dari anak itu. "Oke deh. Gua tolongin lo. Langsung ke ruang medis aja kan?"
"Iya. Nanti gua bakal kasih tau juga tim medis kalo lo udah diminta sama gua buat temenin Alvito. Terima kasih banyak ya, Alvin. Pertolongan lo sangat membantu tim gua hari ini."
"Kalo bukan Alvito yang masuk rumah sakit juga kayaknya gua belom bisa bantuin lo deh."
"Ya udah iya. Intinya, terima kasih banyak ya." Telepon dimatikan, Jonatan menghembuskan napasnya dengan lega. Pertolongan yang sungguh tidak diduga. Kemudian, Jonatan memberitahu tim medis bahwa Alvin akan menemani Alvito ke rumah sakit. Jonatan juga menunjukkan foto Alvin agar tim medis itu bisa mengenali Alvin ketika anak itu tiba di ruang medis. Setelah itu, tim medis pergi meninggalkan Jonatan, lalu Jonatan kembali sibuk terhadap permainan anak-anak didiknya itu.
*****
Usai time break pertama, pergerakan poin dari lawan melaju terlalu cepat. Seolah kehilangan semangat, hampir semua pemain Universitas Harapan Jaya tidak bisa mengeluarkan permainan terbaiknya. Beberapa kali serve dari pemain gagal menyebrang net. Selain itu, tidak adanya Alvito membuat serangan dari tim sedikit menurun. Kurangnya konsentrasi akibat Alvito sakit juga membuat pertahanan tim semakin kacau. Alhasil, dalam waktu singkat, tim Universitas Harapan Jaya tertinggal 8-21.
Merasa butuh untuk mengembalikan fokus anggota tim, Jonatan kembali mengajukan time break. Walaupun ia tahu peluang tim mereka untuk lolos ke final sangatlah berat, tapi Jonatan juga tidak mau anak-anaknya itu mengalami kekalahan telak. Masih ada kesempatan untuk memperkecil jarak agar kekalahan mereka tidak terlalu menyedihkan. Sayangnya, Jonatan sendiri bingung harus berkata apa karena anak-anak terlihat sudah tidak bagus emosinya. Jadinya, Jonatan hanya meminta mereka untuk menenangkan diri di saat waktu istirahat ini.
Tidak ada perkembangan berarti. Walaupun tim Universitas Harapan Jaya sempat meraih dua poin berikutnya, lawan kembali merebut tiga poin setelahnya. Kedudukan kini 10-24, match point untuk lawan.
Lawan melancarkan serve. Yosua kemudian mengambil bola itu, lalu Satrio bersiap mengumpan bola tersebut. Vincent lalu melancarkan smash, namun masih bisa dihadang oleh lawan. Setelah itu, lawan bersiap melakukan smash. Blok dari tim Universitas Pelita Hati tidak bisa menahan bola itu. Yosua berusaha mengambil bola itu, tapi karena posisinya tidak maksimal, bola malah mengarah ke luar lapangan. James yang berada di posisi paling memungkinkan untuk mengejar bola berusaha untuk mengambil bola itu. Sayangnya, bola itu tidak bisa diselamatkan oleh James. Poin untuk lawan, 10-25. Langkah tim Universitas Harapan Jaya terhenti. Usai bersalaman dengan tim lawan, pemain tim kembali ke tempatnya masing-masing. Jonatan tetap memberikan semangat kepada anak-anak, tapi mereka semua masih tertunduk lemas. Mereka kemudian masuk ke ruang pemain dalam diam.
Di ruang pemain, hampir semua pemain Universitas Harapan Jaya murung. Mereka masih memikirkan kekalahan tadi. Tapi, Jonatan merasa bukan saatnya untuk bersedih. Mereka masih ada satu peluang lagi dan mereka harus memanfaatkan itu.
"Teman-teman semua. Hasil hari ini emang gak sesuai dengan harapan. Tapi, ini hasil maksimal yang bisa kita peroleh. Mskipun begitu, kita masih ada kesempatan buat meraih kemenangan besok. Jadi gua harap, setelah kita evaluasi singkat, kalian tetap jaga fokus kalian untuk pertandingan besok. Jangan sampai kekalahan kita hari ini ikut ngebuat permainan kita besok jadi error dan berujung kekalahan lagi."
Tidak ada yang membalas ucapan Jonatan. Mereka semua setuju dengan apa yang diucapkan manajer mereka itu. Lagipula, masih ada satu pertandingan lagi yang harus mereka hadapi, jadi sepertinya memang lebih baik untuk fokus ke hal itu terlebih dahulu. Setelah itu, anak-anak berkumpul, kemudian Jonatan memulai ucapannya dan membacakan hasil pengamatannya selama pertandingan hari ini.
