5. Si Sulung, Tengah, dan Bungsu

10.6K 1.4K 83
                                    

"Pada hari sabtu ku ikut Juna ke pasar, naik motor bonceng tiga bersama si Aji, ku duduk bersama bang Njun yang sedang menggalau, mengendarai motor supaya nyungsep ke kolong, heyyy!!! Tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk, tuk tik tak tik tuk tik tak suara motor Junaaaa!!!"

Juna geram dengan nyanyian cempreng Chandra yang sedang memanaskan motor kesayangannya di halaman rumah. Dengan lagu delman yang liriknya melenceng dari yang seharusnya, seolah Chandra membeli hak cipta lagu itu dan meremake lagunya.

Ingin sekali dia melempari kepala adiknya itu dengan pot kembang sepatu yang ada di dekatnya saat ini. Tapi gak boleh, bunga kembang sepatu mahal soalnya.

Memilih masuk daripada mendengar nyanyian setan, eksistensi si bungsu yang sedang bermain dengan Syamsul jauh lebih menarik untuk di tonton daripada melihat ondel ondel di halaman. Juna duduk di ruang tamu, di seberang Aji yang sedang melatih Syamsul duduk dan berdiri.

"Ji, jadi kan temenin abang ke pasar?"

"Jadi dong, sama bang Chandra, kan?"

"Iya. Tumben kamu mau diajak weekend begini ke pasar, kalau bukan karena Nana yang lagi terkilir kakinya, si Chandra mana mau ikut tuh."

"Aku tuh kasihan sama abang. Abang Njun kan pendek, kasihan kalau abang bawa banyak belanjaan bisa dikira anak ilang sama penjual ayam di pasar. Kalau bang Njun diculik sama tante tante jadi jadian gimana?"

Juna tersenyum kecut. Ternyata tidak ada yang normal baik Chandra maupun Aji. Juna memilih untuk diam sembari memperhatikan Aji yang sibuk dengan keponakannya.

"Syamsul, duduk!"

"Guk!"

"Bukan salto, Syamsul. Duduk!"

"Guk guk!"

"Itu kayang namanya, duduk!"

Layaknya guru tk yang mengajarkan murid muridnya baris berbaris, Aji dengan suara lembut dan kesabaran yang setebal kamus mengajari Syamsul yang gobloknya melebihi Jendral. Maklum lah, kan anjing. Hingga pada akhirnya, Letnan selaku ayah dari Syamsul datang, seolah mengerti jika majikannya berada disana, Syamsul segera melompat dari sofa dan berakhir menggeliat di kaki Letnan.

"Ututu, sayangku..." Letnan lantas menggendong anjing itu dan membawanya pergi ke kamar. Mengabaikan tatapan Aji yang kecewa karena masih belum puas mengajarkan Syamsul duduk dan berdiri.

"Aji, ulangan harian kimia kamu kapan?"

"Minggu depan."

"Udah belajar?"

"Mulai besok aja."

Juna menghela nafas pelan.
"Dari kemarin kemarin kamu terus bilang besok aja. Besoknya itu kapan, Aji?"

"Hari esok akan jauh lebih baik, bang. Makanya aku belajarnya besok aja."

"Gak gitu konsepnya, babysitter Syamsul!"

Juna berdecak kesal dan memilih bangkit dari sana, kini langkahnya beralih pada Jendral yang sedang sibuk dengan ml nya sembari menemani Naka yang memasak di dapur sambil duduk karena kakinya terkilir, Jendral duduk dimeja makan dengan posisi layaknya di warteg, dengan kaos putih polos yang hampir nerawang dan celana pendek selututnya.

"Loh, abang belum pergi ke pasar?" Tanya Naka saat menyadari Juna masih ada di rumah. Dia kira lelaki itu sudah pergi dari tadi.

"Bentar lagi, si Chandra lagi manasin motor soalnya."

"ABAAAANGGG!!!"

"Nah, pertanda tuhh." Ucap Jendral ketika mendengar suara Chandra yang menggelegar dari halaman depan.

Raga || NCT dream [END]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