O6

93 13 0
                                    

Bagian 6 ||
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
- s i n g g a h -

Jiyeon : Juyeon, lo udah bangun, kan?
Lo ada kelas hari ini.
Jangan telat!
Send 9:28 AM

             SETELAH mengirimkan pesan singkat itu, Jiyeon merapikan rambut serta maskernya sebelum keluar dari mobil. Memar yang berada di wajah sedikit mulai menghilang, namun ia tetap harus memakai masker sebagai protokol kesehatan yang sedang digembor-gembor kembali oleh pihak kampus, sebab terdapat beberapa mahasiswa yang harus dikarantina.

             Selang tak lama ponselnya bergetar, ada balasan dari Juyeon.

S. Juyeon : kok tau?
Read 9:30 AM

Jiyeon : gue punya jadwal kuliah lo.
Kalo lo lupa.
Udah rapi, kan?
Send 9:31 AM

            Juyeon memiliki jadwal di jam 10 nanti.

S. Juyeon : sesuka itu ya lo sama gue?
Read 9:31 AM

Jiyeon : gak nyambungg!
Juyeon monyet!
Ishh!
Send 9:32 AM

             Tepat setelah tanda ceklis abu itu berubah menjadi biru terang, di ponselnya tertera nama Son Juyeon. Ngapain coba nih anak video call?! Jiyeon berdecak menerima video call dari Juyeon itu. Dan yang pertama terlihat di layar ponselnya adalah Juyeon yang masih terbaring di tempat tidur dalam keadaan shirtless.

             “Pake baju lo ya, anjir!” Jiyeon terbelalak sendiri, kepalanya refleks menengok ke kiri dan kanan. Untung gue masih di mobil! “Sinting banget jadi orang.”

             “Kasar banget mulutnya pagi-pagi.” Suara Juyeon terdengar serak. Terlihat kini laki-laki itu sedang mengusap mata kirinya berkali-kali. “Lo lagi di mana, sih, itu?”

             “Mobil,” sahut Jiyeon, melepas masker yang sudah terpasang rapi barusan. “Lo ...,” Jiyeon memerhatikan kondisi lawan bicaranya sebentar. “baru bangun?”

             Gumaman Juyeon terdengar bersama si lelaki yang merubah posisi. “Udah makan?” Pertanyaan itu Juyeon ujarkan dengan mata masih menutup. Ia masih mengantuk. Semalam setelah bertemu dengan teman-temannya ia tidak langsung tidur, memilih menyelesaikan tugasnya yang tinggal dirapikan dan diperjelas garis-garisnya agar bisa langsung mengerjakan proyek lain.

             “Udah.” Jiyeon tidak bisa tidak menyembunyikan senyumannya melihat Juyeon di ponsel tampak begitu lucu. Beberapa kali juga Jiyeon mengambil tangkapan layar mengabadikan raut serta keadaan Juyeon di pagi ini yang akan menjadi bahan ceritanya bersama Bunda nanti.

             Merasa tidak ada suara lagi yang tertangkap indera pendengarannya, Juyeon di seberang membuka mata memerhatikan layar ponsel yang mana Jiyeon juga sedang memandangnya. Dan itu berjalan selama beberapa saat. Mereka hanya diam, saling memandang, memerhatikan satu sama lain.

             Sadar bahwa ia terlalu lama memandang, Jiyeon mengerjap diikuti batuk ringan. “Gue ada kelas,” katanya berusaha menyembunyikan senyumannya. “Nanti gue kabarin kalo kelas gue udah selesai.”

             Kepala Juyeon mengangguk, memberikan senyuman termanisnya. “Have a nice day, Jiyeon,” ucapnya menutup panggilan.

            Jiyeon benar-benar tidak bisa menyembunyikan senyumnya sekarang. Juyeon memang selalu berhasil membuat mood-nya menjadi baik. Lantas, panas yang menyengat kulit menyambut diri ketika ia sudah keluar dari dalam mobil, beserta tatapan dari orang-orang yang Jiyeon ketahui apa artinya.

singgah, eunbo.Kde žijí příběhy. Začni objevovat