Prolog

459 148 1K
                                        

Welcome~

jangan lupa untuk selalu vote dan komen disetiap paragraf nya.

Ini adalah karya saya yang masih tahap belajar, jika ada kritik dan saran dimohon menggunakan kata yang sopan agar tidak menyinggung perasaan saya.

Ini adalah karya saya yang masih tahap belajar, jika ada kritik dan saran dimohon menggunakan kata yang sopan agar tidak menyinggung perasaan saya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Seorang gadis dengan seragam sekolah berwarna abu-abu serta rambut panjang yang dibiarkan terurai begitu saja sedang duduk termenung disebuah kursi sambil memegang sebuah surat ditangannya.

Gadis itu termenung karena isi dari sebuah surat tersebut. Surat yang berisikan peringatan dari sekolah karena ia tidak membayar spp selama tiga bulan.

Adilla Karusanankara Vardhamma, siswa yang tidak begitu banyak prestasi di sekolah tetapi ia sangat aktif mengikuti kegiatan disekolah yaitu OSIS. Ia terlahir dari keluarga yang sederhana, ayahnya yang sudah bercerai dengan ibunya sejak ia masih duduk dibangku sekolah menengah.

Sekarang Adilla hanya tinggal bersama Ibu dan kedua adiknya. Ibunya yang berkerja sebagai buruh cuci membuat ekonomi keluarganya yang cukup untuk makan saja, itupun kadang masih kurang.

Adilla mempunyai dua orang adik yang masih kecil. Berliana yang masih duduk dikelas tiga sekolah dasar, serta Aksara yang masih duduk di taman kanak-kanak.

"Aku takut kalo kasih surat ini ke Ibu, nanti Ibu pasti bakal kepikiran." Lesuh Adilla menatap surat tersebut.

Adilla sekarang berada di belakang sekolah yang jarang sekali untuk dilintasi oleh murid yang lainya, karena disini hanya ada barang-barang sekolah yang sudah rusak.

"Apa aku harus kerja ya? tapi kerjaan apa yang cuman ada lulusan SMP?" Kerjaan apa yang pantas untuk anak yang masih usia tujuh belas tahun, karena dikota biasanya syaratnya harus usia delapan belas tahun serta ada ijazah lulusan SMA/K.

"Apa aku jualan? tapi jualan apa?" Ia kembali bingung karena harus usaha apa yang cepat mendapatkan uang untuk melunasi tagihan spp nya.

Dret Dret Dret

Ponsel Adilla bergetar tertera nama diatas yang menelpon dirinya, ia segera untuk mengangkat telepon tersebut.

"Lo dimana? Bu Tuti dikit lagi masuk anjir!" Kata seseorang diseberang sana.

Adilla tidak mendengar jika bel istirahat sudah berakhir, ia juga jadi kelupaan karena dari tadi hanya berpikiran terus tentang masalah spp.

"Aku ditoilet, tadi aku sakit perut. Nanti bentar lagi aku masuk kelas kok, makasih ya Zila udah kasih tahu." Ujar Dilla dengan lembut.

"Iya buruan deh lo ke kelas, nanti tuh si gembrot ngamuk." Ucap Zila.

"Iya." Adilla mematikan sambungan teleponnya, ia berdiri sambil menghela nafasnya pelan. Lalu melipat surat peringatan tersebut menjadi beberapa lipatan agar bisa masuk ke saku seragamnya.

First Customer [ON GOING]Where stories live. Discover now