• 03

424 85 6
                                    

Satu gelas bersih [name] letakkan di atas meja dan menunggu para pelanggan setianya berdatangan. Suara rintikan hujan di luar membuatnya kesal pasalnya tak akan ada banyak orang yang mampir ke bar mereka.

"Sepertinya keberuntungan tak berpihak pada kita hari ini." Lynn datang entah darimana dengan persediaan botol minuman di tangannya.

"Kau sudah membalikkan plang di pintu?"

"Aku sudah melakukannya 1 jam yang lalu."

[name] mengambil kursinya dan duduk, setidaknya dia bisa beristirahat untuk hari ini. Ia menggumamkan nada lagu yang diputar di bar hingga derit pintu terdengar.

"Ikut berteduh?" Tanya [name] dengan menyiapkan gelas untuk Kishibe yang kini duduk di hadapannya. Rambut dan bajunya basah, menampakkan sedikit lekuk tubuh kekarnya.

Dia meletakkan buket bunga di atas meja yang membuat [name] kebingungan melihatnya. Jangan bilang dia datang untuk mengajaknya berkencan seperti beberapa hari yang lalu.

[name] memperhatikan wajah Kishibe yang nampak datar, tak ada senyuman khasnya seperti biasa.

"Ingin kubuatkan sesuatu untukmu?" Tawar [name] dan Kishibe hanya mengangguk tanpa mengatakan apa pun. Melihat bagaimana buket itu penuh dengan bunga yang layu akhirnya [name] mendapat sedikit petunjuk.

Beberapa orang datang ke barnya saat suasana hati mereka hancur, entah karena masalah hubungan atau pekerjaan mereka.

"Jika kau butuh pendengar setia, aku ada disini." Ucap [name] menyodorkan segelas teh hangat untuk Kishibe kemudian kembali duduk dan menunggu Kishibe untuk memulai ceritanya.

Mendengarnya membuat Kishibe menarik senyumnya.

"Kau peka juga ternyata." Kishibe mulai meminum tehnya, membuat lidahnya sedikit terbakar karena panas. Namun perlahan tubuhnya mulai terasa lebih hangat dari sebelumnya.

"Aku sudah biasa mendengar masalah setiap orang yang datang. Jadi, siapa yang membuat hatimu menjadi dingin hari ini?"

Kishibe menghabiskan tehnya dan menarik nafas dalam. Darimana dia bisa memulainya?

"Well, aku memiliki seorang partner wanita yang cantik di tempat kerjaku tapi dia sangat sulit untuk didapat. Aku sudah mencoba mengajaknya untuk keluar bersama tapi selalu berakhir dengan satu tinjuan di wajahku. Aku sudah melakukan semua cara tapi pada akhirnya aku tak tahu apa yang harus kulakukan lagi."

[name] memiringkan kepalanya, bahkan laki laki sekeren Kishibe bisa mendapat penolakan garis keras dari seorang wanita.

"Dia sudah memiliki orang yang dia sukai?" Tanya [name] berusaha menerka inti permasalahan Kishibe sekarang.

"Lebih buruk lagi, dia menyukai wanita." Mendengarnya sontak membuat [name] menarik kepalanya menjauh dari meja.

"Jadi, dia tak menerima ajakanmu karena dia menyukai wanita lain?" Kishibe mengangguk, sepertinya memang tak ada celah lagi baginya untuk mendapat pujaan hatinya.

[name] mengambil gelas milik Kishibe. Dia tak tega melihat laki laki di depannya kedinginan di tengah hujan ditambah cerita memilukannya.

"Ingin kubuatkan teh lagi atau minuman lain untuk membuatmu merasa lebih baik?" Tanya [name].

"Hmm... Bagaimana dengan satu kencan yang kujanjikan?"

"Kita baru saja bertemu dan kau sudah mengajakku berkencan. Tak salah jika dia menolakmu."

"Ouch-"

[name] kembali pada pekerjaannya saat Kishibe melihat seorang wanita berambut silver dengan eyepatch di mata kanannya tengah menggandeng tangan perempuan lain di ambang pintu.

Tatapan mereka bertemu untuk beberapa saat dengan Kishibe yang berusaha untuk menahan rasa sakit di dadanya.

[name] berbalik untuk melihat pelanggan barunya dan secara tak sadar memasuki zona canggung kedua pelanggannya.

"Jadi, dia wanita barumu yang sering kau bicarakan?" Tanya perempuan berambut silver tadi dengan menunjuk [name] yang memegang gelas pesanan Kishibe.

"Ha-hah?!" Mendengarnya hampir membuat [name] menjatuhkan gelas di tangannya.

"Nona Quanxi, bukankah kita datang kemari untuk berkencan?" Tanya wanita yang sedari tadi bergelayut manja di tangan Quanxi.

[name] melirik Kishibe dengan tatapan tajam sembari meletakkan gelas tadi. Dia terpaksa harus menahan malu dan ingatkan [name] untuk memasukkan ini ke dalam list hutang milik Kishibe.

[name] keluar dari posnya menuju meja Quanxi dan kekasihnya untuk mencatat pesanan mereka. Kishibe mencuri pandang dengan menatap punggung [name] yang memblok wajah Quanxi.

Pikirannya melayang entah kemana, bagaimana jika [name] juga menjadi salah satu anggota harem Quanxi?

"Jadi, apa yang bisa kubawakan untuk-"

"Apa pun yang kalian punya, aku tak masalah. Aku hanya datang kemari untuk berteduh bersama kekasihku." Potong Quanxi di tengah ucapan [name].

"Aku ingin sesuatu yang hangat, seperti pelukan nona Quanxi." Quanxi hanya merangkul leher wanita di sampingnya.

"Jangan membuatku dan gadisku menunggu." [name] segera kembali ke posnya dengan Kishibe yang sudah memfokuskan perhatiannya hanya pada [name] di hadapannya.

"Maaf menempatkanmu di situasi seperti ini." Ucap Kishibe, sengaja ia kecilkan suaranya agar Quanxi tak bisa mendengarnya.

"Jangan mengatakan hal aneh tentangku pada siapa pun lagi. Kita tak memiliki hubungan apa pun."

Dan ya, itu berarti penolakan kedua yang dia dapat hari ini. Buket bunga di sampingnya semakin layu seperti hatinya setelah tertolak dua kali sekaligus oleh wanita cantik.

"Kau sama sepertinya, sulit untuk didapat. Kukira kau ingin membuatku merasa lebih baikan."

[name] mengangkat kedua bahunya, lagipula ini sudah menjadi bagian dari tugasnya. Melayani para pelanggan tapi jangan pernah terikat dengan masalah yang mereka miliki.

Beberapa pelanggan berdatangan setelah suara rintikan hujan di luar mereda. Keduanya kembali pada kesibukan masing masing, [name] melayani para pelanggan dan Kishibe kembali hanyut ke dalam lamunannya.

"Kami pergi, terima kasih untuk minumannya." Quanxi meletakkan beberapa uang kertas di atas meja.

"Anggie..." Perempuan tadi segera memeluk lengan Quanxi sembari berjalan keluar. [name] berjalan kembali ke posnya, masih mendapati Kishibe yang galau setengah mampus.

"Kau tak akan pulang?"

"Setelah aku melupakan semua ini."

******

One Date [Young!Kishibe x Reader]Where stories live. Discover now