SILENCE

2.3K 156 16
                                    

Setelah kata kata menyakitkan yang dilontarkan Eric dalam pesan teks nya, Kathleen memilih diam. Kalimat kejam Eric memenuhi kepala nya beberapa hari ini. Sang Boss dalam perjalanan bisnis ke New York, Kathleen merasa beruntung tidak perlu menghadapi pria itu.

Layar ponselnya berkedip, ia telah mematikan gerar dan suara dering ponsel. Sebuah pesan masuk dari Jennie. Pesan itu berisi kata peringatan tentang rencana kencan buta yang diatur rekan kerjanya untuk mereka. Walau Kathleen mengatakan tidak ingin bergabung, namun Jennie tetap memaksa. Kau harus datang titik !

Ia menemui pasangan kencan buta nya selepas jam kerja di sebuah restoran mewah. Ternyata sang pria adalah sepupu Jennie. Max William Lewis. Seorang Guru Olahraga, bertubuh tinggi dengan berat badan ideal duduk di depan nya. Pria dihadapan Kathleen terlalu berkelas untuk kategori seorang guru. Walau tidak terlalu mengenal mode, ia tahu Kemeja putih lengan panjang yang dikenakan Max adalah rancangan Desainer. Serta jam tangan Rolex dan tas tangan yang dikenakan pria itu buatan Italia. Mungkinkah Max seorang Player?

Namun Kathleen tidak ingin membayangkan terlalu jauh, toh ia juga tidak berniat menjalin hubungan saat ini. Pria berkantong tebal sangat sulit dihadapi seperti Eric.

Kathleen mengirimkan pesan singkat kepada Jennie. "Katamu guru olahraga, tapi menurut pengamatanku terlihat seperti CEO!"

Max bahkan memanggil nama nya dengan nama belakang, mengingatkannya ketika Eric menyebut namanya pertama kali. "Miss. Beckett."

"Miss. Beckett." Max mengulangi namanya dua kali. Hingga Kathleen terbangun dari lamunan.

Kathleen menengadah dan bertatapan dengan wajah teduh Max, cara bicaranya, cara mata nya berbinar ketika menatap Kattie sehangat musim semi. "Maaf, mungkin pekerjaan akhir akhir ini membuatku lelah." Ungkap Kattie seraya tersenyum.

"Aku bisa mengantarmu pulang sekarang, kita bisa membuat janji lain kali." Ucap Max berdiri dari duduk.

"Jangan, aku baik baik saja." Kattie memberi isyarat agar Max kembali duduk.

"Kau yakin?" Max mengulurkan tangan memanggil pelayan restoran dan meminta agar dibawakan air putih. "Sebaiknya kita mengganti menu yang lebih sehat." Max duduk ketika mendengar dering ponsel nya. Percakapan Max dan lawan bicaranya terdengar serius, obrolan bisnis seperti yang sering dilakukan Eric.

Kathleen meneguk air putih yang dibawakan pelayan. Ketika Max selesai bicara di telepon, ia berkata terus terang. "Kau tidak terlihat seperti seorang guru."

Max tersenyum hangat pada Kathleen, ponsel canggih miliknya dimasukan kembali kedalam tas tangan di atas meja. "Apakah begitu ketara? Apa sikapku tadi membuatmu tidak nyaman?"

"Aku mengenal seseorang sepertimu yang pekerjaan nya melakukan bisnis besar." Kathleen masih berharap Max terbuka akan jati dirinya.

"Baiklah, aku akan jujur padamu. Menjadi guru olahraga adalah pekerjaan terbaik yang kusuka sejak kecil, tapi bisnis keluarga tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Sebagai satu satunya anak dalam keluarga, suka tidak suka ada tanggung jawab yang harus diambil." Max melihat tatapan Kathleen tidak bahagia dengan pernyataannya. "Aku membuatmu kecewa ya kan."

