Ms. Secretary

451 67 13
                                    

Dulu waktu masih jadi jobseeker, Adista tertarik banget dengan posisi Sekretaris. Terlalu banyak nonton drama korea dan webtoon romansa, membuat ekspektasi gadis itu jadi kemana-kemana. Seorang sekretaris yang selalu menemani seorang pengusaha atau CEO muda yang akan berakhir cinlok aka cinta lokasi.

Namun, tentu saja hidup tidak seindah itu ferguso.

Disinilah ia sekarang. Bekerja menjadi salah satu Sekretaris dari CEO perusahaan start up yang sedang naik daun. Iya CEO, berusia sekitar 40 tahun. Sudah berkeluarga, dan setia kepada istri dan anaknya.

Sepertinya memang seseorang harus membuat Adista untuk berhenti langganan netflix atau disney+ supaya hidupnya normal-normal saja.

Walau begitu, Pak Hamdan, atau bos nya, merupakan atasan yang sangat baik. Bahkan seringkali Pak Hamdan bilang, "Kamu tuh sudah seperti anak saya sendiri".

Pak Hamdan sudah bagai ayah kedua bagi Adista.

Salah satu hal yang membuat Adista betah bekerja menjadi sekretaris selama 3 tahun, selain hidupnya menjadi teratur, ia bisa bekerja dengan nyaman karena memiliki bos seperti Pak Hamdan. Walaupun kadang ia dibuat pusing dengan jadwal meeting sang bos sangat padat. Nikmatin sajalah, pikirnya.

"Dis, saya ada meeting di lantai 5. Kalau ada yang cari tolong suruh tunggu saja ya di ruangan saya"

Adista hanya mengangguk patuh dengan perintah Pak Hamdan. Ia lalu melanjutkan pekerjaannya yaitu membuat schedule untuk 1 bulan kedepan.

Terlalu sibuk berkutat dengan laptop dan kalendar, ia sampai tidak sadar sudah ada seseorang berdiri didepan mejanya.

Tok tok.

Laki-laki itu mengetok meja Adista dua kali. Membuat yang punya meja segera mengangkat wajahnya.

Saat mata mereka sudah bertemu, keduanya tersenyum canggung. "Selamat siang" sapa laki-laki itu ramah.

Adista dibuat bungkam dengan penampilan seseorang didepannya. Laki-laki itu memakai setelan jas rapih lengkap dengan dasinya. Rambutnya ditata rapih keatas memperlihatkan jidatnya yang entah kenapa menurut Adista cukup memukau. Senyuman laki-laki itu imut, membuat Adista jadi refleks ikut tersenyum melihatnya.

"Selamat siang Pak. Ada yang bisa saya bantu?"

"Pak Hamdan ada?"

"Oh Pak Hamdan sedang meeting sampai jam 4 sore nanti Pak. Ada keperluan apa ya?"

"Oh saya anaknya. Kemarin ditelepon katanya suruh kesini? eh orangnya kok malah meeting" laki-laki itu kemudian tertawa canggung.

Mendengar jawabannya, mata Adista jadi membulat terkejut.

Oh ya, Pak Hamdan memang sempat beberapa kali cerita tentang anak pertamanya yang bekerja merantau di pulau lain. Beliau bilang mungkin anaknya seumuran dengan Adista. Ini pertama kalinya Adista bertemu dengan anak Pak Hamdan.

Penampilannya benar-benar rapih seperti laki-laki berwibawa dan mapan. Wajahnya juga rupawan. Wah, tidak bisa dapat CEO ganteng kayaknya anaknya juga bisa nih? batin Adista ngawur.

"E-eh? astaga anaknya Pak Hamdan? yang dari luar pulau?"

Laki-laki itu mengangguk sambil terkekeh, menurutnya lucu karena Adista menyebut 'dari luar pulau'. Sedetail itukah ayahnya bercerita?

"Silakan tunggu di dalam aja Mas. Tadi Bapak pesan seperti itu"

Adista menuntun anak Pak Hamdan menuju keruangan ayahnya. Ia mempersilakannya untuk duduk di sofa yang terdapat di dalam ruangan tersebut.

Once Upon a Joy Where stories live. Discover now