• 01

895 109 2
                                    

Suara klakson mobil terdengar di sepanjang jalan, jangan lupa terik matahari yang semakin memperburuk keadaan sekitar. Emosi semua pengemudi diuji di tengah kemacetan.

Di dalam panasnya helm yang ia kenakan, seorang perempuan berambut [h/c] berdecak kesal dengan mengeratkan genggamannya pada setir. Sudah 15 menit dia terjebak di sini sembari bertanya tanya, apa yang terjadi di depan sana.

"Kami tengah mengamankan area ini, serangan iblis bisa saja kembali terjadi di zona ini jadi mohon cari rute yang lebih aman." Begitulah kata polisi bersama dengan pengemudi mobil yang tak sabaran.

Serangan iblis, huh? Dia mengira iblis hanya makhluk dongeng yang digunakan untuk menakuti anak anak saja, ternyata mereka benar benar ada.

Dia melirik ke arah jam tangannya, bisa bisa dia terlambat menerima gajinya hari ini. Dia tak ingin gajinya dipotong hanya karena terjebak di tengah kemacetan.

Apa dia ikuti saja kata kata polisi tadi? Mencari rute lain yang lebih jauh tapi lancar? Masalahnya dia terjebak di sini sekarang, dia tak bisa menerobos trotoar untuk berbalik arah.

Di tengah lamunannya untuk mencari cara agar dia bisa keluar dari situasi ini, ia merasakan seseorang duduk di belakangnya secara tiba tiba. Ia berbalik dan mendapati laki laki tinggi dengan seragam putih juga senjata di tangannya.

"Pergi dari sini sekarang juga!" Serunya yang membuat tanda tanya besar di kepala perempuan itu. Mereka sedang berada di tengah kemacetan sekarang ini, bagaimana caranya mereka-

Sesuatu keluar dari permukaan tanah, melempar beberapa kendaraan yang berada tepat di atasnya. Teriakan panik warga sekitar semakin menjadi saat mereka merasakan getaran yang sangat kuat di bawah kaki mereka.

Semua orang berlarian kesana kemari, meninggalkan kendaraan mereka untuk menyelamatkan diri.

Jantungnya berdegup kencang karena panik, spontan tangannya memutar kunci motornya kemudian melaju dengan kecepatan tinggi. Mereka berbelok ke trotoar, klakson ditekan beberapa kali untuk memperingatkan para pejalan kaki.

Auman iblis terdengar, membuat mereka semakin panik setelah beberapa kendaraan terlempar ke arah mereka. Laki laki itu berpegangan pada bahu pendek perempuan di depannya sembari menghindari terpaan angin dari depan.

"Belok ke kanan sekarang!" Seru laki laki tersebut.

"Hah?! Kau gila?! Kita akan menabrak kendaraan yang tengah melaju!"

Dari arah kiri persimpangan jalan, sosok iblis itu datang yang memaksanya untuk membanting setir ke kanan, melewati mobil yang melaju dengan cepat ke arah mereka.

Mereka kembali memasuki jalur dan melewati semua kendaraan yang ada. Iblis di belakang mereka menabrak semua hal yang ia lewati. Kendaraan ataupun manusia dia tak peduli.

Laki laki tersebut menoleh ke belakang dan mendapati iblis yang tengah bergerak ke arah mereka dengan cepat. Suara gerbang kereta api yang hendak tertutup membuat keduanya panik, pasalnya hal ini bisa menjadi jalan buntu bagi mereka.

"Pegangan!" Mendengar hal itu seketika tangan laki laki itu mencengkram bahu perempuan di depannya lebih kuat, hampir terasa seperti dia bisa saja menghancurkannya.

Dia menambah kecepatan dan keduanya menunduk agar kepalanya tak bertabrakan dengan plang gerbang kereta.

Dari arah kiri kereta datang dengan kecepatan tinggi, hampir tak ada harapan bagi mereka jika dia harus mengerem motornya sekarang. Iblis di belakang mereka semakin mendekat bahkan mereka bisa merasakan getaran di permukaan jalan.

Melesat dengan cepat juga kejaran dari belakang akhirnya rel kereta mereka lewati dengan suara tabrakan yang terdengar di belakang mereka.

Laki laki itu menoleh ke belakang, kereta api tadi mulai melambat dengan mayat iblis yang terseret jauh meninggalkan jejak merah di atas rel.

Kecepatan ia turunkan dan akhirnya mereka dapat menghela nafas lega. Tangannya terasa bergetar dan dingin setelah rasa panik dan takut bercampur.

Mereka berhenti sejenak, si surai [h/c] melepas helmnya dan menghirup udara segar sementara laki laki di belakangnya turun dari motor dan merapikan seragamnya.

Rasanya dia tak dapat merasakan kakinya sekarang ini. Keringat dingin masih bercucuran di pelipisnya, jantungnya masih tak dapat berdegup dengan tenang.

"Terima kasih untuk tumpangannya. Kau memiliki nyali yang tinggi juga tadi." Puji laki laki itu dengan mengulurkan sapu tangan di tangannya.

Tangan perempuan itu ragu untuk menerima sapu tangan yang laki laki itu berikan. Karena tak ada respon dari lawan bicaranya, akhirnya sapu tangan itu ia letakkan di atas kepala si surai [h/c] sebelum berjalan pergi.

"Jangan lupa kembalikan sapu tanganku saat kita bertemu kembali. Aku bekerja di dekat sini jadi kau bisa berkunjung dan menemuiku."

Lagi lagi dia tak menjawab apa pun karena tenggorokannya masih kelu akibat pelarian mereka tadi. Kedua mata [e/c] itu hanya bisa menatap kepergian laki laki berambut hitam yang... Baru saja menyelamatkan nyawanya?

Entahlah.

Tangannya menarik sapu tangan itu dari atas kepalanya dan menatapnya sejenak. Terdapat tulisan "Kishibe" disana, mungkin itu nama laki laki tadi.

"Dia bahkan tak membayarku setelah kuberi jasa tumpangan."

Ia melirik jam tangannya kembali dan dugaannya benar, dia terlambat untuk menerima gajinya minggu ini. Rasa panik lain melanda dirinya, bagaimana dia menghadap ke atasannya hari ini dengan seragam yang kotor?

Tapi hal yang lebih menakutkan adalah apa gajinya akan dipotong atau tidak.

Setelah dirasa dirinya mulai merasa tenang dan dapat fokus kembali ke jalanan, ia pergi kembali dengan motornya.

Nama Kishibe yang terpampang di sapu tangan tadi terus terngiang di kepalanya. Bagaimana tidak? Dia harus mengembalikannya, bukan?

"Kumohon jangan sampai ada iblis lain yang menghalangi jalan..."

*****

One Date [Young!Kishibe x Reader]Where stories live. Discover now