Jebal!

49 6 0
                                    

3 hari berlalu, dan Junho belum menemukan cara untuk membawa Prilly ke hadapan sang kakek. Dia menceritakan semuanya pada sang ibu yang sama pusingnya.

Tersisa waktu 4 hari untuk membawa wanita hamil yang tidak pernah keluar dari apartemen sang sepupu, Junho memerintahkan anak buahnya untuk terus memantau Prilly.

Pikirannya bercabang, tunangannya yang terus merengek membuatnya muak, ditambah dengan tender yang harus dia selesaikan cepat waktu.

Deringan telpon masuk membuat lelaki yang tengah mengurut pelipisnya dengan malas mengangkat telpon dari bawahannya yang ada di Busan, sedangkan dirinya tengah di Seoul.

Lelaki bertubuh atletis itu menggebrak meja kerjanya setelah mendengar apa yang diucapkan orang di seberang sana. Matanya menajam, tangannya mengepal dengan ponsel yang masih ditelinga.

" Shibal!"

Dengan tidak sabaran lelaki itu keluar dari ruangan kerjanya, mengabaikan ucapan sang sekretaris yang sedikit berteriak jika 30 menit kedepan lelaki itu harus menghadiri rapat dengan staf cabang Daegu.

-

Dengan uang semuanya akan terasa mudah, semudah Junho yang sekarang sudah sampai di Busan.

Kaki jenjangnya melangkah lebar ketujuan, menyusuri lorong gedung bertingkat tinggi itu.

Dilihatnya apartemen yang berantakan dengan pintu terbuka, dia masuk kedalamnya saat anak buahnya menganggukkan kepala menunjukkan jika didalam aman.

" yaaaaaa Choi Junho!", teriak wanita itu dengan emosi.

" Bastard man! where are you taking my cousin?! ", dia adalah Zahra. Wanita yang terus berteriak pada Junho, wanita itu tidak peduli jika dia lelaki yang dia teriaki sekarang adalah atasannya, yang dia khawatirkan sekarang adalah sepupunya yang entah kemana.

Saat sedang bekerja, Prilly terus menghubungi Zahra. Prilly mengirim pesan pada sepupunya jika dia merasa tidak enak hati, namun belum Zahra gubris. Selanjutnya Prilly menelpon Zahra dengan nada ketakutan dan meminta tolong.

Naas, saat zahra sampai di apartemennya. Prilly sudah tidak ada, bahkan keadaan apartemen pun sedikit berantakan.

" where did you hide Prilly?! this is all your doing right? Hah!", mata wanita itu menajam dengan menatap lelaki didepannya sengit. Sementara Junho hanya diam dengan kening yang berkerut.

" what are you saying miss Zahra? why do you accuse me of hiding your cousin? ", ucap Junho akhirnya yang mulai paham dengan situasi.

Zahra kehabisan kata, jika bukan ulah Junho. Lalu siapa? Wanita itu akhirnya terduduk dan menangis, harus bagaimana dia bilang pada keluarganya di Indonesia jika Prilly diculik.

***

" sss.. ah "

Matanya perlahan terbuka, ringisan dibibirnya tidak ketinggalan. Dia melihat kesekitar, otaknya mulai mencerna.

" bentar, ini dimana?"

Dia tidak mengenal tempat itu, tempat asing baginya. Wanita itu perlahan mengingat untaian kejadian yang menimpanya hari ini.

" bentar .. bentar "

" aku ? Di culik kah?"

" tapi sama siapa?"

" buat apa? "

" Ya Allah, lindungi hamba dan bayi hamba "

" Please, ini seriusan kah aku di culik? Aku cuma orang miskin loh hey! Ngapain culik aku :( .. ", monolognya dengan cemberut yang membuatnya terlihat sangat lucu.

Beberapa saat matanya membelalak, " jangan - jangan aku bakal di bedah lagi, terus mereka bakalan ambil organku "

" oh ya Allah, jangan sampai jangan sampai huaaa Bundaaaaa aku dimana ini "

Clek!

Tubuh kecilnya sedikit terkejut saat pintu terbuka, lalu dia melihat wanita paruh baya dengan rambut sebahu yang masuk kedalam kamar dengan membawa nampan berisikan makanan.

" Prilly ?", tanya wanita paruh baya itu lembut, dan sukses membuat Prilly merinding.

" who are you ?"

" I'm Eun Jung "

" sorry, but I don't know you. who are you? why am i here? "

Wanita bernama Eun Jung itu tersenyum begitu lembut, meminta Prilly untuk makan. " eat first ".

Prilly menggeleng, dia parno. Takut jika didalam makanan itu terdapat racun yang akan membuat ia dan bayi yang dikandungnya mati. " No, thank you "

" don't be stubborn, you're pregnant. "

Wanita berhijab instan itu melirik sinis pada wanita didepannya, biarlah dikatakan tidak sopan. Karena Prilly tidak suka dengan wanita itu, bukankah wanita itu yang menculiknya?

" follow me ", ucap wanita paruh baya itu meminta Prilly untuk mengikutinya keluar dari kamar yang ditempati Prilly.

Tidak ada pergerakan apapun dari wanita yang lebih muda, Eun Jung membalikkan badannya saat dia sampai diambang pintu. " you want to be cooped up here forever? "

Mendengar ucapan itu Prilly dengan cepat berdiri dengan tidak hati - hati, merasa seperti tidak sedang hamil.

Dia mengikuti langkah wanita didepannya, keluar dari kamar yang dipakai untuk mengurungnya tadi. Matanya membelalak saat dia melihat sekeliling rumah yang begitu megah dan rapih. " jauh banget sama rumahku di Indonesia, berantakan mulu ", cicitnya dengan kekehan.

Prilly duduk dikursi mewah, dengan seorang lelaki paruh baya didepannya yang tengah menatapnya tajam. Prilly menundukkan kepalanya takut, sedangkan wanita paruh baya itu duduk dikursi samping yang kosong.

" Prilly-Ssi "

" Ne ?"

" dangsin-eun Indonesia saram-ibnikka? ( Apakah kamu orang Indonesia? )"

" Ne "

" geu agi, geuneun nae sonjaibnikka? ( bayi itu, apakah dia cucu saya?)"

" hah?!", Prilly terkejut bukan main dengan ucapan lelaki tua seberangnya.

" Choi Junho adeul? ( anak Choi Junho )"

Wanita berhijab itu susah payah menelan ludahnya, bagaimana lelaki didepannya itu tau? Batinnya.

Prilly terdiam, dia bingung harus menjawab apa? Jika iya, dia takut terjadi sesuatu padanya dan calon buah hatinya. Jika ia jawab bukan, apa yang akan terjadi ?

Belum Prilly membuka mulutnya untuk berbicara, seseorang menginterupsi " Appa!" Teriaknya.

Sontak ketiga orang yang tengah duduk itu melihat kearah sumber suara, Prilly membelalakkan matanya.

___________________________________

Hello Future (?) [ HIATUS ]Where stories live. Discover now