SAMPAH

42 1 0
                                    

"Ya tuhan, begini rasanya susu coklat." Seruku kegirangan. Kubawa piring plastik dan garpu, saking girangnya aku, aku makan sambil berloncat loncat karena aku bisa makan.

Aku sediakan air mineral di sampingku, dan sisa apel gigitan ibu di tempat sampah lalu aku cuci, rasanya sudah sangat lama aku tidak makan apel.

"Ahhhhh..." kataku melega sambil jatuh di atas taplak besar itu. Aku kenyang. Namun tidak lama, aku takut jika ibu langsung pulang. Aku langsung cuci piring kotorku, gelas susu, dan aku taruh lagi taplak meja itu di ruang tamu.

Sungguh aku lega, akhirnya aku bisa membersihkan rumah dengan perut kenyang. "Ibu, terimakasih telah meninggalkan uang Rp.5000,- di sakumu." Suaraku dalam hati.

Aku tidak lagi memikirkan teman-temanku disana, ibu guru, atau bahkan makanan apa yang mereka makan. Karena cukup tadi aku merasa kenyang saja sudah membuatku sangat bahagia. Baru hari ini, ketika aku tidak sekolah dan ibu kerja. Aku menemukan uang sebanyak itu. Biasanya aku hanya menemukan 500 atau 200 rupiah saja, lalu aku geledah lebih dalam lagi hingga uangnya pas 1000 rupiah dan aku bisa beli sebiji kue basah.

Rumah telah bersih, makan siang telah siap, baju kotor telah aku cuci dan setrika. Karena aku lebih cepat dari biasanya, aku bisa tidur lagi setelah mandi. Walau ada rasa nyeri di betisku, tapi aku tidak peduli. Aku merasa bahagia pagi ini. Aku tertidur di ruang tamu.

***

Suara sepeda tua masuk ke halaman depan rumah, aku tau itu ibu. Aku langsung membuka mata dan membukakan pintu. Ibu tersenyum cantik. Ibu perempuan paling cantik yang pernah aku temui. Pikirku setiap aku bisa melihat simpul di ujung bibirnya.

Ia mengelus rambutku, lalu ia memberiku sebatang permen lolipop rasa coklat. Aku kegirangan bukan main. Aku merasa bahagia sekali hari ini. Entah apa yang salah dihari ini. Hari ini tanggal 22 maret tidak akan pernah aku lupa.

Ibu yang mengelus rambutku sebelum bekerja dan setelah bekerja.Ibu hanya langsung ke meja makan, ia memakan masakanku.

"Ibu, apa aku boleh bertanya?"

"Boleh."

"Apa ibu hari ini lagi senang?" tanyaku di depan dirinya.

"Tentu sayang, Hari ini ulang tahunmu bukan?"

Aku membelalak. Aku saja lupa aku ulang tahun, Tapi Ibu mengingatnya. Ibu mengingat untuk pertama kalinya setelah tiga tahun. Saat ini umur yang ke delapan ibu mengingatnya.

Ya tuhan, ingin rasanya aku memeluk Ibu.
Aku tersenyum meringis. Aku takut ia akan melihat wajahku jika terlalu senang. Lalu ia tak suka, karena ia tidak pernah senang jika aku tertawa puas. Katanya terlalu berisik.

Aku pergi ke kamar atas. Ibu diam. Oh tuhan ada apa pada dirinya.

ASTAGA! Bungkus mi dan susu tidak aku jauhkan dari tempat sampah!

JIMMYWhere stories live. Discover now