Fake 15

25.1K 2.1K 33
                                    

Nawi -Ayah Ares- sebenarnya adalah seorang yang baik. Hanya saja waktu tak pernah berpihak baik padanya. Bukan maunya meninggalkan Ares ditempat ibunya saat masih kecil. Bukan juga mau sang istri. Mereka bahkan berusaha keras membawa Ares pulang.

Sayang keadaan tidak pernah memberi mereka waktu. Saat itu pesaing bisnis Ayah Ares tengah gencar-gencarnya melakukan segala cara Agar meruntuhkan bisnis mereka. Bahkan saat itu Sapi yang dipelihara dipeternakan mereka nyaris mati satu kandang.

Nawi mengalami kerugian besar, tidak memungkinkan merawat Ares saat itu. Jdi daripada Ares merasa sendiri lebih baik dititipkan saja.

Tidak pernah terlintas dibenaknya untuk jadi jauh dari putranya sendiri. Namun penyesalan hanya penyesalan. Dia berusaha namun sepertinya dia sudah terlalu jauh dari putranya sendiri.

"Aku salah ya? Aku salah berharap yang terbaik buat dia? Aku cuman takut dia dikecam karna berbeda. Apa salah?" Dipelukan istri nya -Resa- Nawi bertanya lirih sembari terisak pelan. Dia sungguh tidak bermaksud main tangan tadi.

"Ssutt gak papa besok kalo Ares pulang kita bicara baik-baik."

...

Aga panik. Ares terserang demam. Aga yang baru bangun tidur tadi sebab terganggu karena Ares tidur dengan gelisah. Juga keringat membasahi tubuhnya. Dirinya tidak pernah mengurus orang sakit sebelumnya. Jadi dia hanya mengelap tubuh Ares dan mengganti baju Ares saja.

Aga turun ke dapur untuk memasak bubur berbekal saran dari bunda yang tadi ditelpon oleh Aga. Jadi dia siapin bubur dan obat seperti yang disarankan.

"Res, bangun dulu makan terus minum obat" kata Aga sembari bangunin Ares yang masih terlelap.

"Hegh" Ares bergumam enggan bangun kepalanya benar-benar berat untuk dibawa duduk.

"Makan dulu. Minum obat terus baru tidur lagi" ucap Aga lagi kali ini Ares menurut sambil mengangkat tangan minta dibangunkan oleh Aga.

"Manja banget heran" gumam Aga yang kini mambantu Ares untuk duduk bersandar di kasur.

Aga menyerahkan mangkok yang berisi bubur yang masih panas lengkap dengan sendok diatasnya, menyuruh Ares untuk makan sendiri. Namun melihat tidak ada tangan yang menyambut mangkoknya Aga mengalihkan pandangan melihat Ares yang kini dengan bibir melengkung kebawah dan mata berkaca-kaca.

"Apa?" Aga bertanya sanksi. Dia masih marah soal yang dikelas itu ngomong-ngomong walaupun sekarang ia mati Matian menahan gemas melihat wajah Ares.

"Suapin" suara Ares lirih. Hampir menangis jika Aga tidak dengan pasrah terpaksa menyuapinya makan.

"Manja banget Lo!" sungut Aga kesal. Tapi tangannya tetap menyendok bubur dan menyodorkannya ke mulut Ares.

"Sama Lo doang" ucap Ares yang sontak membuat Aga diam sebentar sebelum kembali mengomel dengan suara kecil.

"Sama Lo doang sama Lo doang, kemaren cipokan sama orang lain itu apa? Sasimo?" Sungguh walaupun Aga tengah bergumam tidak jelas. Tapi Ares dengan jelas mendengar gerutuanya.

"Iya nanti Lo aja yang gue cipok" Ares menyahut santai sambil tetap memakan buburnya.

Aga mendelik kesal, Ares pikir dia bakal luluh gitu? Iyalah.

"Kenyang" kata Ares kemudian. menutup mulutnya menggunakan dua tangan agar tidak dipaksa menyuap kembali.

