17. One By One Problem Solved

Start from the beginning
                                        

Bright menggeleng dan kembali memakan eskrim nya, "aku yakin kamu tidak akan memberikannya padaku."

"Aku sudah berjanji, bukan?" tanya Win.

"Eum.. aku ingin bertemu dan mengenal ayahmu." ucap Bright membuat Win tertawa.

"Apa kau ingin melamar ku?"

Setelah menikmati eskrim bersama sembari berjalan-jalan di taman, Bright dan Win pun memutuskan untuk kembali pulang karena masih ada satu masalah lagi yang harus di selesaikan.

"Win aku mengingatnya." ucap Ren saat Win dan juga Bright masuk kedalam penginapan.

Bright dan Win menatapnya sekilas lalu berjalan menuju sofa untuk duduk dan membahas kembali tentang kejadian itu. Win sempat melihat kembarannya yang sepertinya sudah sedikit akrab dengan Prim.

"Ceritakan." perintah Win yang sudah duduk di samping Bright.

Flashback on.

Nani dan Ren memang berpacaran saat sebelum Kavin dikabarkan menghilang, saat itu Nani sedang mengalami masalah keuangan. Karena seluruh kartu kredit, ATM bahkan black card nya di hack oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Dan Nani saat itu sedang membutuhkan uang, ia tidak berani membicarakan tentang seluruh kartunya yang di hack oleh seseorang kepada orang tuanya. Itu sebabnya ia mengikuti saran temannya untuk menginvestasikan uang jajannya pada orang itu.

Tetapi sial beribu sialnya, Nani tertipu. Temannya itu membawa kabur uangnya entah kemana, lalu ia melihat Ren, pacarnya itu berkali-kali ia lihat sangat dekat dengan orang yang sering ia bully itu. Dan disinilah mungkin niat jahat Nani pada Kavin muncul.

Sepulang dari kampus Nani dan Ren akan menyempatkan diri mereka untuk bertemu dan pulang bersama jika keadaan kampus sudah sepi, mereka merahasiakan hubungan mereka atas dasar kemauan dari mereka sendiri.

"Ren?" panggil pemuda berambut di kuncir itu sembari ia menyetir dan mendapat gumaman dari Ren.

"Aku sedang dalam masalah." ujarnya mulai bercerita, dan membuat Ren yang tadinya fokus pada ponselnya karena ia sedang berkirim pesan dengan Kavin kini ia mengalihkannya pada Nani sepenuhnya.

"Bagaimana? Kenapa bisa? Dapatkah Ren membantu kakak?" Pertanyaan yang sangat disesali oleh Ren seumur hidupnya, karena dari pertanyaan itu ia kehilangan orang yang ia sayangi.

"Kakak gila!? Tidak mungkin Ren bisa melakukan itu, Ren ini pacar kakak. Ren tidak mungkin melakukan itu, apa kakak sanggup melihat Ren melakukan itu bersama orang lain?" ucap Ren meninggi dan melemah di akhir karena ia menangis.

Nani pun meminggirkan mobilnya ke tepi dan segera memeluk Ren yang menangis itu, Nani paling tidak bisa jika melihat Ren menangis apalagi karenanya. Nani menciumi pucuk kepala Ren agar tangisannya mereda.

"Maaf, maafkan kakak. Kakak tidak tahu lagi apa yang harus kakak lakukan, di pikiran kakak hanya terlintas itu maafkan aku." ucap Nani melemah saat pujaan hatinya semakin menangis di pelukannya.

"Pasti ada cara lain kak, Ren tidak harus menjual diri. Pikirkan cara lain, Ren akan melakukannya.. hiks. Tapi tidak kalau untuk menjual diri, Ren ini punya kakak, Ren menjaga tubuh Ren agar tidak tersentuh oleh orang lain itu buat kakak hiks.. hiks. Tapi kenapa kakak malah menyuruh Ren untuk melakukan itu? Ren tidak bisa kak." ocehnya sesegukan yang membuat Nani semakin tidak tega untuk melakukan itu, sebrengsek-brengseknya Nani ia tidak akan menyentuh pacarnya. Apalagi hanya Ren yang mampu membuat hatinya bergetar, selama mereka berpacaran, mereka tidak pernah melewati batas itu. Nani akan menjaga Ren semampunya, tapi tadi ia malah menyuruh Ren untuk melakukan itu dengan orang lain.

Bodoh! Nani memang bodoh!

"Maafkan kakak, kakak akan pikirkan cara lain. Kamu jangan menangis lagi, nanti kakak akan pikirkan cara lain. Oke?" bujuk Nani tersenyum menatap Ren membuat Ren berhenti menangis, hanya tersisa sesegukan nya.

Nani mendekat ke Ren dan segera melumat bibir yang menjadi candunya itu, untuk menyalurkan rasa sayang Nani pada orang dihadapannya ini. Ren pun membalas lumatan itu dan memejamkan matanya untuk menikmati ciuman mereka, suara kecipak yang berasal dari liur mereka membuat suasana mobil Nani seakan terhanyut akan kisah asmara mereka berdua.

Ren mengakhiri ciuman itu.

"Kita pulang?" tanya Nani dan diangguki oleh Ren yang tersenyum malu-malu mengingat perbuatan mereka barusan, ia menundukkan kepalanya dengan meremat tangannya sendiri untuk menyalurkan rasa malunya.

Nani yang melihat itu pun, langsung terkekeh melihat pujaannya yang malu seperti itu. Ia mengacak rambut Ren dengan gemas dan segera menjalankan mobilnya menuju rumah Ren untuk mengantarkannya.

•••

"Ren kakak menemukan cara lain, tapi kamu harus membantu kakak." ucap Nani yang segera di angguki oleh Ren dan menjadi penyesalan terbesarnya, karena teman Nani menyarankan untuk menjual sahabat terbaiknya, Kavin.

"T-tapi kak kita tidak boleh menjual orang tanpa seizin dari orang tuanya, apalagi ini sahabat Ren kak." ucap Ren mencoba untuk membuat Nani menghilangkan pikiran jahatnya, ini seperti bukan Nani kekasihnya.

"Sayang tolong bantu kakak, kakak janji setelah keuangan kakak membaik kita akan mengambil Kavin kembali. Kamu mau kan bantu kakak?" bujuk Nani memelas membuat Ren perlahan mengangguk dengan ragu tanda ia setuju untuk membantu.

Ren memang seperti itu, tidak bisa berbuat banyak di depan Nani. Bahkan ia sangat manja dan seperti anak-anak jika sudah bersama dengan Nani, dan itu yang di sukai oleh Nani dari Ren pacarnya itu.

-tbc-

Eits.. jangan di skip dulu, flashback dari sisi Ren nya belum berakhir ya. Hal mengerikannya belum terungkap.

Jangan lupa share cerita ini ke teman-teman kalian.

kyoritess

FAKE NERD [END]Where stories live. Discover now