"Kek Hashirama.... Saya Naruto Uzumaki datang kesini bukan untuk main tebak - tebakan sama sampean! Ayolah Kek jan main - main 😭 tak kasihan kah kau pada cucu pertamamu ini??"

Sudah putus tali kesabaran Naruto melihat Shodaime yang tidak genap pemikirannya, berakhir dengan dirinya ingin menangis sajalah terus balik kedunianya.

Hashirama agaknya menahan tawa. Dia hanya ingin membalaskan temannya yang seenaknya diusir dari sini tadi.

'Heh, rasakan. Sepertinya si bocah dah capek diajak guyon' Hashirama menampakkan wajah datarnya begitu pula Naruto memasang wajah seriusnya. Dia ingin bertekuk lutut berterimakasih pada siapapun diatas sana yang merasa kasihan padanya.

Naruto sebenarnya tidak masalah jika diajak bersenda gurau dengan Hashirama menurutnya itu akan menjadi pengalaman sekali seumur hidup, tapi masih ada hal penting yang harus diklasifikasikan terlebih dahulu sebelum dia memporak - porandakan dunia ini.

"Aku tidak paham apa maksudmu tapi aku mengerti apa yang ingin kau sampaikan.." Hashirama meraba tengkuknya.

'Paham ama mengerti apa bedanya Bambang?! 💢💢' esmosi lagi kan dirinya sampai Kurama bosan melihat aura negatif menguar dimindscape Naruto. Si bijuu lagi nggak butuh nih snack tambahan, takut keselek kalau ada yang lebih kocak dari ini.

"Kek...kau percaya atau tidak sih?"

"Antara iya dan tidak... kau punya bukti?" benak Hashirama seketika percaya saat pertama kali bertemu dengan Naruto, seperti ada koneksi yang tak dapat diartikan. Namun, hanya saja sebagai pemimpin desa tanggung jawabnya atas keselamatan desa harus dinomor satukan.

Desanya ini dibangun dari dua klan yang sering berperang. Dia tidak ingin jerih payah kedua belah pihak lakukan berakhir hanya karena ada ninja asing membawa kabar tak mengenakkan.

Hashirama juga sempat berpikiran kalau Naruto ini ninja lain yang menyamar menjadi ninja dari desanya.

'Tapi dilihat dari bahasa tubuh... orang ini tidak mau mengotori tangannya kecuali sangat terdesak'

Dia tak ingin berperang dengan desa lain saat desanya baru beberapa tahun berdiri. Tapi ada kalanya mata - mata setiap kali menerobos masuk.

'Aku lupa untuk membangun pagar desa..argghhh kalau dipikir pikir banyak sekali kerjaanku! Kenapa Madara tak mau bantu sih?! Kursi Hokage kan juga miliknya?!.'

Diamnya Hashirama membuat Naruto harus memutar otak lagi.

'Apa yang bisa membuatnya percaya? Apa yang harus kubuktikan kepadanya?'

Mata Naruto berkilat senang saat mengingat sesuatu. 'produk instan ramen terbaru mungkin bisa jadi bukti kalau aku dari masa depan?' Kurama dengan keras menampol kepalanya di mindscape mereka.

"Bisa nggak sih?! Satu hari aja nggak mikirin tuh ramen! Heran gua kek lu nggak punya tujuan hidup selain makan ramen!"

'Apaan sih??! Emang nggak boleh?! Masalah---.....' Naruto jadi dapat pencerahan setelah dibogem oleh Kurama. Si bijuu sendiri merasa akan bernasib sial setelah melihat senyuman jinchurikinya.

"Kau kesambet apa?"

'Ah aku punya ide untuk memberikan bukti ke Shodaime!'

"Apapun itu aku tidak setuju jika berkaitan denganku!" amukan Kurama tidak dihiraukan oleh Naruto

"Baiklah Sodaime-sama jangan kaget dengan apa yang akan saya lakukan oke?"

"Ohhhh~ Apa itu? Aku tidak mudah untuk dibuat terkejut" seringaian jahil muncul diwajah si pirang.

'Oh kau akan spot jantung pak tua'

"Kage Bunshin no jutsu!" duplicatenya terduduk dengan seyum yang sama menempel. Hashirama menginspeksi bunshin milik Naruto. Cukup menarik karena beda dari biasanya tapi tidak memberikan impresi wah padanya.

"Ha? Apa istimewanya dengan bunshin ini? Aku tebak karena lebih stabil? Aku tidak terkejut sama sekali"

"Ehem itu salah satunya sih... tapi bukan itu yang ingin kutunjukkan tapi ini..." Naruto menyalurkan chakra serta kesadaran Kurama ke duplicate bayangannya dengan tak menghiraukan protes si bijuu.

Raut wajah duplicate Naruto berubah menjadi garang dengan kumis pipi yang lebih tebal dari yang normal dan pupil mata terbelah tengah seperti setan, membuat siapa saja yang melihatnya tahu kalau dia bukanlah manusia.

Keberadaaan Kurama diluar Naruto membuat suasana satu desa berubah drastis. Aura negatif yang menyebar keseluruh desa jelas membuat semua penduduk siap siaga. Mereka semua yang ada disitu dapat merasakan ancaman yang luar biasa. Padahal cuman ditranfer ke sebuah bunshin loh makhluknya, belom tubuh sebenarnya yang keluar.

Sensasi itu tak luput dari pria berambut hitam yang katanya sahabatnya si Senju "Ini kan!?" ucap si emo yang berada di luar rumah. Dia bergegas menuju rumah pohon itu lagi. Masih menganggap si hitam lurus kawannya.

"Bagaimana bisa?!" ucap perempuan yang sedang menuju suaminya berada. Dia tak akan lupa aura itu. Aura yang sama yang tengah dia kurung di dalam tubuhnya.

Hashirama terkejut, sempat merapal Fuinjutsu tapi terhentikan oleh tangan Naruto yang menggenggamnya.

"Ap—"

"Mari ku perkenalkan kau dengan orang disampingku..." orang yang ditunjuk Naruto itu melotot geram dan Hashirama melanjutkan lagi rapalan handsealnya.

"Eh tunggu Shodaime!"

"Fuin---!"

Kurama menjitak keduanya dengan keras.

"AWWWW!"

"Sudah kubilang! Jangan sembrono! Dan kau jangan main nyegel!"

Tebakan Hashirama benar. Mata merah dengan iris menyerupai kucing itu adalah monster yang sama bersemayam di dalam istrinya.

"Sebentar... seharusnya kau kan ada di istriku?! Bagaimana bisa kau berada disini?! Bagaimana dengan Mito?!"

"Pastinya dia akan kemari beberapa menit lagi dan jika kau minta penjelasan bukan ke aku, tapi ke si bodoh ini"

"Hey, bukannya kau akan membantuku menjelaskan ini?!"

"Sejak kapan aku setuju dengan ini, lebih baik kau gunakan otak bodohmu itu!"

"Aku tidak bodoh aku hanya ingin memperkerucut masalah biar jelas!"

"Yang ada kau malah memperbesar masalah, bodoh"

Sedang kedua orang berwajah sama itu berdebat, Hashirama makin dibuat bingung.

#

Bersambung

Sampai jumpa lagi~

Mampus!!!!!!Where stories live. Discover now