"Apaan baru tiga sendok. Makan lagi gue udah capek-capek masak ya" Aga tetap menyodorkan buburnya walaupun Ares kini tengah menggeleng-gelengkan kepalanya dengan tangan yang masih menutup mulut.

"Kenyang Aga" kata Ares lirih sambil menunjukkan mata andalannya supaya Aga luluh.

"Hah yaudah ni minum obat dulu" Aga pasrah saja menyodorkan obat dan segelas air agar Ares meminumnya.

Setelah selesai Aga baru akan membereskan bawaanya untuk dicuci. Sebelum tangannya ditahan oleh Ares untuk tetap menemani nya dikamar.

"Gue mau nyuci ini dulu"

"Disini aja sama gue"

"Iya nanti gue nemenin, abis naruh ini di dapur."

"Disini aja" kali ini Aga benar-benar menyerah melihat mata puppy Ares. sungguh Sekarang rasanya Aga ingin mencungkil mata Ares sangking kesalnya.

"Oke, tapi Lo harus jelasin kenapa tiba-tiba ada disini kemarin" kata Aga yang langsung diangguki oleh Ares.

...

Ares merasa tidak ada yang salah selama ia tinggal dengan Ayahnya. Prestasinya tidak pernah menurun, Bahkan meningkat. Hanya sikapnya saja yang kian hari kian mendingin.

Ares tidak pernah tahu bahwa sang ayah memantau kegiatan sehari-hari nya. Sebenarnya bukan hal yang buruk juga toh ia tidak melakukan kesalahan.

Namun saat kegiatannya di intrupsi, adalah hal yang paling menyebalkan dalam hidup Ares. Ia marah namun tidak bisa melampiaskannya. Ares benci langkahnya di halang. Ya ayahnya tau soal taruhan satu bulannya dengan Aga.

Ares tau ini menyimpang. Hanya saja ia tidak mau berhenti. Sebab pada Aga, Ares merasa jadi diri sendiri. Ares merasa seperti menemukan alasan untuk tetap hidup. G lebay gak sampai begitu.

Intinya Ares merasa nyaman dengan Aga meskipun intensitas mereka bersama nyaris tidak bisa di katakan sering. Ares hanya merasa senang.

Ayahnya menentang hubungan tidak masuk akal ini. Padahal gak harus dibawa ke akal. Cukup di pikir aja. Dan kemarin bukan peringatan pertama. Ares sudah diperingati sang ayah sejak Ares diketahui nekat menyusul Aga ke Bandung.

Ares rasa sudah sampai pada masanya. Jadi dia memutuskan lari. Biar tidak di buang dia ingin melarikan diri sekali saja. Ares mau lihat apakah dia akan dicari.

"Jadi Lo lari ke gue?" Aga bertanya skeptis setelah Ares bercerita.

"Iya, gue mau Lo Aga" Ares mengangguk lalu menatap Aga dalam. Menyelam ke dalam manik Aga. Berusaha meyakinkan Aga bahwa dia serius dengan ucapannya.

"Terus yang gue liat kemarin itu?" Lagi Aga bertanya. masih merasa sakit hati Atas perilaku Ares kemarin. Ya walaupun dia tau Ares tidak merasa perasaan yang sama terhadapnya.

"Yang kemarin itu usaha terakhir gue, tapi serius gue gak cium Ines. Gue cuman pura-pura"

"Lo gak bisa mainin perasaan orang begitu Ares. kalo mau main-main sama gue aja. Jangan Ines"
Aga sungguh ingin memukul Ares sekarang. Jika dia diposisi Ines pastilah lebih sakit lagi. Aga tidak menyangka Ares akan se brengsek ini.

"Sekarang istirahat sambil dipikir, Lo mau gue atau Ines. Pilih jangan Maruk jadi manusia. Lo pikir Lo ganteng hah?" Setelah itu Aga beranjak bangun membawa nampan untuk dibawa ke dapur isinya.

"Maafin gue" ucap Ares lirih. Ia sungguh merasa bersalah.

"Gue selalu maafin Lo kalo kalo mau tau" balas Aga sebelum pintu kamarnya tertutup.

....

FAKE | BL LOKAL [END]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu