BAGIAN 42 | Upacara Pengikat Kekuatan

Start from the beginning
                                    

"Cobalah kekuatanmu," ucap Kaisar.

Aku menggerakan tanganku ke arah pohon-pohon. Angin berhembus mengikuti keinginanku. Kedua sudut bibirku tertarik ke atas.

"Papa, aku bisa mengendalikan angin," ucapku pada Kaisar. Meski aku sudah menduganya, tapi tentu baru sekarang aku benar-benar yakin akan kekuatanku sendiri.

"Kalau begitu aku akan memberikan nama padamu," ucap Kaisar yang kemudian berlutut di hadapanku.

"Anakku, berkah yang sangat ku sayangi. Namamu diberikan oleh Permaisuri dari bunga di hutan ini. Bunga yang hanya mekar di hutan salju abadi. Semoga menjadikanmu berumur panjang dan kuat sepertinya. Nama tengahmu akan menjadi Aure. Zinnia Aure Zoren. Semoga angin yang kau hembuskan memberikan kebaikan, melindungimu dan orang yang ingin kau lindungi, dan menuntunmu kepada apa yang kau inginkan," ucap Kaisar sambil mencium punggung tangan kiriku.

Mendengar ucapan Kaisar, hatiku terasa penuh. Membayangkan aku memiliki kekuatan merupakan hal yang luar biasa. Apa yang bisa aku lakukan dengan kekuatan ini? Apakah aku bisa benar-benar melindungi orang yang aku sayangi dengannya?

"Zinnia, selamat! Kau sudah mengetahui apa kekuatanmu," ucap Syina. Dia mengelus kepalaku dan aku hanya tersenyum.

"Zinnia, sekarang waktunya kau melakukan sumpah," ucap Kaisar.

Jantungku berdebar. Juan menghampiriku dan mengeluarkan jarum.

"Kau sudah ingat apa kataku bukan?" tanya Juan. Aku mengangguk.

Juan menusuk jari telunjukku dengan jarum itu. Setetes darah muncul. Darah itu aku oleskan ke telapak tanganku. Kemudian aku mengulurkan tanganku, memperlihatkan telapak tanganku pada Kaisar. Tanda diduga, Kaisar menggenggam tanganku yang terulur dengan erat.

Bukankah tangan kami tidak seharusnya bersentuhan? 

"Ehem ehem. Sumpahku atas namaku. Sumpahku atas darah yang mengalir di tubuhku dan darah yang diberikan untukmu. Ikatan ini tidak akan lepas sampai kapanpun. Aku, Zinnia Aure Zoren, bersumpah tidak bisa menyakiti Kaisar. Ketika itu terjadi, maka keburukan menimpaku sesuai penghianatan yang kulakukan," ucapku sambil membaca tulisan yang dipegang Eric di sebelah Kaisar. Tentu saja aku tidak akan ingat ucapan itu dengan sangat jelas.

Kaisar kemudian berbicara dengan sesuatu yang tidak aku pahami. Tanganku terasa panas, dan panas itu menjalar dari telapak tangan ke dadaku. Setelahnya, Kaisar melepaskan tanganku.

"Selamat telah melakukan Upacara Pengikat Kekuatan," ucap Kaisar tersenyum.

"Kau ingin menyapa rakyat kita?" lanjutnya sambil melihat orang-orang yang sudah berkumpul sejak tadi.

Orang-orang memberikan selamat padaku. Bunga bahkan makanan, mereka banyak memberiku hadiah. Tapi satu yang membuatku mengalihkan perhatian. Uvro, yang berdiri tepat di depan batu kekuatan.

Peri sedang apa?

Aku menghampirinya setelah mengucapkan terima kasih.

"Peri," panggilku. Uvro melirik ke arahku.

Setelahnya kami tidak berbicara apapun.

"Peri, bolehkan saya bertanya sesuatu?" tanyaku memecah keheningan.

"Kau ingin bertanya apa? Zoren junior empat?" tanyanya sambil menyilangkan tangan di dada.

"Terima kasih, sebelumnya saya juga berterima kasih untuk berkat yang Anda berikan. Saya hanya penasaran, berkah apa yang Anda berikan pada saya?"

"Berkah agar tubuhmu sehat," jawabnya.

"Peri.. apakah tubuhku sakit?" tanyaku berhati-hati.

Peri menatapku lalu kemudian tertawa. "Bagus sekali, kau pandai memancing humorku," ucap Uvro.

Aku Adik dari Anak Kesayangan Keluarga IniWhere stories live. Discover now