Drapp… Drapp…
"Ken!."
Canon yang punggungnya tiba-tiba ditepuk itu terkejut lalu melepaskan headsetnya dengan kesal
"Napa sih?!."
"Hehe lo pagi-pagi dah dengar lagu." Cibir Nia
"Ck serah gua lah." Canon menyimpan headsetnya dan mereka berdua berjalan beriringan menuju kelas
"Oh ya lo dah dengar belum?."
"Naon?."
"Ck itu lho circlenya si Raya katanya ketahuan mabuk-mabukan di klub, tapi karena mereka anak yayasan dari sekolah ya dilepasin." Tutur Nia dengan nada kesal
Canon hanya menjawab dengan deheman, jujur ia sudah mendengar kabar itu dan dia sama sekali tak peduli
"Ih Canon!."
"Apa sih setan?!." Canon memutar matanya melihat bibir monyong Nia
Selagi masuk ke kelas, Canon menatap sedikit teman-temannya yang datang. Sampai dahinya berkerut melihat seorang laki-laki yang duduk dipojok sambil membaca novel
"Saha?." Canon menunjuk dengan dagunya
"Ha?. Oh anak pindahan." Jawab Sean yang kembali menatap kacanya
"Ekhemm ada neng Nia nih."
"Nang neng nang neng, heh lo jangan gantung Nia terus dong!." Seru Daisy tiba-tiba sambil mendorong dahi Khan, membuat laki-laki itu mengaduh
"Sekalian noh gantung di pohon rambutan punya pak Septo biar digigit semut rangrang." Sahut Zayn
"Ih jangan dong!." Keluh Nia cemberut membuat semuanya tertawa
"Dah-dah pinggir." Canon mendorong Khan lalu duduk di kursinya
"Oh dah datang si jamet?. Hoamm."
Canon menatap datar teman sebangkunya itu. Ririn, si cewek yang kerjaannya 24 jam tidur dan tidur
Tak lama pun kelas itu mulai penuh dan ribut pastinya. Sampai bel berbunyi dan seorang guru selaku wali kelas mereka datang
"Duduk semua!. Hari ini kita kedatangan teman baru. Silahkan nak, perkenalkan dirimu." Suruh bu Vanya
Laki-laki berwajah dingin itu maju ke depannya
"Theodore Nicholas, panggil aja Theo."
…
"Just that?."
"Gak asyik banget." Gumam Canon seraya memangku wajahnya
"Tapi ganteng." Sahut Ririn membuat Canon mencibir
"Jadi Theo ini pemenang kontes laboratorium beberapa kali, dan juga olimpiade. Nah dia dipindahkan dari Dolor, karena dulu dia pernah bakar gudang sekolah cuman buat ngilangin kertas ulangan." Ujar bu Vanya membuat semuanya tertegun, ada yang menyeringai juga
"Sama kayak lo dong." Tunjuk Ben ke teman sebangkunya
"Yap kayak Zaken, bedanya Zaken cuman nyuri kunci jawaban ulangan. Sudah, Theo kamu duduk lagi gih." Theo membungkukkan kepalanya sedikit lalu kembali berjalan ke kursinya
"Oke silahkan buka buku kalian halaman 69."
"Ken sstt." Canon melirik malas
"Naon?."
"Ajakin noh masuk basket." Bisik Clara
"Hmm, entahlah. Tanya Yudha sana." Tutur Canon sambil membuka bukunya
(Jam Istirahat…)
"Baiklah, kita bertemu lagi minggu depan." Bu Vanya pergi
"YEAY ISTIRAHAT!." Pekik Ben yang langsung dilempari kepalan kertas
"Berisik nji*g." Umpat Surya seraya merenggangkan ototnya
"Santai dungs."
Canon bangkit namun tiba-tiba tangannya ditarik
"Hai Theo!. Kenalin gw Ririn dan ini Canon." Theo mengangguk kecil
Ricky tiba-tiba memukul meja Theo membuat semuanya terkejut
"Lo udah resmi jadi anak SC, jadi lo harus tau peraturan disini." Ujar Ricky seraya menunjuk sebuah spanduk yang terpampang didinding belakang kelas
"Harus solid. Pulpen jatuh = milik bersama. Wajib piket. Wajib ikut dance. Pengkhianat kelas = santet." Theo menatap teman-temannya datar
"Sumpah?."
"Gak usah dipikirin yang terakhir. Tu ide setan Ben." Tutur Zero yang baru datang dari kantin
"Njir ke kantin gak ngajak-ngajak!." Seru Yudha yang langsung berlagak hendak menendang Zero
"Tapi serius ini gw disuruh ikut dance?."
"Heem. Kayak seragam yang lo pake hari-hari. Jadi dance ini mengibaratkan kelas kita." Jawab Zoe
"Dan itu wajib. Jadi kita gak terima penolakan lo." Tambah Ariel
Theo menghela nafas pasrah
"Ken lo gak mau ngomong apa-apa?." Tegur Ririn
"Ha?. Emm… ah ya, pokoknya jangan berurusan sama kelas lain. Walaupun ada sahabat atau pacar lo, kalau diluar sekolah gapapa." Tutur Canon
"Ha?. Kenapa?."
"Lo bakal tau nanti. Dah gw mau ke kantin." Canon pergi duluan
"Hey Canon tunggu!." Para gadis segera mengejar Canon
"Hm, lo mau tau alasannya?."
"Ha?." Khan dengan cepat menarik Theo keluar
Oh ternyata Canon dkk belum sepenuhnya pergi ke kantin, yang dimana mereka kini berhadapan dengan anak Aurum, Raya dkk
"Bisa minggir gak?."
"He lihat si pembuat onar ini, kayaknya udah kelaparan banget." Tutur Raya
"Ih jauh-jauh, nanti kita yang dimakan." Sahut Jina membuat seluruh murid Aurum tertawa
Theo melihat ada beberapa guru yang memperhatikan mereka, tapi guru-guru itu tak mau ikut campur dan memilih menonton dari jauh
"Nia, gimana rasanya satu kelas sama pembuat onar?. Pasti gak enak banget kan?." Tundung Raya
"Gak!. Justru kalian yang pembuat onar!. Dasar kupu-kupu malam!." Seru Nia
PLAKK
Semuanya terkejut
"C-Canon."
Canon menghapus darah di sudut bibirnya, masih dengan wajah datar
"Pinggir. Kita cuman mau ke kantin." Lirih Canon
Raya menyeringai dan akhirnya pergi, tapi sebelum itu ia menyenggol pundak Canon keras hingga termundur
Canon menutup matanya dan memperbaiki almamaternya dengan kasar
"Ken lo gapapa?." Tanya Olivia ragu
Canon tak menjawab dan kembali mengelap darahnya
"Lain kali jangan ngomong frontal gitu kalau lo gak berani sama dia." Ujar Canon penuh penekanan
Semuanya diam. Bisa dirasakan kalau Canon sedang marah
"I-iya, maaf." Nia menunduk
Canon berbalik dan menatap Theo
"Kalau anak sebelah ganggu lo, bilang ke gw. Tapi yang pasti, jangan memulai duluan!." Setelah mengatakan itu Canon pun pergi dan disusul semuanya
Theo diam
YOU ARE READING
UNPREDICTABLE QUEEN
Teen FictionSMA Taruna Bumi memiliki sistem yang unik untuk membagikan kelas muridnya. Disetiap angkatan ada sekitar 3 kelas. Kelas anak pintar yang disebut Dolor Classis (Kelas Pintar). Kelas anak famous, orkay, serta keluarga dari pendiri sekolah, yang disebu...
