Haruskah?

56 5 0
                                    

Satu hari setelah Ayahnya di makamkan, akhirnya Prilly meminta tolong untuk kakak iparnya memanggil seorang dokter kandungan kerumahnya. Dia ingin memastikan, dan semoga saja itu tidak benar, semoga dugaan dokter di kantornya itu salah.

Bunda, Kakak dan Iparnya serta dokter kandungan itu berkumpul diruang keluarga.

Prilly memberikan satu testpack pada dokter itu, entahlah apa yang dirasakannya sekarang. Dia baru kehilangan cinta pertamanya kemarin, lalu haruskah sekarang dia menerima kabar buruk lagi ?

Dokter memeriksa, lalu dia melihat kearah orang - orang didepannya. " gimana dok ?"

" positif ", satu kata yang sebenarnya tidak ingin didengar Prilly, bahunya melorot lemah. Pikirannya kosong entah kemana. " sudah jalan 3 minggu "

Sang kakak memijat keningnya yang terasa sangat pening, cobaan keluarga mereka bertubi - tubi sekali rasanya.

Sedangkan kakak ipar Prilly mencoba berbicara dengan sang dokter yang juga izin pamit untuk pergi.

Prilly berlutut didepan kaki Bundanya, dia menangis disana dengan terus bersujud dihadapan kaki sang Bunda. " maafin Prilly Bunda, maafin Prilly "

" bangun nak, bangun ", Prilly menggeleng dia tidak berani menampakkan wajahnya di hadapan sang Bunda, dia malu sekaligus tidak kuasa melihat air mata Bunda nya yang terus mengalir hanya karena dirinya.

" kamu harus minta pertanggung jawaban lelaki itu Prilly "

Deg!

Ucapan kakaknya itu membuat dirinya terdiam, bagaimana bisa? Kontaknya sudah dia hapus, tidak ada satu pun yang Prilly simpan tentang lelaki itu.

-

Prilly mengelus perutnya yang masih rata itu, " kamu beneran ada disini kah ?"

" jangan bikin aku takut tolong ", lirihnya masih dengan mengelus perutnya.

" aku gak mau kamu ada di perutku, aku gak mau mengandung anak dari seorang bajingan, jadi tolong kamu pergi ya ?", monolognya sampai akhirnya Prilly menekan kuat perutnya berharap janin itu hancur dan keluar dari perutnya.

Namun setelahnya dia malah menangis dalam diam.

Hatinya terasa ngilu sekali, dia tidak tahan dengan hidupnya sekarang. Terasa jungkir balik, dia yang dulunya menikmati hidup sekarang hidup dengan penuh beban yang ikut dirasakan oleh keluarganya.

" Ya Allah, mimpi buruk apa ini? Tolong segera bangunkan aku, aku tidak sanggup ya Allah "

" Ayah, maafin Prilly. Aku menghancurkan mimpi kalian, aku gak bisa jaga diri sendiri. Ayah pergi karena malu punya anak kayak aku kan Yah ?"

" kalo aja aku gak kenal dia, aku gak akan kayak gini kan Yah? Ayah masih ada disamping aku sambil elus kepala aku kan?"

" sekarang aku harus gimana Yah? Di dalam perutku sekarang ada anaknya, kalo Prilly nyusul Ayah gimana Yah?"

Suara bising di telinga kanan dan kirinya membuat Prilly pusing, namun entah siapa yang berbicara tapi itu mampu membuat Prilly terdiam dan mencerna semua ucapan itu, ' Jangan coba - coba pulang tanpa di jemput '.

***

Dengan wajah pucat Prilly duduk disamping sang Bunda, sore ini mereka akan mengadakan tahlilan yang bertujuan untuk mendoakan Ayahnya yang baru meninggal kemarin.

Masih banyak orang yang melayat walaupun Ayahnya sudah di makamkan, Prilly menengok ke arah sampingnya saat dia menarasakan seseorang mengelus punggung tangannya.

Hello Future (?) [ HIATUS ]Where stories live. Discover now