0.7

46 16 2
                                    

Satu minggu berlalu. Setelah selesai lomba dan pengumuman mereka memutuskan untuk kumpul bersama sama anak kostum. Namun waktu yang belum ditentukan. Saat ini, Givan sedang berkumpul dengan teman temannya di warung belakang sekolah. 

“Van, ikut futsal ga? “

“Nggak ah males”

“Maklum guys, udah ada pacar” Seperti di awal . Berita Givan dekat bahkan mempunyai pacar sudah tersebar dimana mana.

“Sama pacar mulu, main sama temennya kapan? “

“Sore ini gue ada janji sama Freya”

Rayhan duduk bersebelahan dengan Givan. Meneguk minuman yang baru saja dibeli di warung tersebut. Sembari berucap, “kemaren gue liat pacarlo boncengan sama cowok”

“Hah, nggak usah boong lo”

“Enggak anjing serius ini”

“Kemaren juga kan, gue lagi kumpul sama yang lain. Ada Freya, Azia, Safa sama Aufa. Si Aufa kaya main hp sama Freya. Ngeliatin foto cowok Lang. Dipuji puji gitu anjrit” Jelas Ghastan. 

Givan menggeram pelan. Tangannya sudah meremas kertas yang ada di depannya menyalurkan rasa cemburu nya. Siapa laki laki itu. Apa Freya memiliki dua laki laki dalam hatinya. Itu pikiran Givan saat ini. 

“Cewek emang gitu Van, aslinya keluar kan? “

“Tapi Freya nggak kayak gitu kalo sama gue”

Rayhan berdecak, “namanya manusia Van, kadang di depan sama di belakang itu bakalan beda”

“Tapi Freya beda”

“Dia ada ngasih kabar nggak kalau mau kumpul? Sampe boncengan sama cowok selain lo? Enggakkan” Raihan berujar lagi dengan gelak tawa. 

“Anjing” Umpat Givan pelan. 

🪐🪐🪐

Arloji menunjukkan pukul setengah empat sore. Suara adzan sudah berkumandang beberapa menit yang lalu. Freya sudah siap dengan sweater dan celana kulotnya. Sudah ada tas juga yang dia bawa di pundak kirinya. 

Sore ini, dia ada janji dengan pacarnya, Givan. Freya kembali menatap jam yang ada di pergelangan tangannya. Givan masih juga datang menjemputnya. “Freya, jadi keluar sama Givan? “

Freya menoleh kepada sang ibu, “mm kayaknya jadi bu, tapi Givan belum ada kabar”

“Ditunggu didalem aja, diluar mendung nak”

Dia mengangguk sebagai jawaban.

Apakah Givan melupakan janjinya? 

Lagi?

Freya menggelengkan kepalanya. Jangan sampai kejadian yang lalu terulang lagi. Dia tidak mau. Dia sangat benci kala Givan lupa dengan janjinya sendiri.

Kakinya melangkah menuju bangku kursi yang ada di taman rumahnya. Disini, tempat biasa dia dan Givan mengobrol kala Givan menyempatkan waktu untuk mampir kerumah.

Dulu.

Entah dengan alasan sekolah atau hanya ingin bertemu dengan Freya. 
Freya merasakan itu. Akhir akhir ini memang jarak Freya dan Givan seperti lebih menjauh. Dengan kesibukan masing masing dan juga kepentingan kepentingan organisasi masing masing yang menghabiskan waktu. Bahkan saat di sekolah pun, duduk berdua berbincang saja terkadang tidak bisa.

 Bahkan saat di sekolah pun, duduk berdua berbincang saja terkadang tidak bisa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
GRADUADIED || NA JAEMINWhere stories live. Discover now