• 04

395 80 4
                                    

"jadi, kau bekerja disini hingga tengah malam?" [name] yang tengah membersihkan meja para pengunjung seketika menatap Kishibe yang masih setia di posnya.

"Ya, sampai semua pelanggan keluar dari bar." Sudah hampir 1 jam Kishibe berada di bar setelah kembali dari pekerjaannya. Rasanya datang ke bar sudah menjadi rutinitas wajib semenjak penolakannya oleh Quanxi.

"Pasti melelahkan menunggu mereka untuk pulang, huh? Terlebih lagi jika mereka mabuk." Kishibe memperhatikan minuman di gelasnya. Warna cerah yang dihasilkan dari pantulan cahaya lampu di atas membuat keindahan tersendiri di matanya.

"Sangat cantik..."

Untuk sesaat tangan [name] berhenti membersihkan meja. Ia mendapati Kishibe yang nampaknya tengah sibuk berbicara dengan gelasnya.

Bahkan gelasnya lebih cantik daripada dirinya. Untuk sesaat dia mengira pujian itu untuknya.

"Jadi, kapan kau akan pulang?" Tanya [name] setelah jam menunjukkan pukul 11 malam. Ia sudah tak bisa menahan matanya untuk terus terjaga.

"Setelah kau selesai dengan pekerjaanmu." Jawab Kishibe segera menghabiskan minumannya. Perlahan dia larut dengan lagu yang masih setia mengisi kekosongan di antara keduanya.

"Bagaimana rasanya bekerja sebagai Devil Hunter?"

"Hm? Tak terlalu buruk. Aku mendapat gaji yang cukup banyak. Kenapa kau menanyakan hal itu? Kau ingin bergabung?"

"Lynn bisa saja menghajarku jika aku bergabung. Hanya... Kakakku belum kembali semenjak dia pergi bekerja bulan lalu. Kuharap dia baik baik saja."

Kishibe berpikir sejenak, hmm... Dia belum pernah bertemu dengan kakak [name] di biro juga. Mungkin saja dia bisa mendapat lampu hijau dari kakak [name].

"Kenapa kau tak pergi ke biro?" Hampir saja [name] menjatuhkan uang di tangannya saat mendengar saran dari Kishibe.

"Kau bercanda? Aku bisa saja ditangkap oleh mereka disana."

"Biro juga dibuka untuk publik. Kau bisa melaporkan kemunculan iblis kepada pihak biro jadi kau bisa mampir sebentar kesana. Aku bisa menjadi pemandu turmu."

Ingin rasanya [name] bertemu dengan kakaknya kembali, memastikan dia tak meninggalkan jadwal makan malamnya bersama.

"Aku bahkan tak menemukan iblis di sekitar area ba-..."

BRAAAAAK!!...

Pintu bar ditendang kasar oleh pria tua yang nampak berada dalam keadaan mabuk di ambang pintu. Tidak, penampilannya terlihat aneh dengan baju yang sobek dan wajah pucat.

Kishibe mengambil pedangnya dan berdiri di hadapan [name] untuk melindungi wanita itu. Matanya masih menyelidiki sosok aneh itu. Tak mungkin orang normal akan keluar dengan baju yang hancur seperti itu, kan?

"Tetap berada di belakangku." Perintah Kishibe dengan [name] yang memegang sapu di tangannya erat.

Sosok itu berlari ke arah mereka, memaksa Kishibe untuk menarik pedangnya keluar dan mengayunkannya ke arah 'zombie' tak diundang itu.

Yang tak ia sangka ada reflek zombie tadi yang kepalanya berhasil selamat dari tebasan pedang Kishibe. Dengan mudahnya musuhnya berlari melewatinya.

Kishibe segera berbalik dan hendak menyerangnya dari belakang namun [name] nampak sudah menyiapkan gagang sapunya di udara. Tatapan [name] pada zombie itu... Bisa menjadi mimpi buruk terbarunya.

Satu ayunan dari atas berhasil membuat Kishibe menutup mata saat mendengar suara ketukan kepala yang renyah di telinganya. Di depannya, [name] berdiri dengan sapu yang penuh darah hingga menodai seragam kerjanya.

Jangan lupa mayat zombie yang tergeletak di atas lantai dengan darah yang keluar dari kepalanya.

"Jadi, kita apakan mayatnya?" Tanya [name] yang berakhir mereka harus melempar mayat itu diam diam ke tempat sampah yang berada di gang dekat bar.

Selesai dengan pekerjaan bersih bersihnya, [name] segera mematikan lampu. Ia melangkah keluar diikuti dengan Kishibe di belakangnya.

"Kau akan baik baik saja pulang sendiri di tengah malam seperti sekarang?" Tanya Kishibe saat [name] mengenakan helmnya.

"Aku sudah biasa pulang sendiri di tengah malam. Jalanan yang kosong sangat cocok untuk memacu adrenalinku." Kishibe tersenyum mendengarnya, sejak pertemuan pertama mereka dia sudah tahu baut di kepala perempuan ini sudah longgar.

Perhatiannya tertuju pada darah yang berada di seragam kerja [name]. Akan bahaya jika orang orang melihatnya, bukan? Bisa saja dia dianggap telah melenyapkan nyawa seseorang.

Kishibe melepas jas hitamnya dan menggantungkan jasnya di bahu [name]. Setidaknya orang orang akan menganggapnya sebagai anggota Devil Hunter saat melihat darah itu.

"Kenapa kau memberikannya padaku?"

"Hanya tak ingin kau kedinginan di tengah malam."

"Cliche. Aku tak akan bekerja besok, ingat? Aku akan kembali di minggu berikutnya."

"Kalau begitu kembalikan saja padaku di biro, kau bisa mencari kakakmu juga disana."

[name] hanya dapat diam saat Kishibe mulai mengancingkan jas yang lebih besar darinya itu.

"Temui aku di depan biro jika kau mau. Aku akan menunggumu disana." Kishibe berjalan pergi, meninggalkan [name] yang masih mematung di tempat.

Haruskah dia mengembalikan jasnya pada Kishibe besok? Dia tak ingin terikat masalah dengan pihak biro tentunya. Di sisi lain, mungkin dia bisa menemui kakaknya disana. Mungkin datang dengan alasan untuk memberinya makan siang?

Siapa juga yang akan menikmati makan siang saat melawan para iblis?

Jas itu adalah bagian dari seragam kerja Kishibe, yang berarti bisa saja dia akan terjebak dalam masalah jika ada pemeriksaan seragam disana.

'aku akan menunggumu disana...'

Gawat, dia benar benar akan menunggunya disana.

[name] mulai menyalakan motornya dan melaju dengan kecepatan tinggi, menyusuri jalanan dan terpaan udara dingin malam.

Hmh, aneh... Meski diterpa angin yang dingin sekali pun wajahnya masih terasa hangat hingga sekarang.

"Apa aku baru saja terserang demam?"

******

One Date [Young!Kishibe x Reader]Where stories live. Discover now