JATUH

41 1 0
                                    

Suara kaki Ibu mulai menaiki tangga kayu dengan cepat. Tangga kayu yang tidak terlalu banyak, oh tuhan aku takut. Aku melihat ke arah pintu, jantungku berdebar aku menunggu Ibu marah habis-habisan karena ia tahu ada bungkus mie instan dan susu coklat. Aku tau Ibu akan memeriksa sampah jika ia meninggalkanku sendirian. Aku tidak boleh bergerak jika tidak dengan izin Ibu, begitupun sekalinya aku makan. Aku hanya makan jika Ibu mengijinkanku dan memberikannya.

Tangannya membanting pintu. Ia melempar gelas bening besar ke tembok. Aku menunduk. Pecahannya mengenai leherku, untung tidak menancap pecahannya hanya menggores belakang leherku. Permen lolipop coklat ibu yang di mulutku aku gigit kuat kuat.

"KAMU MULAI BERANI MEMBANTAH IBUUUU HA!"

Aku diam. Aku tidak bisa menjawab. Jangankan menjawab, aku bernafas saja mungkin itu harus seijin Ibu. Aku kira ini akan sebentar karena kejadian pecahan gelas itu bukan hanya sekali. Puntung rokok yang masih berapi dulu pernah di sulut di tanganku berkali kali pada waktu yang sama setelah ia membanting gelas ke arahku, dan membuat punggungku berdarah. Aku kira ini hanya sebentar. Aku kira.

Ia menarik permenku dengan kasar, hingga gigi susuku copot dan mulutku berdarah. Oh ibu.

"Ibu."

"APAAA?" Jawabnya membentak.Ia membawa sisa bungkusan mi instan dan susu coklat itu.

"Kamu sekarang berani ya sama ibu! Coba bilang, siapa yang menyuruhmu! Ibu guru perempuan itu kann!"

Aku diam. Karena ibu tidak berkata 'jawab'

"JAWAB!"

"Tidak ibu." Jawabku dengan mulut penuh darah.

Ibu menyeretku ke depan, dan ia membuangku dari lantai kamarku ke bawah, walau tidak terlalu tinggi, tapi cukup membuatku nyeri. Sekujur punggungku nyeri karena jatuh. Ibu turun, dengan cepat.

Aku masih menggeliyat di lantai.

"Berdiri!"

Aku segera berdiri, aku menunduk. Seolah ia tahu, ia harus melemparku dibagian mana dan membuatku tidak sampai geger otak, buta, atau bahkan patah tulang. Ia terlalu pintar membuatku masih hidup. Ia menjambak rambutku, dan melotot.

"IBU TIDAK SUKA KAMU MENGAMBIL SESUATU TIDAK IZIN IBU! ITU NAMANYA MENCURI!"

"Aku tidak mencuri ibu" Jawabku dalam hati.

"Siapa yang mengijinkanmu mengambil mie instan di lemariku?"

"Aku tidak mengambil mie instan di lemarimu Ibu. Aku hanya mengambil sayur dan daging fillet" Jawabku di dalam hati lagi.

"Jawabbb!"

"Maaf ibu."

"Kamu mencuri kann?!"

"Tidak ibu" Jawabku pelan.

Ibu melepas jambakannya, ia pergi ke dapur dan menghitung mie instan di dalam lemari. Benar saja. Mereka masih utuh di tempatnya. Ibu mengambil rokok dan menghidupkannya. Mati aku. Aku tau akhirnya. Ia menghirup beberapa kali.

Dan ia mematikan rokok itu di kakiku. Aku ingin menangis. Bahkan hari itu aku sangat ingin mati saja. Aku telah kesakitan. Hari itu aku ingin langsung bertanya pada Tuhan "Tuhan, apakah seorang Ibu memang memukuli anaknya? Apakah semua anak memang harus mencari recehan uang di saku Ibunya untuk makan? dan apakah aku harus mati terlebih dahulu untuk langsung bertanya kepadamu?"

JIMMYWhere stories live. Discover now