• 05

365 83 2
                                    

'Aku akan menunggumu disana...'

Kata kata itu terus terngiang di kepalanya hingga ia memakirkan sepeda motornya di halaman depan biro. Jam masih menunjukkan pukul 9 pagi, dia tak tahu kapan Kishibe akan menampakkan dirinya, yang penting dia sudah datang untuk mengembalikan jasnya.

Matanya terus memperhatikan bangunan megah di hadapannya, tak sangka kakaknya bekerja di tempat penting seperti ini.

"Nona, cepat masuklah jika kau mau." Seorang anggota Devil Hunter datang menegurnya, panik melanda tatkala mereka meminta agar [name] tak berdiri disana untuk menghindari kecurigaan pihak biro.

"Aku hanya menunggu seseorang untuk mengembalikan jas ini

"Hah? Siapa kau? Pihak laundry biro? Ahahahaha!"

Ingin sekali [name] melayangkan gagang sapunya karena harus menahan malu. Kishibe bilang dia akan menunggunya, tapi dimana dia sekarang?

"Masuk saja, mungkin orang yang kau tunggu berada di dalam. Jangan membuat keributan di sekitar sini atau kau akan dicurigai."

Dua anggota Devil Hunter itu akhirnya pergi dari hadapannya. [name] melangkahkan kakinya memasuki area lapangan sebelum seseorang menahannya untuk memasuki bangunan.

"Kenakan jasmu jika kau mau, tak perlu membawanya seperti itu terus menerus."

Lagi? [name] berpura pura mengenakan jas yang lebih besar darinya itu sembari menerobos masuk. Dia tak peduli, perkataan penjaga tadi, dia hanya ingin mengembalikan jas ini dan pulang.

Di lobby dia berusaha agar tak terlihat mencolok dari anggota lain. Tangannya kembali melepas jas tersebut dan menyampingkannya ke bahunya.

"Dimana dia?..." Gumamnya sembari terus mencari. Di hadapannya berdiri perempuan tinggi yang sangat ia kenali lengkap dengan eyepatch di mata kanannya.

[name] berbelok untuk menghindari bahaya ke arah lorong, masih berusaha untuk tak terlihat mencolok sebelum seseorang menepuk bahunya. Jantungnya hampir melompat keluar namun untunglah orang itu adalah Kishibe.

Jika tidak mungkin dia sudah melayangkan tendangannya untuk menghancurkan masa depan seseorang.

"Kukira kau tak akan datang kemari. Kau mencariku?" Tanpa basa basi lagi [name] segera memberikan jas itu. Dia tak ingin berlama lama di tempat seperti ini.

"Terima kasih." Ucapnya dan berbalik sebelum tangan Kishibe menahannya. Jas itu kembali diletakkan di bahunya dan Kishibe mendekatkan dirinya pada [name] lalu mulai berbisik.

"Temani aku sebentar saja."

***********

Dimulailah tur kecil mereka mengelilingi kantor biro. Kishibe nampak menikmati setiap detik kebersamaannya dengan [name] namun wanita itu tidak. Dia hanya fokus mencari kakaknya di tengah banyaknya anggota Devil Hunter yang berlalu lalang.

Bahkan tak jarang ia tak mengindahkan kata kata Kishibe yang menjelaskan setiap fasilitas maupun hal yang berkaitan dengan biro.

Kishibe melirik [name] yang sedari tadi menempel dengannya. Tangan perempuan itu nampak gelisah karena rasa khawatir tak menemukan kakaknya sedari tadi juga gugup dengan lingkungan di sekitarnya.

Mungkin ini kesempatannya.

Kishibe mengulurkan tangannya di hadapan [name], menunggu respon perempuan berambut [h/c] itu.

"Ingin berpegangan tangan? Kau terlihat sangat gugup."

"Tentu karena semua orang memperhatikan kita. Tidak, terima kasih. Mereka akan menganggap hal yang tidak tidak tentang kita."

Tertolak lagi...

Setelah mengelilingi biro, keduanya berhenti sejenak di luar untuk menghirup udara segar. Keduanya duduk di bangku, memperhatikan semua kendaraan yang melintas dengan jarak di antara mereka.

[name] menghela nafas panjang, dia masih tak dapat menemukan kakaknya. Dia tak ingin berburuk sangka tapi sepertinya hal itu benar.

Kishibe melirik wanita di sampingnya. Rasa gelisah berhasil mengubah wajah cantik [name]. Atensinya kemudian ia alihkan ke tangan [name] di sampingnya.

Dia yakin tangan perempuan itu akan terasa dingin saat dia menyentuhnya.

"Tanganmu sudah sedingin ini padahal musim dingin belum tiba." Merasakan rasa hangat di tangannya, [name] segera menarik tangannya menjauh dari Kishibe.

Bagus, sekarang dia merasakan hangat di seluruh wajahnya. Mungkin demam kemarin malam datang lagi padanya.

"Ayolah, biar kubantu menghangatkannya lagi."

"Aku bisa melakukannya sendiri."

"Kedua tanganmu sudah seperti bongkahan es sekarang, bagaimana bisa kau melakukannya sendiri?"

Kishibe menghapus jarak di antara mereka dan mengambil kedua tangan [name]. Pandangannya ia kunci pada kedua mata [e/c] yang berhasil memikatnya.

"Tanganmu sangat dingin tapi kenapa wajahmu memerah? Kau baik baik saja?" Kishibe terkekeh saat [name] kembali menarik kedua tangannya. Wajahnya ia palingkan, apa wajahnya memang semerah tomat sekarang?

"Wajah gelisahmu menggangguku, ada hal yang bisa kulakukan untuk mengusirnya?" Kishibe kembali berpikir, mungkin ini kesempatan baginya.

"Bagaimana dengan satu kencan yang kujanjikan?"

"Tidak."

"Makan malam bersama setelah aku selesai bekerja?"

"Tidak."

"Mengantarmu pulang?"

"Aku membawa motorku." [name] melepas jas Kishibe dan berjalan menuju motornya yang terparkir.

"Kau pergi? Kita belum melanjutkan tur kita ke lantai atas biro."

"Masih ada hal yang harus kuurus di apartemenku." Ada rasa kecewa di hati Kishibe, rasanya dia ingin selalu berada di sisi [name] hingga hari ini berakhir.

"Kau akan kembali lagi kemari?"

"Para anggota Devil Hunter lain terlihat mencurigaiku atau lebih tepatnya hubungan kita tadi, jadi tidak."

"Hmmm... Sepertinya aku akan menemuimu di bar seperti biasa. Kau tak keberatan, bukan?"

"Selama kau membawa uangmu, aku tak masalah."

"Ya, ya... Kalau begitu hati hati di jalan, jangan menantang malaikat maut selama aku tak berada di sisimu. Aku tak ingin dia membawamu berkencan sebelum aku."

Kishibe memperhatikan [name] yang mulai melaju, meninggalkannya sendiri disini bersama jasnya. Dia mencium bau harum dari jas tersebut yang ia yakini adalah parfum yang biasa dikenakan [name].

"Rasanya aku tak ingin mencucinya sampai kapan pun."

******

One Date [Young!Kishibe x Reader]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt