(28) Innallaha Ma'ashobirin

294 16 20
                                    

"Fya.."

Selfya menoleh mendengar suara yang tak asing di telinganya. Suara merdu itu memanggil namanya. Seorang lelaki dengan jas rapi melekat di tubuh tegapnya sedang menyunggingkan senyuman ke arahnya. Tatapanya yang teduh, serta pemilik senyum itu membuat Selfya terpaku. Dadanya terasa bergemuruh. Dunia seakan berhenti.

Selfya tak mampu menahan air matanya untuk jatuh kala lelaki itu perlahan dekat menghampiri. Berdiri di depannya dengan senyum yang tak luntur. Senyum indah yang telah membuatnya jatuh hati. Senyum yang telah ia rindukan sejak lama.

"Akhirnya kita bertemu." Matanya tidak lepas dari Selfya. Dirinya pun sama, menahan bulir mata yang siap luruh. Ingin menumpahkan rasa rindu yang hampir membuatnya gila setiap saat. Menyalurkan rasa cinta  yang begitu besar.

"Kakak sangat merindukanmu." Lelaki itu sekuat tenaga menahan diri untuk tidak memeluk Selfya. Dirinya mengeluarkan sesuatu di balik punggungnya, sebuah buket bunga mawar putih. Ia menyodorkan bunga itu di sertai senyum yang amat tulus.

"Kak Fadil." Tangis Selfya akhirnya pecah. Dalam hati Selfya sangat bersyukur kepada Allah, karena akhirnya doanya selama ini telah terkabul. Dan penantian lamanya telah berunjung.

"Teh, bangun." Bunda menepuk pelan pipi Selfya. Terlihat bulir keringat membasahi keningnya. Selfya mengigau menyebut nama Fadil, berulang kali.

"KAK FADIL!!" Selfya akhirnya terbangun. Selfya sempat terpaku, ternyata ini cuman mimpi. Mengapa mimpi tadi seperti nyata. Wajah Fadil terekam jelas. Selfya tidak rela kalau ini hanya sebatas mimpi. Selfya melirik jam, ternyata baru pukul 8 malam. Dirinya teringat kalau ia ketiduran.

"Bunda." Selfya memeluk Bunda. Menumpahkan tangisannya. Bunda tersenyum, sebari mengusap punggungnya.

"Bunda, tadi Teteh mimpi bertemu Kak Fadil, hiks.. mimpi itu sangat nyata, Bunda."

Bunda melepaskan pelukannya, lalu mengusap air mata Selfya. "Mimpi kamu akan menjadi nyata, sayang."

"Maksud Bunda?" Tanya Selfya tidak mengerti.

Bunda tersenyum penuh makna, "Sekarang kamu siap-siap ganti pakaian, dan dandan yang cantik ya karena ada tamu dibawah. Bunda tunggu. Kamu jangan lama-lama, ya." Bunda beranjak, meninggalkan Selfya yang termangu.

Namun dengan cepat ia pun segera mengganti pakaiannya. Dirinya sedikit mempoles wajahnya dengan bedak bayi dan juga lipblam. Sederhana saja, dirinya memakai gamis berwarna navi polos, disertai kerudung segiempat syar'i berwarna abu tua.

"Teh, cepetan!!" Hanifa masuk kedalam kamar Selfya. Gadis itu pun nampak cantik menggunakan gamis berwarna coklat.

"Emang ada tamu siapa sih, Dek?" Tanya Selfya, ia masih membenarkan tampilan hijabnya.

Hanifa menarik lengan Selfya, "Nanti juga tau." Hanifa terus menggandeng tangan Selfya, sampai akhirnya ia berdiri di ujung tangga. Selfya melihat Ayah dan juga Bundanya sedang berbincang-bincang dengan seorang pria. Selfya tidak bisa melihat siapakah pria itu, karena posisi pria itu membelakanginya.

"Iya betul Om, saya Alhamdulillah telah menamatkan pendidikan saya. Dan saya langsung pulang ke Indonesia, untuk segera menemui Selfya."

Selfya mematung mendengar suara itu. Kakinya terasa lemas. Dadanya berdegup sangat kencang. Dirinya berharap ini bukan sebatas mimpi. Selfya memandang punggung tegap itu, dengan mulut terbuka. Mereka belum menyadari bahwa Selfya sejak tadi berdiri di ujung tangga. Untuk beranjak saja, kakinya merasa lemas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Di Pesantren (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang