COLD HEARTED

3.4K 238 20
                                    

Beberapa hari berlalu dengan hampa seolah peristiwa kemarin hanyalah mimpi. Pria itu mengabaikannya, bersikap dingin hingga rasanya menusuk ke dalam tulang Kathleen.

Dari balik layar komputer, Kathleen memperhatikan Eric bekerja. Postur tubuh Eric tinggi menjulang dengan rahang muka terpahat sempurna setampan dewa yunani. Tidak ada satupun rekan kantornya yang mengetahui betapa kencang otot yang membalut tulang Eric. Kathleen masih mengingat setiap jengkalnya dengan jelas. Kerinduan menyiksa Kathleen sampai ke ubun-ubun. Jemarinya gemetar mendambakan pria itu, ingin menyentuhnya sekali lagi.

Tangannya merogoh ke dalam tas dan mengeluarkan botol parfum berbentuk lengkung berwarna merah, lalu menyemprotkan wewangian sensual itu ke titik nadi tangan dan lehernya. Tidak ada orang lagi di ruangan itu, Asisten pribadi Eric sedang keluar membeli kopi seperti yang diperintahkan sang boss. Kathleen sengaja kerja lembur tiap malam agar bisa melihat Eric lebih lama.

Ia tidak mendengar jawaban ketika pintu ruangan kantor Eric diketuk. Kathleen nekat masuk ke dalam tanpa diundang. Alih alih mendapati boss nya sedang bekerja, sang dewa yunani tengah tertidur di kursi kerja. Kathleen memandang nanar pria itu tanpa malu. Kedua lengan Eric dilipat didepan, kedua kaki disilang. Langkah kaki Kathleen bergerak sendiri mendekati meja. Entah apa yang merasuki Kathleen ketika ia mengulurkan tangannya, kemeja lengan panjang itu telah digulung hingga ke atas siku. Sesaat muncul gelenyar nikmat ketika jemarinya menyentuh lengan Eric, Kathleen mengerang tertahan. Kurang puas jari jarinya naik ke bibir Eric dan mengusap ringan permukaan yang tipis dan kenyal.  Seketika ia melompat mundur setelah melihat kedua mata pria itu membuka lebar dengan tatapan dingin penuh tanya.

Tangan nya telah ditangkap Eric saat ingin mundur lebih banyak. "Apa yang kau lakukan barusan?" Suara serak pria itu sama menakutkan dengan auman singa.

Mulut Kathleen membisu, ia ketakutan setengah mati telah tertangkap basah. Kathleen terkesiap, tubuhnya mendadak ditarik paksa ke atas pangkuan Eric.

Wajah mereka terlalu dekat, Kathleen membuka bibirnya kesulitan mengatur nafasnya yang cepat oleh penuh hasrat.

"Jangan menggodaku, tidak adakah yang memberi peringatan kepadamu untuk tetap menjauh dariku." Ucap Eric satir. Berbanding terbalik dengan apa yang terjadi diantara mereka malam itu.

"Aku tidak percaya." Jawab kathleen lantang. " Kau jelas meniduriku malam itu. Apa kau tidak menginginkannya lagi?"

Eric tertawa sinis. Tangan Eric terangkat naik meraih kepala Kathleen, menjambak kasar rambutnya ke belakang. "Keluar sekarang juga!"

Kathleen mengerang menahan sakit, matanya perih. Walau dilarang namun Kathleen masih nakal, satu tangannya yang bebas  menyentuh dada berotot Eric dan menyusuri semaunya, sebuah erangan buas keluar dari mulut Eric.

"Wanita jalang! Kau akan menyesalinya." Umpat Eric sebelum mulutnya melumat bibir Kathleen. Tidak dengan lembut, bibir Eric memperlakukan mulut Kathleen dengan kekuatan yang membuat memar dan bengkak setelahnya. Kedua lengan Kathleen dibelenggu kebelakang dengan satu tangan besar Eric, tangan yang lain membuka kancing kemeja Kathleen dan menyibakkannya ke samping. Nyaris sobek, pakaian Kathleen dilucuti sampai habis. Lekukan leher Kathleen penuh bekas isapan mulut Eric yang brutal. Kathleen mengerang sesekali memekik, menggeliat hingga melengkungkan tubuh menahan hasrat yang meledak ledak. Eric bernafsu besar dan amat kuat, Kathleen sudah tidak sabar. Eric membawanya ke sofa, mereka duduk berdampingan.

Tatapan Kathleen berkabut, ia tidak mengerti dengan sikap Eric. "Kumohon Eric, please...sekarang."

"Kau harus berjanji padaku, Kath." Ucapan Eric membuatnya bingung.

"Aku menginginkanmu sebesar kau menginginkanku." Desahnya lagi.

"Dengarkan aku, Kath." Eric menariknya mendekat. "Jika kau menginginkan hubungan ini, ada hal yang harus ditanggung. Apa kau bisa menerima syarat yang akan kuberikan?"

"Katakan."

"Hubungan kita akan menjadi rahasia kita berdua, tidak ada hal romantis yang bisa kuberikan, selama di kantor kita hanyalah atasan dan bawahan. Jangan pernah memintaku bersikap manis padamu. Kau sanggup?"

Kathleen terdiam. Pikiran nya kacau. "Tapi apakah kita bisa dikatakan sepasang kekasih?"

"Bukan."

"Kau sakit, Eric." Kathleen beranjak dari sofa memunguti pakaian nya satu persatu. Eric berjalan kearahnya,  merebut pakaian ditangan Kathleen kemudian membuangnya dengan marah.

"Tidak perlu khawatir mengenai uang dan fasilitas, aku tidak perhitungan." Ucap Eric.

Kathleen kecewa berat, ia berjalan ke sisi lain mengambil pakaiannya yang dilempar Eric.

Otak Eric lebih kacau dari Kathleen. Sudah berapa banyak wanita menerima tawarannya. Hubungan tanpa status akan lebih mudah bagi Eric untuk melepaskannya begitu ia mulai bosan.

Tidak rela membiarkan Kathleen lepas dari genggamannya, Eric menyeret paksa Kathleen ke atas sofa kemudian menindihnya. Sebelum sempat memberontak, Eric membenamkan kejantanannya yang besar kedalam pusat kewanitaan Kathleen. Perempuan itu lemas seketika dan berhenti meronta, ia tahu bagaimana cara memuaskan Kathleen. Perempuan itu mencapai klimaks berkali kali sebelum akhirnya Eric melepaskan dirinya dan mengeluarkan benih berharganya di perut Kathleen.

Dibawah nya, Kathleen berbaring lemas telanjang dengan muka merah dan dada mengencang. Kedua tungkainya terbuka lebar dan kewanitaannya basah hingga mengotori permukaan sofa miliknya. Eric tersenyum puas memandangi Kathleen, puas akan jejak kebuasan nya yang mengagumkan.

"Ini hukuman untukmu karena sudah berani merayuku. Sudah kuperingatkan berkali kali agar jangan pernah menggodaku. Aku tidak akan melepaskanmu begitu saja meskipun kau melarikan diri. Mulai detik ini kau adalah milikku. Dan syarat yang kukatakan tadi mau tidak mau harus kau terima."

********
To be continue

ONE NIGHT STAND WITH MY CEODonde viven las historias. Descúbrelo ahora