7. AIR MATA SIALAN

99 13 0
                                    




~ ~ ~

Seongeun POV

Dia masih tak menjawab ku dan malah diam di sana, "apa mau nya..." aku menghampiri cewek itu dan ternyata dia malah menangis? "kau? kenapa menangis?" Dia tak menjawab dan jalan mendahului ku, "hey aku bicara dengan mu!" aku menahan lengan nya kasar dan dia menepis tangan ku lebih kasar.

"Kenapa aku membuat mu kesal? apa kau perlu membentak ku saat bicara?" nada bicara cewek ini ketus tapi mata nya malah menangis, dasar cengeng baru di bentak sudah menangis? walau aku tak punya cukup alasan untuk marah pada nya, kenapa Gimyung harus memeluknya? maksudku.. apa harus memeluk anggota nya begitu? bisa-bisa orang mengira mereka pacaran.

"Ini yang membuat ku kesal, kau itu cengeng dan ceroboh, suka bertindak sebelum berfikir dan kau itu mudah panik, bagaimana bisa bigdeal menerima cewek cengeng seperti kau?!"

Aku tipe yang jujur setiap bicara, lihatlah mata nya itu, "apa? mau menangis lagi?" tanya ku. Dia tak menjawab lagi.

PLAK!

Lalu beberapa detik kemudian rasa panas menjalar di pipi ku, "Sialan! pergi sana! aku tak peduli lagi jika kau di bunuh tenaga kerja  Baekho! ataupun Ilhae!" Dia melakukan itu lagi, lihatlah setelah menampar ku malah kabur dan mengusir ku?

...

Author POV

Gimyung berdiri melihat Sarang yang baru kembali, "kau dari mana? kenapa kau jalan secepat itu- hey kau menangis?" tak menjawab lagi Sarang berlalu ke kamar nya dan menutup pintu dengan begitu keras membuat Rainman yang baru tidur langsung terjaga karna suara dari pintu yang di banting.

Melihat kedatangan Seo Seongeun, Gimyung mengusap wajahnya seperti nya dia tau apa yang terjadi. "Astaga, apa yang terjadi? kenapa dia menangis dan pipi mu bengkak begitu?" Tak langsung menjawab, Seo Seongeun duduk di teras kembali menikmati Soju nya diikuti Gimyung yang masih menunggu.

"Dia menampar ku sialan! kenapa kau masih bertanya? kau bodoh?" Gimyung hanya memasang wajah datar nya, "kau lakukan apa sampai di tampar? dia tak mungkin menampar tanpa alasan." Ujar Gimyung.

"Bagaimana bisa Bigdeal menerima anggota seperti dia?" Tanya Seo Seongeun penasaran, "karna dia romantis, walau hanya bisa bertarung dengan kotor, dia akan melakukan apapun untuk bigdeal. Aku serius kau apakan sampai dia seperti itu."

Seongeun mengusap pipi nya pelan, "aku hanya bentak sedikit, aku hanya bilang dia membuat ku kesal, dia ceroboh dan suka panik tak jelas, dan dia benar-benar cengeng aku tanya kenapa bigdeal menerima orang seperti dia dan tak lama aku di tampar."

"Pantas saja~" Gimyung tertawa kecil, "pantas apa?" Gimyung melirik Seongeun, "dia tak bisa di bentak, bahkan jika bicara dengan nada tinggi pada nya? dia bisa langsung menangis, dia pernah berdebat dengan Kyunghoon, tak sengaja Kyunghoon bicara dengan nada tinggi dan.. Sarang menampar Kyunghoon, lalu kabur~"

"Cih kebiasaan menampar nya itu tak bisa hilang?" Seo meneguk habis Soju nya.

"Hey dia bukan cengeng, dia itu perempuan hatinya lembut, kau harus bisa bedakan cara bersikap pada sesama pria dan wanita, dasar bodoh. Besok bicara dengannya atau dia tak akan mau melihat wajah mu lagi." Gimyung meninggalkan Seongeun di sana dan memilih istirahat.

