The Star to His Moon (II)

235 37 17
                                    


2467 words. Prepare your coffee and snacks. 

***

"Kamu datang reuni gak Bin?"

Jari-jari Bintang yang sedang digunakan untuk mengetik terhenti mendengar pertanyaan Bulan. Ia mengarahkan tubuhnya kearah gadis yang duduk disampingnya tersebut. Dahi mengkerut dan alisnya dinaikan penuh tanya.

"Reuni?"

Bulan mengangguk.

"Sabtu nanti ada acara reuni SD. Kamu gak tau?"

Bintang mengangkat kedua bahunya lalu kembali fokus pada laptopnya. Hari ini Bulan berjanji untuk menemani Bintang mengerjakan laporan akhir tahunnya. Sejak pertemuan dirinya dengan Bintang beberapa minggu lalu, Bintang jadi sering pergi keluar bersama Bulan. Entah sekedar makan malam bersama atau memang disengaja ingin berjumpa, ingin saling bercerita saja.

"Aku gak ada kontak anak SD sama sekali, remember?"

"Mau aku invite ke grup nya nggak?"

Tawaran Bulan langsung ditolak oleh Bintang. Ia kurang suka jika ponselnya dipenuhi dengan chat-chat kurang penting. Berisik. Lagipula Bintang juga tidak akan nimbrung. Selama ini peran Bintang hanya sebagai pembaca dan pengamat saja dalam suatu grup chat.

"No thanks. Kalau ada apa-apa kamu aja yang info ke aku."

Bulan mencibir kearahnya, "Dasar. What do you do without me coba?"

"I know right? Makanya kamu sama aku aja."

Kalimat tersebut berhasil membuat Bulan tersedak minumannya sendiri.

Sial. Pait banget lagi! Mana gue lagi minum americano!

Bintang membantu Bulan dengan menepuk-nepuk pelan punggung gadis itu. Lalu ia berdiri dan pergi entah kemana meninggalkan Bulan yang masih berjuang dengan rasa pahit di tenggorokannya. Selang beberapa detik, Bintang kembali dengan membawa segelas air putih ditangannya. Ah, rupanya ia meminta air tadi. Sudah suudzon saja Bulan.

"Pelan-pelan minumnya. Aku gak akan kemana-mana kali Lan."

Double kill!

Bulan kembali tersedak, namun untungnya kali ini dengan air putih.

"Kenapa lagi sih Lan?"

"Bisa gak jangan ngomong aneh-aneh?" decak Bulan kesal. Ucapan Bintang daritadi ambigu, menurutnya. Entah apakah Bintang serius atau hanya menggodanya, yang jelas Bulan dibuat salting jadinya.

"Loh? Bagian mana yang aneh?" ia kembali bertanya. Ekspresi muka Bintang sangat nyolot. Persis seperti maling tertangkap basah yang tengah membela dirinya karena dituduh, padahal jelas-jelas dia yang salah. Bulan rasanya mau menoyor Bintang.

Namun ia urungkan. Bulan mengibaskan tangannya, "Lupain deh."

Bintang tidak bertanya lagi. Mungkin ia juga kasihan melihat Bulan yang masih sibuk menghilangkan rasa sakit pada tenggorokannya. Bintang kembali pada posisi duduknya. Jari-jarinya mulai mengetik. Selama beberapa menit, tidak ada suara yang muncul diantara mereka. Bintang sibuk ngetik, sedangkan Bulan entah sibuk apa. Daritadi matanya hanya terfokus pada layar ponselnya.

"Reuni nya dimana?" suara Bintang memecah keheningan pada akhirnya. Matanya masih pada laptop, jarinya masih mengetik, hanya mulutnya saja yang berbicara kepada Bulan.

"Di ballroom Hotel Chandra."

"Ballroom? Nyewa?"

Bulan mengangguk. Bintang mengarahkan pandangannya pada gadis disampingnya-yang masih terpaku pada ponselnya.

Du hast das Ende der veröffentlichten Teile erreicht.

⏰ Letzte Aktualisierung: Dec 17, 2022 ⏰

Füge diese Geschichte zu deiner Bibliothek hinzu, um über neue Kapitel informiert zu werden!

Once Upon a Joy Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt