Local

891 160 11
                                        

"Kemaren panas, sekarang hujan. Mau nya apaan sih! Bikin kesel orang ganteng aja." Seulgi, Wendy, dan Jisoo memandang datar ke arah Rio yang marah-marah karena hujan cukup deras dan memberhentikan aktivitas ketiganya yang sedang latihan untuk pensi sekolah beberapa hari lagi.

"Heh, Juned! Lu itu cowok apa cewek sih! Rempong banget! Dikasih panas salah, dikasih hujan marah. Ntar kalau Tuhan ngasihnya hujan air panas, bengong, lu." Rio cemberut mendengar ucapan dari Jisoo. Rio hanya kesal, jika hujan, maka secara otomatis lapangan akan becek dan itu akan membuat sepatu limited edition nya kotor dan kebasahan. Dan Rio tidak ingin jika dirinya harus melepas sepatunya.

"Kesel aja gue! Ntar, sepatu gue yang ini basah. Ga like anjir gue!" Semuanya memutar bola matanya malas, Rio memang paling ribet di antara semuanya. Tak ingin itulah, tak ingin inilah. Hal-hal kecil pun Rio bisa mempermasalahkan nya. Dan bisa-bisanya Rio di satukan dengan orang-orang yang ke sabarannya hanya setipis tissue yang di bagi dua.

"Lepas aja Napa sih. Ribet amat!" 

"Idih. Gak ya! Seorang Rio yang ketampanan nya melebihi Justin Bieber harus nyeker-nyeker! Dikira gue bocah layangan apa, rela buka sendal demi layangan 500 perak." Rio terus beradu argumen dengan seulgi yang tidak mau kalah. Dan itu membuat Jisoo dan Wendy jenuh dan kesal dengan keduanya.

"Diem anjir! Gue lempar juga lu pada pake toa masjid, berisik banget. Mudeng gue dengernya!" Keduanya langsung membungkam mulutnya, karena Wendy sudah bersuara. Karena apa yang Wendy ucapkan akan selalu menjadi kenyataan. Keadaan menjadi hening, namun tiba-tiba wendy melihat gerombolan gadis populer yang juga ada berdiri di samping mereka berempat!

"Anying! Bidadari dari mana ini tuhan. Cantik banget, tolong!" Seulgi, dan Rio ikut menolehkan kepalanya dan ikut menganga lebar melihat para gadis yang mereka sukai ada di hadapan mereka berempat.

"Neng Irene, diem aja cakep Gusti.!"

"Joy.. kiw.. bisa lah, 08 berapa?"

" Ayang Jennie, dingin gak? Mau Abang peluk?"

"Heh! Pelak-peluk. Cewek gue ini! Ah. Gue ceburin kolam lele pak Siwon juga lu." Jisoo menggerutu seraya mendekati Jennie dan kawan-kawannya. Jennie dan Jisoo memang telah menjalin hubungan asmara selama 2 tahun. Dan banyak yang tidak menyangka, bisa-bisanya Jennie suka dengan curut got yang satu ini.

Rio yang melihat itu hanya pura-pura pundung. Karena yang dia suka bukan Jennie melainkan adiknya Jisoo, si pemilik suara merdu di sekolah. Siapa lagi kalau bukan, Roséanne? Maka dari itu Rio mendekati Jisoo agar mudah mendapatkan restu dari Jisoo, calon kakak iparnya kelak.

"Dingin gak?" Jennie mengangguk lucu mendengar perkataan Jisoo, sementara Jisoo hanya terkekeh melihat tingkah kekasihnya yang benar-benar imut, berbeda saat menjelma sebagai anggota OSIS yang di kenal kejam. "Yaudah. Nih.."

Jisoo memakaikan Jaket denim miliknya pada Jennie, dan mengusap lembut pucuk rambut gadis kucing dihadapan nya. Mendapat perlakuan manis dari Jisoo, Jennie tersenyum malu. Meski sudah terbiasa tapi tetap saja. Apalagi di sini, cukup ramai oleh siswa yang berteduh dari hujan. "ANJAY! SI OOSIR BISA ROMANTIS JUGA, GUE KIRA KAKU KAYAK KANEBO KERING."

"Diem ya, kalo ga mau gue banting!" Bukannya diam, seulgi, Wendy, Rio malah semakin mengejek Jisoo yang berlaku manis pada Jennie.

"BANTING? KAYAK DEDE LESTI DONG?" Semuanya tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan dari Rio, kecuali Jisoo yang menekuk wajahnya. Teman-teman nya memang paling bisa untuk menggoda dirinya.

"BANG.. BANTING DEDE BANG..." Teriak Seulgi, dengan gaya membanting seseorang.

"BANG.. CEKIK DEDE BANG..." Sahut Rio yang ikut-ikutan menyanyikan lagu yang seulgi mulai.

"UDAH LAMA, ABANG GA BANTING DEDE.."

"UDAH LAMA ABANG GA CEKIK DEDE..." Dan berakhir ke tiga curut itu bernyanyi bersama-sama. Bahkan yang meneduh di sana ikut tertawa terbahak-bahak melihat aksi menggoda yang di lakukan oleh seulgi, Wendy, Rio ini. Sedangkan Jisoo dia bersiap untuk menerjang maju ke arah 3 siluman hiu ini.

"ANYING! SINI LU PADA!"

"ANJIR, JISOO NGEJAR! KABUR!" seulgi, Wendy, Rio berlari ke arah hujan, tak perduli sepatu mereka basah, yang penting bisa terlepas dulu dari kejaran Jisoo yang sangat cepat. Maklum, atlet sekolah ya emang gini.

"Op.. op.. op.. bentar Ji.. bisa-bisa asma gue kalau terus-terusan di kejar sama lu!" Seulgi berucap membuat Jisoo mendengus. Sedangkan ketiga sahabatnya sedang menetralkan nafas yang masih memburu. Namun tatapan Rio terpaku pada, segerombolan pemuda yang mencoba mendekati Jennie.

"Eh-eh.. Ji, itu Jennie lagi di godain si oncom hideung cok." Sontak Jisoo, langsung menolehkan kepalanya pada Jennie. Benar saja, Jennie terlihat tidak nyaman namun terus di dekati oleh si kedelai hitam musuh bebuyutan ketiganya di ekstrakurikuler basket.

"OY, HIDEUNG! ITU CEWEK GUE ANJING!" Jisoo kembali berlari menghampiri Jennie, diikuti oleh para sahabatnya. Setelah tiba di hadapan, Kai. Jisoo langsung mendorong tubuh Kai sehingga mundur
Beberapa langkah.

"Lu apa-apaan sih, udah punya pacar tuh diem! Jangan ngedeketin cewek orang! Gue bom juga lu." Kai malah, tidak peduli dengan apa yang Jisoo katakan barusan. "Gue udah putus btw."

"Meskipun udah putus! Cari yang lain anjing! Jangan cewek Jisoo. Mau gue sunatin dua kali!" Seulgi ikut bersungut-sungut, dia kesal dengan kai karena sepertinya, kai memang sengaja ingin mendekati Jennie demi memancing amarah Jisoo!

"Tau. Di pikir cakep kali ya, sampe Jennie mau! Eh, bang! Sadar diri, lu itu bukan Shawn Mendes. Jangan sok kecakepan deh! Eneg gue."Rio ikut berucap, karena ya cukup kesal dengan kedatangan si trouble maker di sekolah! Selalu iri dengan apa yang Jisoo dkk capai.

"Udah-udah.. jangan di ladenin yang.. lebih baik kita pulang. Ini udah sore juga, besok lanjut lagi latihannya ya?" Jennie membawa Jisoo pergi dari sana karena tak ingin, Jisoo bertengkar dengan Kai. Entah, apa yang diinginkan oleh pemuda itu, tapi Kai selalu mendekatinya dan memancing amarah Jisoo.

"Gi, boleh nebeng ga? Mobil aku di bengkel!" Seulgi langsung menolehkan kepalanya pada Irene yang meminta tumpangan darinya.

"Eh? Boleh banget neng... Kuy, lah.. kita berangkat. Ga baik, diem di lingkaran hitam kayak mereka."seulgi dan Irene juga pergi meninggalkan Kai beserta antek-anteknya.

"Joyie, mau abang anter juga?" Joy mendelik mendengar ucapan Wendy.

"Maaf. Tapi gue bawa mobil, dan mobil gue ga rusak kayak Irene. Bye!" Wendy hanya bisa mengelus dada saat lagi-lagi di tolak oleh Joy.

"Aduh, anying. Sakit." Rio berucap seraya melenggang pergi meninggalkan Wendy yang sedang mengumpat dalam hatinya. Dia tampan, tapi selalu di tolak oleh Joy kenapa? Mungkin karena tinggi badan kali. Wendy kan bantet.

***

"Udah ah.. jangan cemberut gitu. Kamu jelek tau ga." Jisoo semakin cemberut mendengar perkataan dari sang kekasih. Bisa-bisa dia ikutan ngejek Jisoo.

"Kamu sama aja kaya trio kwek-kwek. Hobinya bully aku." Jennie terkekeh mendengar ucapan dari Jisoo, dia memegang tangan Jisoo yang sedang menyetir, menautkan jari-jari keduanya. Jisoo yang melihat itu hanya tersenyum kecil.

"Ih.. kok tangan aku kelelep sih. Tangan kamu besar Ji, panjang lagi." Mendengar kata panjang dan besar otak Jisoo traveling. Ia berpikir kemana-mana.

"Besar ya? Apalagi.. ekhem.." seolah tahu apa.yang kekasihnya tersebut ucapkan Jennie mencubit kuat perut Jisoo, sehingga dia meringis.

"Mesum ya!"

"Aduh.. aduh.. yang.. iya-iya maaf. Lepas dong, sakit nih.." Jennie melepaskan cubitan pada perut sixpack Jisoo. Dan mengelusnya.

"Sekalian yang bawah dong elusnya."

"Idih. Elus sendiri sana!" Jennie memukul Junior Jisoo dengan cukup keras, sehingga sang empu meringis ngilu.

"Aduh.. yang.. sakit ini. Pake di pukul. Kalo ga bisa berdiri gimana, terus kalo ga bisa bikin anak gimana? Terus—"

"Diem deh yang. Kamu berlebihan tahu gak sih."




















Up sesuai vote and comments

RandomDove le storie prendono vita. Scoprilo ora