"Itu aja yang bisa gua sampaikan ke kalian. Semoga beberapa catatan yang gua kasih tadi bisa kalian perbaiki di pertandingan besok. Anyway, gua mau ke rumah sakit buat cek kondisi Alvito. Kalian bisa pulang duluan," ucap Jonatan ketika ia sudah selesai memberikan evaluasinya. Tidak terlalu banyak catatan, namun ada beberapa hal yang harus diperbaiki oleh anggota tim untuk pertandingan esok hari.
Seketika, seluruh pemain Universitas Harapan Jaya terkejut saat mendengar bahwa Alvito dilarikan ke rumah sakit. Seakan tidak percaya, tapi Jonatan menjelaskan bahwa Alvito masuk ke rumah sakit adalah benar adanya. Jonatan lalu memberitahukan secara singkat mengenai apa yang terjadi. Dimulai dari awal Alvito dibawa ke ruang medis, lalu kabar bahwa anak itu harus dibawa ke rumah sakit, hingga akhirnya sekarang Jonatan akan menjenguk anak itu. Setelah mendengar cerita dari Jonatan, anak-anak menjadi sedikit ribut. Mereka menjadi khawatir mengenai nasib mereka esok hari. Tidak ada Alvito berarti kekuatan mereka berkurang. Bisa saja mereka akan dibantai esok hari, lalu gagal melaju ke tingkat nasional, dan klub akhirnya dibubarkan.
"Kita bakal dibantai besok."
"Gak ada Alvito berarti serangan berkurang. Nasib kita gimana ya besok?"
"Gua gak siap kalo klub kita benar-benar dibubarkan kalo besok kita kalah."
"Gak usah mikir kejauhan sampai sana. Kita fokus dulu sama apa yang akan kita hadapin. Selain itu, gua mau kita semua pergi ke rumah sakit buat jenguk Alvito."
Yosua menjadi sedikit geregetan ketika mendengar suara-suara negatif dari anggota tim. Mereka sudah kalah dengan skor telak, tidak baik jika ditambah lagi dengan pemikiran negatif. Bisa-bisa malah benar kejadian esok hari mereka akan dibantai dan klub dibubarkan. Jadinya, Yosua meminta mereka untuk tidak memusingkan hal itu terlebih dahulu. Toh, mereka masih ada peluang juga untuk memenangkan pertandingan besok, jadi sebaiknya mereka menaruh fokus di peluang itu.
Di sisi lain, Bryan ikut mendukung keputusan Yosua. Selain itu, Bryan juga tidak mau anak-anak terlalu pasrah dengan keadaan sehingga sudah siap untuk dibantai esok hari. Menurut Bryan, mereka masih ada peluang esok hari. Jadi, lebih baik pemikiran negatif itu dialihkan untuk berpikir bagaimana caranya menjalani pertandingan esok hari dengan lancar. Jadinya, Bryan ikut menambahkan ucapan Yosua agar anak-anak tidak terlalu khawatir dengan absennya Alvito dan juga nasib pertandingan esok hari.
Sementara itu, mendengar niat dari Yosua untuk menjenguk Alvito, Jonatan menjadi sedikit terkejut. "Besok kalian masih ada pertandingan. Lebih baik waktunya dipakai buat istirahat," kata Jonatan berusaha mengingatkan Yosua. Tapi, anak itu menggelengkan kepalanya.
"Besok kita main siang. Sekarang juga masih siang. Jenguk Alvito gak perlu lama kok. Lagipula, kita ini satu tim, jadi kita juga perlu mendukung sesama anggota tim, sekalipun dia sekarang lagi sakit. Jadi, habis dari tempat Alvito sebentar, kita masih ada waktu buat istirahat."
Jonatan kemudian mengecek kembali handphone-nya. Ia juga mengira-ngira mengenai estimasi waktu. Setelah menimbang sejenak, Jonatan merasa ucapan Yosua ada benarnya juga. Masih ada waktu untuk istirahat. Beruntung mereka hari ini bermain pagi dan jadwal pertandingan esok siang hari, jadi setidaknya masih ada waktu jika ingin melihat kondisi Alvito. Karena itu, Jonatan akhirnya menyetujui usulan Yosua dan mengajak seluruh anggota tim untuk pergi menuju rumah sakit.
"Saatnya kita semua mendukung Alvito biar bisa segera sembuh."
To be continued....
YOU ARE READING
Rebuild the Club!
Teen FictionMengalami cedera saat final turnamen nasional voli tingkat SMP membuat Jonatan trauma. Kesalahan dirinya saat mendarat seusai melakukan jump smash membuat Jonatan harus melewatkan beberapa bulan di rumah sakit. Setelah itu, Jonatan tidak mau lagi be...
Part 22: We're Defeated
Start from the beginning
