12:: 𝓽𝓱𝓮 𝓱𝓮𝓲𝓻, 𝓽𝓱𝓮 𝓵𝓮𝓰𝓮𝓷𝓭, 𝓪𝓷𝓭 𝓽𝓱𝓮 𝓹𝓪𝓼𝓽

153 9 1
                                    

.

.

.

--o0o--

Dear Izzie tercinta,

Aku, Uncle Lucius, yang menulis surat ini untuk mu. Bagaimana kabarmu selama di Hogwarts? apa kamu baik-baik saja? apakah Draco menganggumu setiap hari? anak itu memang benar-benar.

Uncle Lucius hanya ingin menanyakan, sepertinya kamu sedang ada masalah dengan Draco ya, honey? apa kalian saat ini masih bertengkar? Yah, sebelumnya, Draco memberitahukan ini kepada ku. Apapun masalahnya, tolong maafkan Draco, dia memang keras kepala. Semoga hubunganmu dengan Draco baik-baik saja.

Oh ya. Besok Uncle Akan datang ke Hogwarts untuk menyaksikan pertandingan Quidditch pertama Draco, ku harap kamu juga berada disana ya. See you, honey.

Warm regards,

Lucius Malfoy.

       Karena kesal, aku melipat surat itu kemudian memasukkan nya kembali ke amplop. Keheranan, Lantaran Malfoy bukannya minta maaf secara langsung, si anak rambut gel ini malah menyuruh uncle Lucius untuk menyampaikannya padaku. Apa aku begitu menakutkan sehingga dia tidak berani?

Bodo amat lah, aku akan tunggu sampai Malfoy mengatakannya sendiri di hadapanku, saat ini aku punya urusan yang lebih penting. Kelas Transfigurasi bersama Profesor Mcgonagall.

"Daph, apa aku se-menakutkan itu, ya?" aku bertanya tiba-tiba. Daphne yang sedang menyiapkan bukunya langsung menoleh. "maksudnya?" tanya nya balik.

"Soal Malfoy,"

"Ah, tidak kok. Mungkin Malfoy saja yang terlalu gengsi untuk minta maaf, kau tahu kan dia anak nya seperti apa." Daphne menepuk pundakku dan tersenyum. "Sebaiknya kita segera bergegas, atau kita bisa diubah menjadi jam oleh Profesor McGonagall, kan bahaya."

"Ya, aku juga tidak mau, haha." kami tertawa sebentar, lalu berjalan menuju ruang Transfigurasi mengikuti rombongan murid Slytherin. Kali ini kelasnya juga di gabung dengan Gryffindor, jadi aku bisa melihat Golden Trio lagi.

Setelah malapetaka tulisan darah di dinding itu terjadi, ada banyak sekali antrean di perpustakaan. Murid-murid berdesak desakan masuk dan bolak-balik menuju rak buku satunya ke yang lainnya, mencari tahu lebih dalam tentang kamar rahasia. Begitu juga dengan Hermione. Madam Pince pasti tidak menduga akan hal ini. Tapi, sepertinya usaha mereka sia-sia saja, karena katanya Kamar Rahasia itu hanyalah sebuah Legenda semata.

Kami berjalan masuk kedalam kelas yang sudah dipenuhi murid-murid, dan duduk di barisan kedua. Aku membuka buku tebal Transfigurasi ku, halaman demi halaman ku baca. Sepertinya hari ini kami akan belajar cara mengubah hewan menjadi piala.

"Bisa perhatikan?" dua kata keluar dari bibirnya, Professor Mcgonagall berdiri. Semua perhatian saat ini tertuju padanya. "Baik. Hari ini kita akan merubah binatang menjadi piala." sambung nya.

"Seperti ini. One, Two, Three... Vera Verto!" setelah Professor Mcgonagall mengayunkan tongkatnya ke arah burung itu dan merapalkan mantranya, tiba-tiba burung di depannya berubah bentuk menjadi sebuah piala. Semua murid dibuat takjub melihatnya.

Dia menoleh ke arah kami. "Sekarang giliran kalian, siapa yang mau mencoba duluan?" dia bertanya sembari berjalan dan memandang kami satu persatu, dan akhirnya berhenti di meja Harry dan Ron. "Ah, Mr. Weasley. 'Satu, dua, tiga, Vera Verto'." 

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 02, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ೀ︎𝖕𝖑𝖚𝖛𝖎𝖔𝖕𝖍𝖎𝖑𝖊 𝄁 Draco x Reader ⅋Where stories live. Discover now