"Kak Caka lagi bercanda atau beneran?" tanya Alana memastikan.

Caka tersenyum manis, matanya begitu dalam menatap wajah Alana. Caka memujanya, Alana indah dengan cahaya emas yang dipancarkan sunset di balik punggung Caka. Bagaimana bisa manusia seindah itu mau masuk ke dalam dunianya? Hingga kini Caka bertanya-tanya. Alana bisa mendapatkan yang lebih darinya, dia bahkan bisa hanya menunjuk orang tersebut. Namun yang dipilih gadis indah itu justru seorang Caka Elvano.

"Gue mau sekali ini aja egois, Lan. Gue mau undang lo masuk ke dalam hidup gue. Hanya kita berdua," ungkap Caka. Alana sampai sesak napas. Jantungnya semakin menggila mendengar Caka mengatakan hal itu. Caka tergelak, dia mengusap lembut pipi merona Alana. "Bernapas, Lan," suruhnya.

"Jadi setelah ribuan penolakan, Kakak akhirnya mau terima aku?"

Caka menggeleng, "Sekarang gue yang lagi ajuin hati gue buat lo."

Caka menunduk, dia menatap tangannya yang masih menggenggam erat tangan Alana di atas pangkuan gadis itu. Karena lelah berjongkok, Caka mengubah posisi menjadi bersila sehingga tinggi badannya jauh lebih rendah dari sebelumnya. Caka masih begitu tenang, dia mengatur napasnya yang juga tidak teratur karena gugup. "Gue bukan laki-laki baik, Lan. Gue egois, keras, nggak utuh, dan kosong. Hidup gue berantakan, gue nggak bisa janjikan kebahagiaan buat lo karena gue aja berusaha cari kebahagiaan itu dari lo. Karena lo bilang kalau gue nggak boleh takut buat bahagia, kan?"

"Sama gue bakal banyak sakitnya." Caka mendongak seraya menunjuk pelipisnya. "Di sini terlalu rumit, Lan."

Mata Alana berkaca-kaca menahan haru. Dia tidak menyangka bahwa sekarang Caka mengoceh panjang lebar menceritakan tentang dirinya. Caka mengungkapkan apa yang ada di dalam pikirannya di depan Alana. Caka juga terang-terangan bilang bahwa dia ingin bahagia seperti apa yang Alana katakan. "Terus apalagi, Kak? Konsekuensi apa yang bakal aku terima kalau aku masuk ke dunia Kak Caka?"

Caka tampak berpikir sebelum kembali berbicara, "Gue nggak mungkin sama kayak laki-laki lain yang selalu ada buat lo karena waktu gue terkuras buat belajar dan cari uang. Kita nggak bakalan kencan mewah, lo bakal sakit hati karena gue bakal tolak semua pemberian yang lo beli dengan uang orang tua lo. Lo juga bakal sedih karena gue nggak bakalan mau umbar-umbar kemesraan di depan semua orang kayak pasangan lain."

"Hal itu nggak bakalan usik aku. Ada lagi nggak?"

"Lan, lo nggak berubah pikiran? Kalau lo tolak gue sekarang, gue bakal lepasin lo. Kalau lo masih keras kepala buat masuk ke kehidupan berantakan gue, jangan harap lo bisa lepas dari gue. Gue bakal genggam lo erat-erat sampai buat lo sesak napas. Lo yakin nggak bakalan menyesal?" tanya Caka dengan serius.

Sejujurnya ucapan Caka membuat Alana sedikit takut. Alana seperti mendengar sebuah ancaman yang keluar dari mulut Caka. "Aku bakal tetap keras kepala buat masuk. Karena Kak Caka undang aku, dan hal itu udah lama aku tunggu."

"Ini yang terakhir. Gue nggak mau ada orang tahu. Gue mau hanya kita berdua yang jalani. Gue benci ada orang lain usik dunia yang gue buat bareng lo."

Alis Alana mengernyit, "Maksudnya? Kita backstreet?"

"Ada sebutannya? Gue nggak tahu, yang jelas gue mau cuma ada kita berdua tanpa orang lain."

Senyum Alana terbit, "Nggak masalah! Yang penting aku jadi pacar Kak Caka!" serunya bahagia.

"Gue kasih satu kesempatan lagi. Alana, lo yakin terima gue setelah semua yang gue sebutkan tadi?"

Alana mengangguk semangat. "Aku mau!"

Caka tersenyum, dia sangat bahagia. Cowok itu berdiri dan menarik Alana untuk ikut berdiri bersamanya. Caka melingkarkan tangannya di pinggang Alana, menariknya mendekat. Caka menunduk, memiringkan wajahnya dan mencium Alana tanpa izin. Untuk kedua kalinya mereka berciuman.

Alana terkejut, dia menahan napas seraya meremas seragam Caka. Kupu-kupu beterbangan di perutnya. Alana memejamkan kedua matanya rapat-rapat, merasakan bibir Caka menari di atas bibirnya. Saat bibir mereka terlepas, Caka mengusap bibir Alana seraya berkata, "Lo punya gue Alana Gioni. Dan lo nggak akan bisa kabur dari gue, sekalipun nantinya lo menyesal pernah ambil keputusan ini."

"Aku nggak bakal menyesal, Kak," balas Alana tersenyum dengan tulus. "Meski hal itu bakal nyakitin aku seperti yang Kak Caka bilang."

"Mine," klaim Caka dengan senyum penuh arti. "I wanna eat you, Alana Gioni."

— To be continued —

Jantung aman? 😮‍💨

Sekarang tahu, kan, kenapa di cerita Alvarez mereka go publiknya pas kuliah? Aku mau ingetin ya pinow, di cerita Alvarez itu cuma seuprit banget karena aku fokus sama Alvarez-Zea di sana 🫶🏻

Btw Caka nggak sepolos itu, yang baca Alvarez pasti udah tahu 😂 dia paling ganas di ABC. Bahkan lebih serem 🤫

Next 5K komen! See u! 🍓☁️💗

Strawberry Cloud [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang