2. FRIENDZONE GARIS KERAS

4 1 0
                                    

Semoga suka
________________

Toro masuk ke kelas dengan terburu-buru seperti orang yang sedang dikejar oleh anjing rabies.

BRUKK

"auhh."

Toro menabrak Dea hingga keduanya hampir ambruk ke lantai.

"Punya mata gak sih ?" Bentak Dea.

"Harusnya lo yang gue tanyain, punya mata gak ? Masa iya gue yang setinggi ini bisa lo tabrak." Balas Toro tak mau kalah.

Dea tersulut emosi, sudah jelas jika Toro yang menabrak dirinya. "Anak kampret, gatau diri ya lo. Masa iya gue yang segede ini masih gak bisa lo liat, minta maaf kaga, nyolot iya, lo." Maki Dea sambil berkacak pinggang.

Toro dan Dea teman sekelas, dikatakan sahabat iya, tapi dikatakan musuh juga iya. Karena ada masa dimana mereka akan akur  dan lengket layaknya dinding dan tokek. Tapi ada masa juga mereka seperti Tom dan Jerry. Benar-benar tidak bisa ditebak.

"Yaudah iya, gue minta maaf ya Dea anak gajah." Ejek Toro kemudian masuk ke dalam kelas meninggalkan Dea yang kesal di depan pintu.

"Dasar Toro anak jerapah." Balas Dea. Berhubung tadi dia berniat ke toilet sebelum guru datang. Ia pun melupakan kejadian barusan yang dialaminya bersama Toro dan segara keluar kelas.

-----

"Mah... Pah..." Teriak Toro, rumahnya yang besar bukan berarti ramai.

Kosong. Hening. Selalu seperti itu. Tidak ada kehangatan yang ia dapat, padahal dia juga ingin seperti Dea. Jika pulang sekolah selalu disambut dengan hangat oleh ibunya, meskipun dengan sedikit omelan.

Berbeda dengan Toro.

"Tuan, sudah pulang." Ujar bibi yang bekerja di rumah itu.

"Gak bi, Toro masih nyasar nih. Ini rumah siapa ya ?" Ujar Toro, ngasal.

Bibi sontak tertawa. Meski Tima hanya pembantu di rumah itu, tetapi tuan, nyonya, dan tuan muda alias Toro sangat baik padanya.

"Hahaha tuan muda suka banget becanda."

"Lah, habis bibi juga aneh, Toro udah di rumah masa iya tanya kek gitu lagi."

"Iya deh iya. Tuan muda mau makan apa, biar bibi siapin ?"

Toro tampak berpikir, cukup lama. Tima dengan sabar menunggu. Melihat Tima yang sabar Toro berniat jahil.

"Yeahhh tungguin yaaaa." Ujar Toro dengan nada mengejek.

"Astaga tuan..." Tima tak habis pikir jika dia akan dijahili. Memang tuan mudanya itu tak pernah gagal menjahilinya padahal sudah berkali-kali. Namun, ia tak pernah marah. Ia senang jika bisa akrab dengan anak majikannya itu.

Toro tertawa renyah, "masak yang biasa aja bi, makanan kesukaan Toro."

"Siap tuan."

Toro masuk ke kamarnya, kemudian berniat beristirahat namun hp-nya berdering. Melihat si penelepon adalah Dea segara Toro angkat.

"Napa anak gajah ?"

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumusalam. Tumben pake salam lo." Ujar Toro

"Eh anak jerapah kampret, lo kali yang gak pernah salam. Gini - gini, gue anak baik-baik."

"Iya deh iya, anak gajah yang baik. Kenapa, telpon gue, kangen ya ?"

"Dih, najis. Gak bakal mau gue kangen sama anak jerapah sesat kayak lo."

Toro membayangkan wajah Dea yang mengekspresikan betapa najisnya Dea padanya, hingga ia pun tertawa.

CERITA PENDEK (berbagai kisah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang