"Shodakallahuladzim." Ucap keduanya secara serentak, Bu Fatma memegang kedua tangan suaminya dan menciumnya dengan takzim, sontak pemandangan itu membuat gadis itu meneteskan air matanya.

Walaupun mereka sederhana tapi hidup keluarganya selalu bahagia

"Nak, ada yang mau diomongin?" tanya ibunya, membuyarkan lamunan gadis itu.

Anna mengangguk, ia lalu memberikan sebuah kertas yang sedari tadi digenggamnya.

Bu Fatma mengambil kertas itu dan membacanya, dengan suara lumayan keras karena suaminya ingin mendengarkan.

Diakhir bacaan, keduanya nampak kaget. "Masya Allah, Anna. Ini beneran." lirih wanita paruh baya itu dengan binar yang tampak jelas di matanya. "Anak kita, Pak. Anak kita bisa sekolah di sekolah yang bagus itu." Wanita itu tergugu, ia langsung memeluk anak gadisnya dengan tangis haru. Ayahnya yang melihat itu ikut meneteskan air mata, kenapa tidak? Impian anaknya untuk bersekolah di sekolah yang sangat elit kini jadi kenyataan, terlebih lagi mereka tidak usah memikirkan biaya sekolahnya.

"Apa, ibu bahagia?" Tanya Anna dengan hati-hati.

Ayah dan ibunya saling pandang. "Kenapa bilang begitu?"

"Anna takut Ayah dan ibu tidak mengizinkan, karna sekolah itu cukup jauh dengan rumah kita. Anna harus tinggal di asrama dan meninggalkan kalian bertiga." jawab Anna sambil menggenggam lengan ibunya.

Pak Ahmad tersenyum, lelaki itu menyuruh anak gadisnya untuk duduk di dekatnya. Di pandanginnya Anna dengan senyum bahagia, ia menangkup kedua pipi Anak gadisnya. "Anna sekarang udah gede yah, anak bapak cantik banget sekarang. Bapak gak sadar kalo anak gadis bapak yang dulu selalu minta gendong kalo bapak baru pulang kerja sekarang udah segede ini." Nada suara Pak Ahmad terdengar parau tapi ia tetap melanjutkan ucapannya."Anna tau, bapak beruntung banget punya anak sebaik dan sepintar Anna. Bapak tau kalo suatu saat nanti, Anna bakal jadi orang yang sukses. Pergilah! Kejar impianmu, Nak. Doa bapak dan ibu selalu menyertai Anna dan Fiko." Mendengar hal itu, Anna tak kuasa menahan air matanya. Tangisnya pecah dipelukan Ayahnya.

"Ayah sama ibu kenapa nangis, Kak Anna juga?" celetuk Fiko yang entah dari kapan datangnya.

Anna menghapus air matanya, gadis cantik itu menghampiri Fiko. "Ini tangis bahagia, Fiko." jawab Anna sambil mencuil hidung bangir adiknya.

"Kalo gitu, Fiko mau ikutan nangis juga deh." ucap Fiko, mampu membuat semuanya tergelak melihat tingkah konyol bocah itu.

****

"Kami, hampir mati kemaren malam dan lo malah ngilang." Nathan berteriak sambil menarik kerah baju Atlan.

"Sabar Tan! Jangan emosi, mungkin Atlan punya alasan sendiri tiba-tiba ninggalin kita," ucap Arhan, sambil melerai mereka berdua.

"Alasan? Coba sepenting apa alasan lo sampai beraninya ninggalin kita, hah?"

Lihat ini!" Atlan memperlihatkan bekas gigitan yang disebabkan oleh seseorang."Gue nolongin cewe, dan dia malah gigit tangan, gue." Alant berdecak kesal, ia masih belom melupakan perlakuan gadis yang ditolongnya tadi malam.

Lima orang yang sedang berada di sebuah markas Geng's Alaska itu langsung menatap bekas gigitan yang terpampang jelas di tangan kekar Atlan.

ATLANAWhere stories live. Discover now