~ ~ ~

Seongeun melihat makanan yang kurang menyelerakan di hadapannya, "hanya ramen?" tanya Seo menatap Gimyung dan Rainman yang sibuk makan, "iya, kalau mau makan yang lain bicara dengan nya, kita tak bisa masak makanan lain selain ramen." ujar Gimyung.

"Dia belum keluar? ini sudah siang." Keduanya menggeleng pertanda tidak, "jinjja?! dia ini memangnya anak kecil yang marah sampai selama itu?"

Seongeun menuju kamar Sarang, "Hey kau benar-benar marah? baiklah aku akan pergi jika itu yang kau mau, aku tak bermaksud membentak mu.. tapi cara bicara ku memang begini.. sudah, aku pergi, ntah bagaimana nasib ku jika tertangkap nanti..."

Seongeun menunggu di depan pintu kamar cewek itu tak butuh beberapa detik pintu itu terbuka, saat melihat Seo masih di depan pintu, Sarang kembali mencoba menutup pintu namun lebih dulu di tahan cowok itu.

"Kau masih peduli pada ku kan~ ayo bicara jangan bertingkah kekanakan begini." Sarang menyerah karna tenaganya kalah.

Seongeun POV

"Sudah menyerah?" tanya ku karna dia tak lagi mencoba menutup pintu itu dasar tenaga dan badan kecil begini bagaimana bisa membawa ku pergi saat itu dari baekho, dia benar-benar tak mau melihat wajah ku, "sudah ku bilang cara bicara ku begini, maaf jika ucapan ku malam itu melukai mu."

Barulah dia mau melihat ku. Tapi apa ini?! kenapa dia melihat ku seperti itu? mata coklat nya itu jadi lucu.. sial perasaan macam apa ini.

"Perbaiki cara bicara mu pada wanita, dan kurangi sikap menyebalkan mu itu." Ujar nya pelan, "baiklah, kau juga kurangi sifat mu yang sudah ku bilang malam itu, setuju?" dan dia tak menjawab malah berlalu ke ruang makan.

Author POV

"Sudah baikan? ayo makan." Gimyung tersenyum melihat keduanya kembali, "kau menawari makan tapi apa ini?!" Bagaimana dia tak protes ramen tadi sudah habis, "Kami lapar tadi, kalian masak saja sendiri~" Gimyung dan Rainman meninggalkan ke duanya dan memilih mencari udara segar di luar.

Seo melirik Sarang, "ayo masak, akan ku bantu." Ujar Seongeun.

Ke duanya sibuk masak dalam keheningan, "ada yang bisa ku bantu?"tanya cowok itu karna Sarang sedari tadi sibuk sendiri, "iris bawang." Jawab cewek itu.

"... Mana tempat untuk mengiris nya? tak mungkin tak pakai alas." Tanya Seo, "Diatas ini, ambil lah." Ujar cewek itu.

"Apa kau tak bisa geser? aku mau ambil..." Sarang tak kunjung bergerak, "kau tinggi, pasti sampai."

Seongeun POV

Wah dia masih marah sepertinya, aku tak bicara lagi dan tak peduli dengan nya yang berbalik menatap ku, "apa perlu sampai menyenggol ku?!"

Lihatlah sekarang malah dia yang marah, "salah mu, sudah ku bilang tadi untuk minggir kan!" aku terdiam begitu melihat pias wajah cewek ini setelah mendengar suara ku yang meninggi.

Aku menghela nafas berat.

"... Jangan buat aku marah, aku sudah minta maaf kenapa kau masih bersikap dingin pada ku?" tak ada jawaban dia kembali menyibukkan diri begitu pun aku, sempat ku lirik sekilas dia menyeka pipi nya, apa dia benar-benar tak bisa mendengar suara orang dengan nada tinggi?

"Apa kau nangis karna aku marah tadi? itu kan salah mu." Aku mencoba buka suara, "aku tau, tapi air mata sialan ini yang keluar sendiri." Jawab nya singkat, Setelah masakan selesai kami pun makan dalam keheningan.

STRANGERSUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum