Berharap

4 0 0
                                    

Malam ini Melodi sangat kebingungan. Perasaannya sangat tidak tenang. Sebentar lagi Farel akan lomba di luar kota, banyak sekali siswi yang ikut dalam perlombaan tersebut. Akhirnya Melodi memutuskan untuk bersepeda. Hal konyol memang, anak gadis bersepeda sendirian, jam delapan malam. Entah bagaimana ceritanya, Melodi hampir sampai di rumah Farel. Mungkin ini yang dikatakan ingin bertemu. Melodi menghentikan laju sepedanya di depan sebuah warung nasi goreng, bukan ingin membelinya, tapi ia ingin menghubungi Farel siapa tahu ia bisa kesini.

Dugaan Melodi salah, saat ditelfon Farel justru menolak telfon Melodi kemudian mengirim pesan.

Maaf Mel, lo mending pulang aja deh, gue mau istirahat.

Gue mau lo pulang sekarang, udah malem. Gue juga ngga mungkin ke sana sekarang, takut ada dugaan macem macem.

Apa lagi yang dirasakan Melodi selain sakit hati membaca pesan itu? Tanpa membalas pesan dari Farel, ia putar balik dan mengayuh sepedanya dengan kencang. Ia menuju jalan pulang.

Paginya, ia melihat sebuah bus putih di depan sekolah. Melodi tahu, pasti itu bus untuk pasukan paski yang akan berangkat mengikuti lomba. Kedua mata itu mencari sosok Farel dan belum juga ditemukannya sampai bus itu melaju.

Hari ini Melodi semangat sekali, karena pelajaran tidak full seperti biasanya. Hanya sampai jam istirahat pertama, sisanya mereka lakukan untuk persiapan Gelar Kreasi Siswa. Kelas Melodi menghadapinya dengan sangat santai. Tidak seperti kelas lain yang sangat heboh.

Seperti biasa, ia mendatangi ruang musik untuk memindahkan alat-alat musik ke halaman depan karena panggung utama berada di sana.

"Ini baru Mel, latihannya di panggung." Ledek Rangga sambil tertawa.

"Iya iya, lucu deh iyaa, gue tau gue lucu."

Rangga tertawa geli melihat Melodi berkata demikian.

Saat semua alat musik sudah dipindahkan, Melodi mendapat pesan masuk dari seseorang, ia kira itu Tiara yang sedari tadi mencarinya, ternyata bukan.

Mel, maaf ya, kemarin aku capek banget. Jadi bersikap seperti itu ke kamu. Aku menyesal. Sebagai permintaan maafku, sepulang dari luar  kota aku ke rumahmu ya? Kita ngobrol santai, oke?

Terserah kamu, silahkan saja.

Melodi menjawab singkat. Pesan Farel itu membuat hatinya tak karuan, jantungnya seperti ingin berpindah dari tempatnya.

Pura-pura Band mendapatkan giliran paling terakhir untuk gladi, hal ini membuat Nana sebal. Saat giliran mereka, sepertinya penonton selalu ingin menambah lagu, sehingga gladi dilakukan sampai petang, bahkan saat mentari sudah tidak menampakkan rupanya.

"Lo mau bareng gue lagi?" Tanya Rangga kepada Melodi.

"Tidak, gue sama Nana hari ini, soalnya Nana ngga ninggalin gue, dia kan kemaren ada urusan, jadi dia pulang dulu." Tolak Melodi dengan halus.

"Oke deh, ngga papa."

Melodi sibuk dengan baju yang akan dikenakannya besok. Akhirnya ia memilih kaos hitam pendek dilapisi kemeja panjang kotak kotak berwarna, jilbab instan, dan celana hitam. Ia memakainya dengan kancing yang tidak terpasang ala anak band.

Sebelum tidur Melodi sempat memainkan gitarnya sebentar, bukan sedang galau, dia hanya ingin bernyanyi saja sembari bermain gitar, walaupun Farel sempat ada dalam pikirannya, namun ia berusaha bersikap biasa saja, demi kelancaran kegiatan besok pagi.

Hari ini Melodi berangkat bersama Nana, tapi sepertinya terlambat sedikit karena sempat terjebak macet.

"Lama banget gila lo, gue kan jadi mikir lo berdua ngga berangkat." Ucap Egi cemas.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 10, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MELODIWhere stories live. Discover now