"Ada fotonya gak?"

"10 ribu per 1 foto." Balas Aji.

"Dihh, sombong amat."

"Jadi inget soal Naka dulu..." Ucap Juna tiba tiba.

"Ahh, cewek Naka yang namanya Raya kalau enggak salah, itu bukan sih?" Sambung Jendral.

Juna mengangguk.
"Iya, Raya namanya. Dia mutusin Naka karena insecure sama keahlian Naka soal memasak. Ceweknya bilang 'kok gue merasa gagal, ya?' terus ceweknya bilang lagi 'kok lo pinter banget masak, ya?' 'kok masakan gue gak seenak punya Lo?' kaya gitu."

"Parah banget sih itu..."

"Ikut Master Chef  lo sana."

Naka memutar bola matanya malas
"Gue enggak punya skill untuk makanan wenstern."

Juna hanya menggelengkan kepalanya. Diam diam Naka mendumel, kenapa jadi bawa bawa Raya? Gadis yang dulu pernah dia pacari dan memutuskannya sepihak bukan karena insecure dengan kemampuan memasak Naka.

"Sorry Na. Aku enggak bisa pura pura lagi sama kamu."

"Kita putus aja, ya?"

Naka menghela nafas pelan. Perempuan itu sejak awal berpacaran dengannya hanya sekedar kasihan.

Diam diam Naka merasa deja vu. Saat awal awal putus dengan Raya, Alan sering mengejeknya. Menceritakan topik ini terus terusan tiap makan. Rasanya jadi aneh karena dia tak sekesal dulu saat membahas Raya lagi.

Setelah itu, Chandra melahap makanannya tanpa mengucapkan sepatah kata apapun lagi, lelaki itu menghabiskan sepiring nasi goreng dengan telur yang Naka buat.

"Gue cabs duluan ya, pagi ini ada kelas."

Juna mengangguk lantas kembali melanjutkan sarapannya.

Chandra melangkah keluar dari lift, berjalan menelusuri lorong dan menaiki sedikit tangga dengan langkah pelan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Chandra melangkah keluar dari lift, berjalan menelusuri lorong dan menaiki sedikit tangga dengan langkah pelan. Lelaki itu mepangkah dan membuka sebuah pintu besi dengan karat dimana mana.

Sejenak, angin berhembus pelan menerpa wajah kusutnya, senyuman tipis lantas terukir di bibir lelaki itu sembari menatap ketiga temannya yang sibuk tertawa menunggu kedatangannya sore itu. Setelah menyelesaikan kelas pagi dan beberapa kelas di siang hari, Jeffry menelepon dan mengajak Chandra kesini.

Dimana lagi? Kalian tahu, kan?

Hendry lantas mengomel menatap lelaki itu.
"Dateng juga Lo. Lama banget, sih?! Gue tadi beli gorengan, udah habis duluan kan jadinya."

Chandra mendelik dan duduk di sebelah Pram. Menatap Hendry yang melontarkan lelucon payah dan dengan bodohnya ditanggapi Jeffry. Memang otak dua bocah ini udah gak bener.

Chandra menatap Hendry dengan tatapan yang sulit diartikan. Meski rambut hitam legam Hendry panjang dengan gaya mullet nya mampu menutup seluruh wajah lelaki itu, tak dapat dipungkiri jika Chandra tahu ada banyak luka memar di wajahnya. Di pelipis, ujung bibir, dan rahang.

Raga || NCT dream [END]Where stories live. Discover now