43.

1.2K 133 27
                                    

🌸🌸🌸🌸🌸

Pukul tiga sore Naren berangkat ke kediaman mertua nya, berniat membicarakan masalah istrinya sekalian menjemput putranya yang sudah seminggu tidur disana  bersama aki tercintanya.

"Aki.. aki... Ajen punya lagu ciptaan Papa Idan dong."

Bima yang tengah asik bermain lato-lato pun berhenti sejenak menatap cucu laki-laki semata wayang nya. "Lagu apa bestie?"

"Tapi kata Papa Idan kalau Ajen nyanyiin nanti Aki malah sama Ajen"

"Engga marah dong. Masa Aki marah sama Ajen? Kita kan bestie" 

"Aki janji ya ndak malah sama Ajen? Tapi malahin Papa Idan aja"

"Iya Ajen. Aki janji. Mana kelingking nya? Kita pinky promise" ucap Bima sambil menyodorkan kelingking nya yang disambut dengan suka cita oleh cucu tengilnya.

Jendra mengangguk "Dengelin ya Aki..

Aki anak setan,
Tubuhna bau menyan,
Kalena ibuna latu siluman.

Semasa aki bayi.
Selalu di beri tai.
Makanan basi.
Yang bau telasi.

HOLEEEEE" bocah itu berseru heboh setelah sukses menyanyikan lagu untuk aki tercintanya, tanpa paham arti dari lagu itu.

"Laguna kelen kan aki?" Tanya Jendra menatap akinya yang sudah mengeluarkan asap siap melahap putra tengah nya.

Perlahan Bima menghela napasnya menahan emosi. Lalu menatap cucu nya dengan senyum terpaksa.

"Aki kok diem aja? Lagu na bagus kan?"

Bima mengangguk kaku "lagu nya bagus, tapi Ajen harusnya nyanyiin buat Papa Idan. Eh tapi jangan juga masa istri aki ratu siluman? Tau ah aki pusing"

"Emang latu siluman apa aki?"

Bima gelagapan bisa bahaya kalau dirinya salah menjawab. Bisa-bisa putri nya alias ibu dari cucu nya itu akan mengomeli nya habis-habisan. "Mending tanya Papa Idan aja. Aki gak tau Ajen"

Jendra mengangguk seolah-olah paham "Belalti Enin juga latu siluman ya Aki?" Tanya Jendra dengan suara yang membahana. Dan hal itu mengundang atensi dari Tania yang sedang membaca majalah fashion di sudut ruang keluarga.

"Ajen sayang bilang apa barusan nak?" Tanya Tania sepelan mungkin.

Jendra menoleh menatap nenek nya "Bilang apa enin?"

"Barusan Ajen bilang siluman. Siapa yang siluman Jen?"

"Oh itu. Kata Aki enin latu siluman. Cieee Enin latu siluman nya Aki"

Bima menepuk dahi nya seraya pasrah saat diam-diam istrinya mencubit perut nya yang bergelambir tanpa sepengetahuan cucu nya. Fyi cubitan itu sangat menyakitkan hingga membuat perut Bima memerah.

"Ajen diajarin siapa bilang gitu nak?"

Jendra menatap nenek nya dengan tatapan polosnya "Ajen tadi nyanyi lagu buatan Papa Idan"

"Lagu apa sayang?"

Jendra pun mengulang nyanyian nya yang sebelumnya dinyanyikan untuk sang kakek. "Gitu Enin. Telus kata aki, lagu nya cocok buat Papa Idan. Telus Enin kaya latu siluman"

Bima melotot sambil menatap horor cucu nya "Aki gak bilang gitu Ajen."

Bocah kecil itu mendengus "Ish gimana sih Aki? Ajen kan jadi pusing."

Lalu tanpa kata Tania menggendong cucu nya sambil memelototi suami nya "Jangan salahin Ajen. Anak kecil itu jujur! Makanya jangan suka ngomong sembarangan. Pokoknya kamu tidur diluar sampe besok. Kamu kan ga mau tidur sama ratu siluman kaya aku kan?!" Setelahnya Tania berlalu sambil membawa Jendra ke dalam kamarnya. 

Second Chance(?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang