Ikatan keluarga akan memberiku kekuatan dan keyakinan, itu pada dasarnya yang akan membuat kita tak merasa sendiri, bahwa akan ada orang-orang yang akan selalu bersama menjaga dan juga membantu dalam situasi apapun. Tapi pada kenyataan nya semua orang rumah sibuk dengan urusan nya masing-masing tanpa terkecuali kedua orang tuaku.
Seharusnya Rumah itu memberi kehangatan dan tempat terbaik untuk mencurahkan segala keluh dan kesahku, tetapi tidak dengan kami berdua, semua fasilitas ini tidak ada harganya dibanding dengan kebersamaan kami dengan kedua orang tua nyatanya mereka tidak pernah ada disaat kami membutuhkan nya.
Alasan nya sangat klasik, mereka bilang demi kebahagiaan kami, tapi nyatanya kami sekarang tidak bahagia tidak apa jika kami hidup sederhana tetapi penuh kebersamaan daripada berlimpah harta namun kami merasa sepi dan asing.
Hai ini kisahku, namaku Nadhira Anindya Larassati terserah kalian mau memanggilku siapa panggilan orang rumah laras, aku anak pertama dari 2 bersaudara, dan juga Athasya Zea Arundati panggil saja Zea dia adik tersayangku yang selalu ada disetiap langkah ku. Kedua orang tua ku sibuk sekali bahkan bisa dihitung kalau dirumah tidak pernah lama, ya mereka ngurus perusahaan yang dibangun oleh kerja keras mereka dari 0 (NOL) hingga 3 tahun lamanya baru perusahaan kami berjaya, dulu kami baik-baik saja sampai dimana aku duduk di bangku sekolah menengah pertama kejadian itu dimulai dimana bunda dan ayah selalu sibuk.
Hingga dimana tiba saatnya ada seseorang yang menyayangi kami berdua, tanpa adanya ikatan darah maupun keluarga inti.
Walaupun ibu dan juga eyang sering menengok kami tapi kami merasa keluarga kami sangat jauh, benar-benar jauh seperti ada dinding pemisah antara kami.
"Bangun non" Suara gedoran di pintu pun terasa ditelinga "bangun non sudah pagi" sang bibi terus membangunkan ku "Bibi masuk ya non" aku masih memejamkan mata namun telinga ku mendengar suara sang bibi membangunkan ku hingga bibipun masuk membangunkan ku "Non bangun, Sudah hampir jam setengah 6 non belum sholat shubuh" ucapnya lembut membangunkan ku.
"Iya bi" aku pun segera bangkit dengan membuka mataku
"Sekarang non ambil wudhu sebelum waktu sholat shubuh habis" ucap sang bibi sambil membuka tirai jendela.
"Iya bi" jawabku sekali lagi sambil bangkit menuju kamar mandi
Aku pun teringat hari ini aku resmi menjadi siswi SMA seragam putih abu-abu yang katanya akan penuh warna,aku pun segera mengambil air wudhu dan juga menunaikan ibadah sholat shubuh ku, setelah sholat pun aku segera mandi dan juga bersiap menuju sekolah baruku.
YOU ARE READING
Sambil Menggandeng Erat Tanganku
General FictionIni cerita tentang Perjuangan, Pengorbanan, juga Kebahagiaan hidup. Nadhira Anindya Larassati (16 tahun) dan Athasya Zea Arundati (13 tahun), kakak beradik yang berjuang hidup ditengah keluarga yang sering mengabaikan nya. Tidak ada keluarga yang se...