Kathleen merasa tidak enak hati, bibirnya berusaha mengucapkan sesuatu namun tidak ada satupun kata yang keluar.

"Kau mengharapkan seseorang yang memiliki banyak waktu untuk meluangkan waktu bersama." Ucap Max lagi. "Pria di masa lalu membuatmu berpikir bahwa kami para pebisnis tidak pantas memiliki pendamping?"

"Bukan begitu, sungguh." Sanggah Kattie. "Maaf, aku mengacaukan kencan kita."

Kemudian senyum Max merekah seindah bunga di musim semi. "Aku senang mendengar kau mengatakan tentang kencan kita."

"Sebenarnya aku pernah ditolak, jadi kupikir sebaiknya tidak memilih kalangan pebisnis karena kurasa kalian tidak cocok bersama orang sepertiku." Ungkap Kattie sembari tertawa ringan.

"Miss. Beckett. Kau sangat cantik seperti dewi yunani, matamu, rambut dan caramu berbicara. Jika ada pria yang pernah menolakmu, bisa dipastikan dia buta dan tuli."

Kathleen tertawa riang. "Max, omong-omong kau boleh memanggilku Kathleen."

Kathleen merasakan kenyamanan bersama Max.

****************

Eric telah kembali. Ruangan kantor Eric kembali beraroma dingin dan muram. Kathleen duduk di meja kerja nya dan mengerjakan pekerjaan rutin. Suara getar ponsel menemani nya beberapa hari belakangan. Max amat perhatian dan memenuhi semua kriteria pria idaman Kathleen. Senyum bahagia menghiasi bibir Kathleen setiap memegang ponsel saat mengirimkan pesan teks kepada Max.

Eric melihat dari dalam ruangan nya, jemari nya mencengkram erat bolpoin hingga kulitnya memutih. Ia mendengar dari orang yang diutusnya untuk mengawasi Kathleen bahwa wanita itu terlihat bersama pria belakangan ini. Kepergiannya ke New York untuk menghindari wanita itu, namun ingatan akan semua yang nikmat tentang wanita itu membuatnya serasa di neraka. Mendengar wanita nya bersama pria lain membuatnya geram dan ingin mencabik cabik pakaian Kathleen sampai wanita itu telanjang dan menyerah di bawah tubuhnya.

Dilemparnya sebuah botol minuman ke dinding hingga pecah seribu. Asisten Eric berlari masuk untuk membersihkan pecahan kaca.

"Panggil Miss. Beckett ke ruanganku sekarang!" Perintah Eric pada asistennya.

"Baik, Sir."

Beberapa saat kemudian Kathleen memasuki ruangannya dengan aroma bunga magnolia yang khas.

Tatapan Kattie gelisah pada Asisten Eric yang memunguti pecahan kaca di atas lantai. Botol wine itu menumpahkan cairan merah di dinding dan berceceran di lantai.

"Aku menunjukmu secara khusus untuk menangani launching proyek perusahaan yang akan datang. Jika kau melakukan kesalahan, aku akan mengikatmu di dinding dan melumuri wajahmu dengan minuman itu." Eric membentaknya.

Kathleen bahkan tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Pria itu marah padanya, sengaja memerangkapnya pada tanggung jawab proyek yang dia sama sekali belum pernah terlibat sebelumnya.

"Tapi, Mr. Grant. Saya baru bekerja beberapa bulan di sini. Tolong pertimbangkan."

Eric senang melihat Kathleen berhenti tersenyum. Dia membenci wanita itu dengan senyum bahagianya. Eric menatapnya seolah ingin menelannya bulat bulat. "Jika kau gagal kali ini, aku akan memecatmu. Tapi jika kau berhasil, kau boleh naik gaji."

Kathleen terdiam membeku. Eric mengambil ponsel nya lalu pergi dari ruangan itu.

**********

ONE NIGHT STAND WITH MY CEOOn viuen les histories. Descobreix ara