"Ikutlah sama om, nanti saya kasih uang makan.." Pria itu mulai memegang kedua telapak tangan Beomgyu, air mata Beomgyu tiba-tiba jatuh. Bapak ini jelas-jelas mencurigakan, tak secepat ini ia ingin mati, seenggaknya kasi lah hingga besok. Dan mati pun ia tak ingin dinyatakan sebagai orang hilang, atau dengan cara mutilasi.

"Lepas om, aku mau pergi.." Beomgyu menarik kedua tangan dengan perlahan, namun tangan lebar lelaki itu dengan cepat menariknya kembali.

"Ayo ikut!" Nampaknya si lelaki paruh baya sudah tak sabaran dan mulai memaksa, Beomgyu menarik diri dengan sekuat tenaga hingga tiba-tiba tubuhnya dirasa melayang seperti kapas, pria itu menggendongnya diatas pundak kemudian Beomgyu berakhir dibanting didalam bagasi. Beomgyu dapat menangkap sorot mata dingin, serta helaan nafas pria itu sembari melonggarkan dasi sebelum akhirnya menutup kembali pintu bagasi.

"Menyulitkan.." cibir Yeonjun, pria itu.

_pesanterakhir¿_


"Om, tolong biarkan aku hidup.." begitu keluar dari bagasi, Beomgyu segera sujud sembari mencium ujung sepatu Yeonjun dan berhasil membuat lelaki berumur 28 tahunan itu mengernyit.

"Coba kita lihat. Saya tidak akan lama." katanya datar. "Johnny! Cuci dia dan segera bawa keruanganku." Ujarnya lagi, sebelum menghilang dibalik pintu rumah yang megah.

"Baik tuan."

Beomgyu membulatkan lingkaran matanya. Apa itu artinya Beomgyu akan segera dicincang?

"Sini!.."

"Enggak aku gak mau.." tolak Beomgyu tak ingin bangkit dari koridor, justru mengeratkan tangannya dilantai ketika ditarik, seperti reptil kecil.

"Dasar anak menyulitkan." Kesal Johnny, dan akhirnya melakukan hal yang sama seperti yang Yeonjun lakukan tadi untuk membawanya ketempat pencucian.

Beomgyu dilempar ke bathub berisikan air hangat yang lebih terasa panas, kemudian diguyur dibawah shower yang dingin.

Setelah dimandikan dengan cara kasar, Beomgyu pun dibawa kesebuah ruangan. Ia terisak-isak menatap pintu yang sudah ditutup kemudian mengedarkan pandangannya kepenjuru ruangan, apa ini tempatnya menyampaikan pesan terakhir?

"Duduk disana.." suara Yeonjun yang sudah berada diruangan itu menoleh sebentar ke arah Beomgyu yang terlihat basah kuyup kemudian kembali mengurusi pekerjaannya.

Tubuh Beomgyu bergetar kedinginan, bibirnya terlihat pucat, akan percuma juga memberontak sekarang, tak ada celah. Beomgyu melangkah kearah kursi yang berhadapan langsung dengan Yeonjun, hanya berbatasan dengan sebuah meja, kemudian duduk disana menunggu pria itu berbicara lagi dengan ketegangan.

Ditangan yang lebih tua terdapat lembaran-lembaran kertas. Diatas meja terdapat banyak sekali tumpukan document, pria itu terlihat tenggelam dalam kesibukannya, mengetikan sesuatu dikomputer, kemudian beralih keponsel, disitulah Beomgyu kira sudah saatnya sesi wawancara, mungkin jantungnya mau dijual seharga berapa atau sebagainya.

Tapi ternyata prosesnya masih lumayan lama, hingga akhirnya Yeonjun memasukan kertas-kertas itu kesatu document kemudian menelfon seseorang. Seribet itukah jika ingin membunuh satu orang? Apa itu klien yang akan membeli organ dalamnya nanti?

Beomgyu berusaha menguatkan diri untuk mati, suruh om ini menyuntikan obat yang membuatnya tak sadarkan diri dulu saja. Air matanya tak lelah menetes dengan isakan yang ditahan-tahan, dengan kedua tangan mengepal diatas paha dan kepala tertunduk.

"Baik.." Ucapan terakhir Yeonjun saat menutup teleponnya, dan kemudian hening. "Hai Beomgyu." Sapa orang tua itu tersenyum ketika Beomgyu mendongak.

"Bagaimana mandinya? Suka?"

STEPFATHER • YEONGYUWhere stories live. Discover now