ASPIA 2

812 193 3
                                    


"Dek Pia, akhirnya ketemu."

Aku langsung menatap Citra yang kali ini menemaniku untuk menunggu bakso kuah panas. Nongkrong di kantin kampus sambil menunggu jam makul Statistik. Paling mumet kalau sudah mata kuliah itu. Makanya makan bakso dulu biar pikiran jadi seger.

"Yo, traktir kita deh."

Aku kini menendang kaki Citra yang ada di bawah meja. Enak saja minta traktir, yang ada Mario makin besar kepala.

"Owh pasti. Lek, baksonya dua cewek cantik ini saya yang bayar ya?"

Mario sudah memanggil Pak Lek Nardi yang langsung mengacungkan jempolnya. Lalu Mario dengan jumawanya mengeluarkan dompet warna hitam dari kantong celana jinsnya.

"Tenang Dek Pia, kalau suruh bayarin 10 mangkok saja, aku mampu."

Aku hanya mengangkat alis mendengar ucapan Mario, tapi Citra kini malah sudah terkikik di sampingku.

"Monggo, bakso kuahnya dua porsi."

Pak lek Nardi sudah meletakkan mangkok di depanku. Aroma bakso kini membuatku makin kelaparan. Segera aku menusuk bakso yang paling gede dan memakannya perlahan. Tapi aku tentu saja langsung tersedak saat mendapati Mario tampak menatapku lekat. Persis di depan wajahku.

"Wah, pelan-pelan to dek. Cuma lihat wajahku yang tampan aja kok ya tersedak."

Rasa panas langsung menyerang tenggorokanku. Rasanya tuh begitu sakit. Citra langsung mengulurkan air mineral kepadaku dan langsung kutenggak. Saat itulah pria yang tadi ada di kelasnya Pak Irawan melangkah ke arah kami duduk. Tepatnya ke arah Mario yang malah menepuk-nepuk kepalaku.

"Yo, kunci mobil."

Suaranya begitu dalam terdengar, ekspresinya benar-benar datar. Dingin. Meletakkan botol mineral di atas meja, mataku masih tak beralih dari sosok pria di depanku yang ternyata kenal dengan Mario.

"Ish Bang Aslan, gantian deh. Mobil aku pake, motor noh dipelukin nggak apa-apa. Mau tak buat kencan sama Pia dulu."

Aku langsung membelalak mendengar ucapan Mario. Saat itu juga pria yang kini dipanggil Aslan oleh Mario menoleh ke arahku.

"Pacar baru lagi?" Alisnya terangkat, tapi kemudian dia menoleh ke arah Mario lagi.

"Nggak ada, pokoknya balikin. Mobilku nanti dibuat mesum sama kamu."

Mario tampak bersungut-sungut saat mengambil kunci mobil dari saku celana jins belelnya lalu menyerahkan kepada Aslan.

"Beuh kayak lo nggak aja Bang, mesum juga tapi sama buku."

Aslan tidak menanggapi ucapan Mario, dia segera mengambil kunci mobil itu dan berbalik lalu meninggalkan kami. Aku langsung menendang kaki Mario yang membuatnya meringis.

"Aih kekerasan dalam rumah tangga ini, Pia."

"Siapa yang pacaran coba?"

Aku melotot galak ke arah Mario, dan dia malah kini tersenyum lebar.

"Soon, Pia.." Kuputar bola mataku mendengar ucapannya itu. Citra tapi sudah mengambil alih pembicaraan kemudian.

"Wooo, jadi si asdos cakep itu saudara lo?"

Aku mendengar Citra mulai kepo kalau sudah ber lo gue sama Mario. Yang ditanya malah asyik menyesap es tehnya.

"Yo, ih ditanya juga."

Tabokan di lengan Mario membuat Pria itu kini menghela nafasnya lalu menatap Citra dengan kesal.

"Iyeeee, dia abang tiri gue. Satu bapak tapi beda ibu. Pas emak gue kawin sama bokap, udah ada si Aslan tuh. Si jenius yang super dingin."

BAKPIA RASA CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang